Menembak Sebuah Hati

Tidak terasa sudah satu minggu anak-anak KKN berada dirumah bu Minah, keakraban Tari dan Dimas semakin tercipta. Mereka pergi dan pulang dari kantor desa selalu bersama-sama membuat Galen sering merasa cemburu tapi ia hanya bisa memendamnya dalam hati karena ia belum punya cukup nyali untuk bicara pada Tari. Sikapnya masih dingin seperti biasa.

Malam ini akan ada acara makan bersama disalah satu posko anak KKN tersebut yang terletak di ujung desa, Dimas sudah berencana akan mengungkapkan perasaannya pada Tari malam ini.

Setelah melaksanakan shalat magrib, mereka pun sudah bersiap-siap hendak menuju tempat acara.

"Kita mau naik apa nih kesana," tanya Nara yang sejak tadi terlihat bingung dengan kendaraan yang akan dipakai karena ia tau dirumah itu hanya ada satu motor sementara mereka ada sembilan orang.

"Kita jalan kaki aja," jawab temannya.

"What?, jalan kaki?, oh no, bisa-bisa kaki mulus gua jadi lecet lgi," Chery mulai berceloteh.

"Gak akan lecet kog Cher kalau jalannya pelan-pelan," Dimas yang baru muncul dari dalam langsung menyela ucapan Chery, Chery terlihat tidak senang mendengarnya.

"Mas ganteng bisa bilang gitu karena gak akan ikutan jalan kaki sama kita-kita kan, huuuft," kata Chery sambil memalingkan muka, Dimas tersenyum tipis melihatnya.

"Siapa bilang aku gak ikutan, aku juga mau jalan kaki kog, ayo kita berangkat sekarang," ajak Dimas pada semuanya yang diiyakan oleh yang lainnya. Galen sendiri hanya menatap sinis kearah Dimas lalu ia berjalan lebih dulu didepan bersama dengan teman prianya.

Chery masih terlihat kesal, ia berjalan didepan Nara dan Tari sambil menghentak-hentakkan kakinya. Dimas yang berada dibelakang Tari hanya menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum tipis melihat tingkah Chery.

Malam itu bulan sudah tidak menampakkan dirinya sehingga jalanan yang mereka lewati menjadi agak gelap, hanya lampu-lampu dari teras warga yang memberi sedikit penerangan.

"auuuuuu," teriak Chery yang sudah terduduk memegang kakinya.

"Lu kenapa Cher?" tanya Tari, ia berjongkok melihat kaki Chery.

"Lu ada-ada aja deh Cher, tuh temen-temen udah jauh ninggalin kita," Nara yang melihat Chery terlalu lebay padahal cuma tersandung batu kecil menjadi sedikit kesal.

"Bisa jalan lagi Cher?" tanya Dimas yang masih berdiri didekat mereka.

"Yah bisalah mas Dim, cuma batu kecil doang, udah sini biar gua bantu," ucap Nara mengulurkan tangannya pada Chery.

"Ah lu emang suka gitu Nar, sakit tau," balas Chery.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan yang tinggal setengah lagi. Chery kini sudah berjalan ditengah mensejajari Tari dan Nara. Dimas masih terus berada dibelakang mereka. Ia tiba-tiba meraih tangan kiri Tari, Tari repleks menoleh karena kaget tapi ia diam saja karena tidak ingin kedua sahabatnya tau. Mereka saat ini sedang melewati sebuah tanah kosong sehingga jalanan menjadi sangat gelap karena tidak ada penerangan dari lampu teras warga. Sehingga tidak ada yang melihat tangan Dimas sekarang yang sudah memegang tangan Tari, bahkan saat Dimas menarik tangan Tari kebelakang mensejajari langkahnya, kedua sahabatnya itu tidak melihat. Barulah setelah beberapa menit berjalan, Chery sadar kalau Tari sudah tidak ada disampingnya.

"Nar, Tari kemana, kog udah gak ada diseblah gua. Mas Dimas juga gak ada dibelakang kita," tanya Chery setelah menyadari ketidak adaan Tari, Nara sama terkejutnya dengan Chery.

"Kog bisa ngilang gitu sih, lu juga disampingnya masa gak bisa ngerasain dia gak ada," ucap Nara ngomel-ngomel.

"Yah mana gua merhatiin Nar, kaki gua sakit gini," ucap Chery.

"Itu mah lu aja yang cengeng," balas Nara.

"Sekarang gimana dong, kita kembali aja deh, aku takut Tari kenapa-kenapa," kata Nara terlihat khawatir.

"Istirahat bentar yah Nar, gua gak kuat jalan lagi," Chery masih meringis.

