03

Hampir setiap ada kesempatan, Alan akan selalu mencoba 'nembak' Calista. Entah sudah berapa ratus kali Alan berusaha membuka hati Calista untuknya.

Bayangkan saja, saat menyadari perasaannya pada Calista usianya 12 tahun. Dan bukan Alan namanya jika tidak langsung mengungkapkannya pada sahabatnya itu.

Calista menjauhinya beberapa lama setelah 'penembakan' itu. Tapi Alan selalu berhasil membuat Calista berbicara lagi dengannya. Hal tersebut menjadi siklus dalam persahabatan mereka. Reyka sudah bosan menjadi perantara dan akhirnya tak perduli. Yang penting baginya, Calista tetap bersahabat dengannya.

"Reyka!" panggil Alan pada gadis cantik berlesung pipi yang dilihatnya sedang berjalan menuju parkiran motor saat pulang sekolah. Karena sudah hafal dengan panggilan Alan, ia mengerem langkahnya dan menunggu Alan menghampirinya.

"Kalau kau hanya ingin mengeluhkan Calista, aku tak mau mendengarkannya!" semprotnya pada Alan dengan wajah cemberut.

Alan nyengir kuda dan menggaruk kepalanya yg tidak gatal.

"Oke, aku tidak akan bicara tentang Calista. Aku hanya ingin membicaran tentang perasaanku padanya."

"Cih! itu sama aja, Bro!" seru Reyka gemas dan memukul lengan Alan cukup keras yang membuatnya menjerit hingga mengundang perhatian orang.

"Aku tidak akan menyerah pada Cal. Tapi aku akan dikirim Dad ke Stanford setelah lulus. Aku harus berburu dengan waktu untuk memastikan Cal akan menungguku, atau kalau perlu akan aku ajak dia bersamaku. " Reyka melihat kesungguhan dan tanda-tanda bucin akut diwajah Alan.

"Bucin dan bodoh itu ternyata beda tipis, ya" ejek Reyka menaikkan ujung bibirnya, "cinta itu ga bisa dipaksa, Lan. Semakin kamu paksakan, semakin illfeel Cal sama kamu"

Alan terhenyak, karena begitu tertampar dengan ucapan Reyka, sampai tubuhnya terhuyung ke belakang. Ucapan Reyka sangat mengena dan menampar harga dirinya. Sudah lama Reyka ingin mengungkapkan hal itu, tapi ia tak tega. Sudah saatnya menyadarkan Alan bahwa Calista tidak mencintainya.

"Sadarlah, Lan. Cinta tidak bisa selamanya disamakan dengan analogi batu yang akan berlubang jika ditetesi air terus menerus, seperti yang jadi prinsipmu selama ini," ujar Reyka melembut, "Tapi kamu keliatan bodoh dan tak tahu malu dengan terus mengemis cinta pada Cal yang jelas-jelas sudah menolakmu puluhan kali. Lama-lama kamu akan benar-benar kehilangan dirinya karena ia terlalu muak dengan kelakuan kamu"

Alan kini terduduk dengan menatap Reyka tak percaya. Reyka mengulitinya habis-habisan. Matanya menghangat dan memerah yang menjalar ke keseluruhan wajah dan lehernya.

"Aku sahabat kalian berdua. aku tidak ingin di suruh memilih diantara kalian. Tapi yang aku tahu pasti, Cal tidak ingin melukaimu tapi juga tak mau mengasihanimu. Dan aku yakin, kau juga tak mau dikasihani, kan?" Alan menatap Reyka dengan pandangan linglung, tapi kemudian ia mengangguk-angguk.

Reyka kemudian meninggalkan Alan yang masih terduduk. Ia berharap, Alan akan menjadi dewasa dan mulai menata hidupnya dengan mengakhiri kebucinannya pada Calista, yang membuatnya terlihat bodoh.

Tanpa disadari keduanya, Calista mendengar semua percakapan mereka. Calista kebetulan melihat handphone Reyka tertinggal di kelas. Calista bergegas menuju parkiran motor berharap sahabatnya itu belum pulang. Ternyata Alan mencegat Reyka dan tentunya ia mendengar semua pembicaraan mereka.

Calista sangat berterimakasih pada Reyka, yang mewakili isi hati yang tidak tega ia ungkapkan. Semoga Alan dapat menerima semua kata-kata Reyka dan mereka bisa bersahabat lagi seperti dulu.

Semoga...

Terpopuler

Comments

mama yogi

mama yogi

Takdir 'Lan 😍🤠

2021-12-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!