Di ruang Kebidanan. Di sofa dekat meja kerjanya. Rie menghempaskan badannya di sofa panjang. Membuka sepatu pansus putihnya. Meluruskan kakinya. Ia menarik nafas panjang. Lalu membuangnya perlahan. mengusap usap wajahnya. Memijit pelipisnya sehingga menimbulkan sedikit warna merah disana.
”Kau sakit? Apa kau tidak apa apa?” Tanya seorang wanita. Wanita itu menepuk bahu rie sambil setengah membungkuk. Terlihat gurat khawatir dari wajahnya kala melihat rie. "Hey rie..." Panggil Wanita itu lagi.
Rie tersentak dari diamnya. ’Sepertinya aku melamun’ batinnya. Rie melihat wanita itu. Lalu senyum simpul terbit dari bibirnya.
"Nada. Aku lelah. tadi aku..."Katanya terputus. ”Aku tahu rie. Tadi selesai dari ruang Ok, mika meneleponku." Jelas Nada.
"Lalu?" Tanya rie. "Apanya yang bagaimana? Aku tau kalau kemarin kau double shift. kau membantu Cici kan?" Tanya nada. Rie mengangguk.
”Dan aku tahu dokter populer itu kecelakaan dan dia dioperasi. Dia masih dalam masa kritis rie. kau tahu apa mika katakan padaku?" Ia melempar tanya kembali pada rie. Rie menggeleng. Ia tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Setelah ia membantu mika mengantarkan dokter bara ke ruang OK.
"Dokter Bara koma rie" Ucapnya Lirih. Rie terdiam. Menatap Nada dengan wajah sendu. Meremas tangannya sendiri.
Nada melihat rie yang sedikit gelisah. Menatapnya intens. "Kau kenapa rie? Mau cerita?."Tawar Nada.
Nada tahu, rie menyimpan sesuatu. Nada penasaran kenapa rie terlihat gelisah setelah ia mengatakan bahwa dokter itu koma. "Rie..." Panggil nada lembut.
Rie memperbaiki posisinya. Dari selonjoran disofa, menjadi duduk. Ia menepuk nepuk bantalan sofa. Mengisyaratkan nada agar duduk disampingnya. Nada lalu berjalan menuju sofa. Ia duduk disamping rie.
"Nada. Cuman kau yang tahu kalau aku memiliki kelebihan" Ujar rie. "Hmmm, maksudmu indera ke enam kau itu?" Tanya nada. Rie mengangguk membenarkan.
”Kau tahu tadi malam, setelah aku menemani cici visit ke bangsal pasien, aku berjalan sendirian di koridor. Aku ingin pulang ke Mess." Rie membuka cerita. ”Lalu?" Tanya nada lagi.
”Aku melihat anak perempuan kecil, gadis kecil lucu bergaun Lolita dengan memeluk boneka teddy bear nya. Ia duduk di lantai koridor rumah sakit. Dia menatap ku tanpa ekspresi" Lanjut rie. ”Dan?" Lagi nada bertanya penasaran.
”Aku jongkok dihadapan gadis kecil itu. Lalu aku bertanya, dimana mamanya. dia tak menjawab. kau tahu itu pukul satu dini hari.” Ujar rie. Kemudian nada tertawa terbahak bahak. Rie diam. Menatap bingung pada nada.
"Kenapa kau tertawa nada? apa itu lucu?" Tanya rie bingung. Nada menghentikan tawanya. ”Rie, tidak ada anak kecil berkeliaran jam satu dini hari, di koridor rumah sakit lagi. Kau ini”
Nada beranjak dari duduknya. Berjalan menuju meja kerjanya. Lalu ia berdiri dihadapan rie.
”Iya bodohnya aku. Dan kau tahu ada yang lebih penting. Hal yang membuat aku terkejut nada" Cerita rie. "Apa?” Tanya nada penasaran.
"Saat aku sedang berjongkok melihat gadis kecil itu, dokter bara berteriak memanggil ku di koridor.” Jelas rie.
Nada terdiam. Masih menimang nimang cerita rie. Menatap rie lebih intens. Menunggu lanjutan cerita rie.
”Dia menghampiriku nada. dokter bara menghampiriku. Dan berkata seperti yang kau utarakan kepada ku barusan. Anehnya, dia seperti akrab denganku. Padahal kenyataannya kami hanya partner." Cerita rie lagi.
"Lalu, telepon ku berbunyi. Jane meneleponku dan berkata mika memintaku membantunya untuk menangani pasien yang Kecelakaan. Dan kau tahu itu siapa?” Nada menggelengkan kepalanya tanda ia tak tahu.
"Pasien itu dokter Bara" jelas rie lagi. Nada terkejut seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. "Rie, dokter bara kecelakaan dan kau bertemu dengan Ruh nya? Ya ampun rie..." Cicit nada riuh.
"Aku tidak tahu nada. Aku juga tidak mengerti. Kau bayangkan jika orang lain yang tahu. Disangka aku gila bisa seperti ini. Kau tahu kan ini zaman modern. Orang tidak akan percaya dengan hal hal seperti itu" Jelas rie panjang lebar.
Nada menepuk dadanya "Rie. Kau dengar aku. Masih ada yang percaya. Aku, aku percaya rie. Adikku seperti mu. kalian sama rie.” Cicit nada lagi tak henti.
Saat nada menjelaskan perihal adiknya yang sama kondisinya dengan rie, tiba tiba angin bertiup menyentuh tengkuk mereka. Tercium wangi darah bercampur bunga melati. Nada terdiam seketika.
"Rie, kau mencium bau tidak?. Apa barusan kau menyalakan kipas rie?. Terasa dingin. Rasanya aku tidak membuka jendela." Nada mengusap usap tengkuknya. Rie terpaku sambil melongo melihat sesuatu di belakang nada.
”Bu, bisa tolong gantikan gurita saya?" Ujar seseorang di belakang nada.
Nada membalikkan badannya. ”Oh iyaa b..." Nada ikut terpaku. Wajahnya pucat. Kakinya terasa berat. Ia tak bisa mengeluarkan suaranya. Rie berteriak kencang.
"Nada Lari" Teriak rie. Tapi Nada tetap tak bergeming.
Rie bangun dari Sofanya. Menarik tangan nada. Berjalan cepat keluar dari ruangan menuju koridor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
serem juga,tp penasaran.lanjut dulu...
2022-01-07
1
𝐀⃝🥀Ossy
mulai serem...jd deg2an
2022-01-03
2
Magdelenaduling
lanjut thor
2021-11-25
2