"Atau lu tunggu aja disini, biar gua yang kembali duluan, entar gua jemput lu lagi,"

"Gak mau akh Nar, aku takut, kita tunggu beberapa menit lagi yah, kalau Tari belum nongol juga, kita kembali sama-sama," ucap Chery yang akhirnya diiyakan oleh Nara.

Sementara dikejauhan Tari dan Dimas sedang berada dalam suasana canggung, tangan Dimas belum terlepas dari tangan Tari, dan entah kenapa Tari juga tidak memaksa melepasnya.

"Tar, boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" tanya Dimas.

"Boleh mas," jawab Tari singkat.

"Apa kamu sudah punya kekasih?" Tari merasa jantungnya seolah berhenti berdetak mendengar pertanyaan Dimas.

"Belum mas," jawab Tari sangat pelan setelah diam beberapa saat.

"Syukurlah kalau begitu, berarti aku ada harapan," ucap Dimas.

"Maksdu mas Dimas?" Tari pura-pura tidak mengerti.

"Mungkin kamu akan menganggap ini terlalu cepat, tapi aku tidak ingin menyesal dibelakang karena ada orang lain yang sudah mendahuluiku. Aku suka sama kamu Tar, apa kamu mau menjadi kekasihku?" Dimas langsung pada inti pembicaraannya.

"Aku sadar mungkin aku bukan siapa-siapa buat kamu, kalau kamu menolak juga gak apa-apa kog," Dimas melanjutkan lagi ucapanya saat Tari hanya diam saja, ia tersenyum dipaksakan.

"Aku tidak pernah memandang orang dari status sosialnya mas, aku juga hanya manusia biasa kalaupun Tuhan mungkin menitipkan lebih banyak rezeki sama aku," akhirnya Tari bersuara juga, membuat senyum Dimas lebih mengembang sekarang.

"Jadi apa jawaban kamu Tar? Kita sebentar lagi akan sampai ditempat Chery," kata Dimas menunjuk kedepan dan benar saja disana sudah tampak bayangan dua orang, yang satunya sedang duduk dan satunya lagi berdiri.

"Apa kamu mau menjadi kekasihku?" tanya Dimas lagi mengulang pertanyaannya, Tari mengangguk perlahan yang dilanjutkan dengan ucapan dari bibir merahnya.

"Iya mas, Tari mau," suara Tari terdengar bergetar menjawab pertanyaan Dimas, sama bergetarnya dengan hatinya saat ini.

"Makasih Tar, jadi kita sudah pacaran nih sekarang?" Dimas benar-benar bernafas lega ternyata perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Iya mas," Tari tersenyum malu-malu dalam kegelapan yang sudah jadi saksi awal dimulainya sebuah hubungan sepasang kekasih.

Setelah beberapa menit sampai juga ditempat Nara dan Chery.

"Cher, Nar, ngapain kalian berhenti disitu," tanya Tari membuat kedua sahabatnya merasa kesal.

"Lu nanya kita ngapain disini, lu gak sadar dari tadi ngilang dari kita," kata Chery ketus.

"Iya Tar, lu kemana aja sih, kog bisa jauh tertinggal dibelakang?" Nara menimpali.

"Maaf Cher, maf Nar, aku tadi jalan sama mas Dimas dibelakang," balas Tari, Dimas yang mendengar dari tadi hanya diam saja, ia memberi kesempatan pada Tari untuk menjelaskan sendiri pada kedua sahabatnya.

"Lu kenapa mesti sama mas ganteng jalannya, atau kalian ada apa-apa yah?" tanya Chery penuh keingin tahuan.

"Entar gua ceritain diposko yah, sekarang kita lanjutin aja perjalanannya, acara makan-makannya udah hampir kelar tau," balas Tari, kemudian mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dengan Chery dan Nara yang penuh tanda tanya dikepalanya.

❤️Maaf yah readers author baru bisa up lagi karena lagi fokus dinovel yang satu dulu, jangan lupa LIKE, VOTE ,dan KOMENTnya yah😘🤗

🤩 Kucoba mencari bayangmu dikeheningan malam, suara jangkrik mengusik jiwa, apakah bisa kau sisakan Cinta dalam diam, untuk sekeping hati yang kini tersiksa menahan Rindu❣️

Terpopuler

Comments

Muthia Alghifari

Muthia Alghifari

galen kalah cepat sama dimas..dimas baru kenal bentar udh brani nembak galen cm d pendem dalem hati doang..

2021-02-13

3

💱𝔞𝐦💱

💱𝔞𝐦💱

congrats dimas ♥ tari 👏👏👏👏

2021-01-19

3

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

Slamet yg dh jadian ya ...PJ nya mna nih 🤣🤣🤣

2021-01-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!