Kehangatan keluarga

“Assalamualaikum, Ayah, Bunda!” Teriak seroang gadis berseragam putih abu-abu, ketika memasuki rumahnya.

“Waalaikum salam, Ay. Loh, loh. Ini kenapa teriak-teriak sih?” seorang wanita paruh baya, datang menghampiri putrinya.

“Bunda,” gadis itu menuntun sang Bunda menuju sofa dan segera ia bersimpuh di depan Bundanya yang sudah duduk “Ayra lulus dengan nilai terbaik, Bunda!" Lanjutnya dengan mata mulai berkaca-kaca.

“Alhamdulilah, Bunda bahagia mendengarnya. Kamu memang anak kebanggan Bunda dan Ayah, sayang!” Bunda mengusap lembut kepala Ayra yang kini sudah berpindah di pangkuan sang Bunda.

“Semua berkat doa Bunda.” Jawab Ayra, cairan bening itu sudah tak dapat lagi ia tahan.

Bunda tersenyum tulus melihat putrinya. Sebagai orang tua ia hanya bisa mendokan anak-anaknya. Ayra adalah satu-satunya putri kebanggaannya. Walau ia juga mempunyai seorang anak laki-laki, yang tak kalah membuat dirinya bangga. Di masa tuanya, Bunda sangat bersyukur pada Yang Maha Kuasa, karena telah diangurahi 2 orang anak yang sangat berbakti padanya.

“Loh, ini kenapa?” tiba-tiba 2 orang lelaki yang berpakaian formal datang, membuat suasana haru pada anak dan Bunda tersebut hancur seketika.

“Ayah, Ayra sudah lulus dong!” serunya. Dengan bangga ia memperlihatkan sebuah piagam yang ia dapatkan dari sekolahnya.

“Wah, benarkah putri Ayah sudah lulus. Selamat ya, Nak! Ayah bangga sama kamu!” Ayah mencium puncak kepala putrinya, yang kini mendekapnya erat. Ayra mengangguk dalam dekapan ayahnya.

"Hanya Ayah nih yang dipeluk? Abang tidak?” pemuda yang sedari tadi hanya diam menyimak, ikut bersuara. Ia bersedekap dada pura-pura merajuk.

Melihat adik tersayangnya itu telah lulus, ditambah dengan nilai terbaik ia dapatkan. Tentu saja sebagai seorang kakak, ia merasa bangga.

“Abang cemburu ya?” Ayra melepaskan pelukan dari Ayahnya. Tangannya menuding tepat di wajah Abangnya dengan bibir maju beberapa centi.

Ia beralih menghampiri kakaknya, dengan iseng tangannya itu mencolek dagu sang kakak.

“Enggak! Abang nggak cemburu ya. Cemburu itu bagi orang yang tidak percaya diri.” pemuda tersebut memalingkan wajahnya menghindari godaan adiknya itu.

“Ya sudah kalau begitu. Padahal tadinya Ay mau meluk Abang, tapi nggak jadi deh.” Ayra membalik badannya, seolah hendak meninggalkan pemuda tersebut yang bergelar sebagai kakaknya itu.

Tapi sebelum kakinya berhasil melangkah. Sakti, sang kakak, lebih dulu menarik tubuh mungil adik kesayangannya itu kedalam dekapannya.

“Dih katanya nggak mau Ay peluk, tapi sekarang Abang duluan yang meluk, Ay.” Ayra menggerutu didalam kungkungan tubuh jangkung kakaknya. Tapi walau begitu, bibirnya tak henti mengembangkan senyum bahagia.

“Iya, iya Abang ngaku.” Sakti lebih mengeratkan pelukannya. Sementara Ayra hanya terkekeh mendengar jawaban kakaknya itu. “Abang bangga sama kamu!” ucapnya dengan penuh rasa bangga sekaligus haru.

Kedua orang tua itu menyaksikan anak-anaknya penuh rasa haru. Melihat betapa besar kasih sayang terhadap adik kakak tersebut. Ayah melingkarkan tangannya pada pundak sang istri. Membuat rasa hangat kekeluargaan kian terasa.

Anak yang mereka besarkan dengan penuh kasih sayang, tumbuh dengan saling menyayangi. Mereka tak perlu khawatir saat nanti, usia senja mulai mereka jalani. Karena melihat kedua anaknya seperti itu, tentu adalah sebuah kebahagian yang luar biasa bagi semua orang tua.

Keberhasilan seorang anak bukan hanya saat seorang anak bisa mencapai apa yang kalian inginkan. Tapi saat seorang anak melihat senyum orang tua karena keinginan yang bisa kalian capai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!