Sudah 6 bulan, dia hanya duduk di tempat yang sama. Kejadian itu masih membekas diingatannya, kecelakaan yang membuat hidupnya gelap gulita.
"Tuan muda Rein, waktunya makan siang." Kata seorang pelayan.
Rein berbalik, "Jangan antar lagi, ga akan aku makan." Sudah beberapa hari dia mogok makan.
Pelayan itu mendekat, "Tuan harus makan." Paksanya.
"Aku bilang ga akan aku makan!!!" Teriak Rein.
Pelayan itu mulai kesal, "Tuan Rein! Seharusnya tuan itu bersyukur saya masih diperintah untuk ngantar makanan!!!! Tuan itu udah buta!!! Jangan sombong!"
"Beraninya kamu?!" Rein mulai marah.
"Diam kamu Rein!!!!" Seseorang mendorong tubuh orang buta itu hingga jatuh.
"Ibu? Kenapa? Apa karena sekarang aku buta?" Kata Rein.
"Kamu masih nanya?! Jelas karena kamu buta sekarang!!!" Bentak ibunya.
Rein tak habis pikir, kenapa ibunya tiba-tiba berubah? Dulu ibunya sangat menyayangi dirinya, namun sekarang sangat jauh berbeda.
Ibunya memasukkan pakaian Rein ke dalam koper, menarik Rein keluar rumah mewah itu.
"Orang yang buta ga berguna dalam keluarga ini. Kita adalah keluarga terkaya ke 3 di negara ini, mana mungkin orang buta bisa membawa kita ke urutan pertama? Jangan pernah muncul di dalam keluarga ini lagi!" Ibunya mendorong Rein serta melempar koper pakaiannya.
"Ingat ini baik-baik, jangan pernah muncul di hadapan salah satu dari keluarga ini atau bilang kamu anak bungsu keluarga ini!!!!" Rein ditinggal begitu saja.
Tak ada seorang pun yang membantunya saat itu, Rein meraba-raba sekitarnya mencari tongkat dan kopernya. Hanya karena sebuah kekurangan, keluarganya membuang dirinya begitu saja ke jalanan.
Rein masih bisa mengingat jalan menuju jembatan tempat yang biasanya dia datangi, walau tanpa penglihatan Rein sampai dijembatan itu. Dia memang sudah sangat sering berjalan kaki menuju jembatan itu sejak SMP, sungai yang dalam dan angin sepoi-sepoi membuat dia tenang.
"Apa ini akan jadi terakhir kalinya aku datang ke sini?" Pikirnya dalam hati.
Jembatan itu sudah lama tak dilewati namun terkadang beberapa orang masih menggunakan jembatan itu ketika berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua, memang tempat sepi yang cocok untuk menenangkan diri.
Kakinya mulai melangkah naik, sedikit ragu namun tetap melangkah.
Tak lagi dia pikirkan keluarganya, pikirannya kosong. Dia tak pernah menyangka ibu kandung yang sangat menyayangi dirinya dulu, sampai hati membuangnya ke jalanan.
"Ingat ini baik-baik, jangan pernah muncul di hadapan salah satu dari keluarga ini atau bilang kamu anak bungsu keluarga ini!!!!"
Kata-kata itu masih melekat diingatkan. Dalam sekejap hubungan ibu dan anak terputus.
"Kenapa ibu bisa setega ini?" Pikirnya.
Angin yang dulu memberikan ketenangan ketika menyentuh wajahnya, kini malah membawa kesedihan. Kejadian kecelakaan saat itu, perubahan sikap anggota keluarga, teman-temannya yang menghilang, bahkan pelayan rumah berani menghina dirinya. Tak ada seorangpun yang perduli padanya.
"Kalau lompat dari situ ga akan meninggal, tau?" Suara itu menghentikan dirinya.
"Iya, kalau lompat ga akan meninggal." Kata Vivian.
"Tapi sungai ini dalam." Raut wajah Rein jelas menunjukkan kebingungan.
Seseorang menarik tangannya, " Memang dalam, kalau aku ga bilang gitu kamu pasti lompat!" Ketus Vivian, tangan itu menuntunnya turun.
"Duduk!" Perintahnya. Rein menurut.
"Aku Vivian, kamu?" Vivian memperkenalkan diri.
"Rein" Jawab Rein. Dia tak mengenal Vivian karena dia tak pernah tertarik dengan dunia hiburan. Bahkan ketika ada acara tentang para aktris di televisi dia langsung memindahkan channel.
"Apa kamu orang yang ibu bilang itu? Teman yang sebenarnya?" Pikir Vivian dalam hati.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
TK
5 like di awal ✌️
2021-04-21
0
penahitam (HIATUS)
Mampir Thor..
Feedback ke karyaku juga ya Thor😊
salam 'About Love'
2021-04-17
2
Nyai iia
hadir kembali..
jangan lupa feed back nya ya..
"i will die in love"
2021-03-18
0