Bab 4

Dengan tangan menunjuk lurus ke arahku, Pak Uti kembali melanjtukan kekesalannya. "Ysaudah kalo gitu, berarti yang salah kamu”

“Ia pak, memang saya yang salah kok pak” jawabku semakin lantang.

Mungkin dalam hatinya dia bingung, mengapa aku mau menolongnya, padahal jangankan akrab, mengobrol pun kami belum pernah, saat itu aku hanya merasa iba saja kepadanya, lagian dia kan siswi baru, takutnya dia tak nyaman disini jika harus langsung terkena sanksi, tidak ada hal lain lagi.

“Sebagai hukuman, kamu hari ini tidak usah ikut belajar, sekarang kamu ke lapangan hormat bendera dan bilang saya tidak akan mengajak orang terlambat lagi, paham?” pungkas pak uti tegas.

“Sampai kapan pak?” tanyaku dengan wajah sedikit kesal

“Sampai pulang sekolah” jawab Pak Uti dengan wajah yang lebih kesal dariku

“ Tapi pak ....”

Belum selesai aku berbicara Pak uti memotong pembicaraanku.

“Gak ada tapi-tapi, cepat keluar,” potongnya lagi.

Dengan perlahan aku meninggalkan kelas menuju lapangan yang saat itu kebetulan cuaca sangat panas sekali “yasudah pak, permisi, Assalamu’alaikum”

Aku sedikit kecewa dan sedikit tak percaya dengan hukuman yang pak uti berikan, aku keluar meninggalkan kelas, bukan apa-apa, aku tak menyangka saja jika harus di hukum seharian penuh, lagian ini kan hari pertama Dia masuk ke kelasku, apa boleh buat, dengan berat hati aku menerima hukuman itu, oiya lapangan dan kelasku bersebelahan, dan saat itu pintu di kelas tidak begitu tertutup jadi aku bisa sedikit melihat ke dalam, aku tau di tengah-tengah hukuman ku, Cindy terus saja melirik kepadaku, mungkin dia merasa kasihan, Manusiawi, walau jutek dia juga kan Manusia.

Suasana di kelas tak seriuh saat Bu Amy yang mengajar, mungkin teman-temanku masih sedikit merasa shock dengan kemarahan Pak Uti tadi, sementara aku di lapangan hanya bisa menghormat kepada bendera, sesekali aku jongkok karna terasa begitu pegal ditangan dan kakiku, jujur saja dengan keringat yang terus saja menetes aku merasa sedikit pusing, mungkin karna tadi pagi aku belum sempat mandi atau bahkan sarapan.

Bel istirahat berbunyi, semua yang ada di dalam kelas mulai keluar, bukan hanya di kelasku saja, tapi di kelas yang lain juga, dari kelas 10, 11 dan kelas 12 , Aku lupa bahwa di sekolah ini bukan hanya kelasku saja yang belajar, mereka sesekali melihatku yang sedang berdiri sendiri di tengah lapangan, bahkan ada yang bergerombol menontonku, yang paling menyebalkan ketika ku dengar celotehan yang kurang baik untuk ku dengar.

Aku juga lihat cindy ke luar dari kelas, namun dia seperti tak peduli denganku, sial, dia hanya sedikit melirik dan pergi begitu saja,tak apa, mungkin dia malu jika harus berterima kasih saat itu juga padaku, sebenarnya aku juga tidak mengharap ucapan terima kasih darinya, hanya saja apa pantas seperti itu?.

Tak lama dari belakang ada yang menepuk pundakku, aku melirik dan terkejut ternyata Cindy yang melakukan itu, dengan membawa satu botol air mineral dan senyum manis diwajahnya dia memberi ucapan terima-kasihnya itu,

“ Makasih yah, kamu udah nolongin aku,” Ucapnya manis, sembari membawa sebotol air minum.

“Emmm, iya sama-sama, santai aja” jawabku dengan nada yang masih tak percaya

“ Nih minum dulu, lain kali jangan gitu lagi, aku gak mau ngerepotin orang, lagian aku juga kan orang baru disini, gak enak” sambungnya dengan tangan kiri memegang tanganku dan tangan kanan menaruh minuman di atas tangan ku yang satunya

“Hehe, gak papa kok beneran, santai aja, makasih loh repot-repot beli air”

“Diminum, ya, nggak kok gak repot, malah aku yang udah repotin kamu, gara-gara aku juga kan kamu jadi kek gini. Yaudah deh, aku tinggal dulu ya, nanti pulang sekolah ada yang mau aku tanyain sama kamu."

Aku tak percaya dia ingin mengobrol denganku nanti, dengan nada terbata-bata ku iya kan saja “Yaudah okey"

“Satu perhatian kecil sejatinya akan lebih membekas saat dimana seseorang sangat membutuhkan itu”

Di sisa hukumanku, aku terus saja terbayang dengan kejadian tadi siang, saat senyum manis itu datang padaku, indahnya.

Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 13:00 artinya sudah waktunya untuk pulang sekolah, dan kutebak sebentar lagi bel pasti berbunyi,, benar saja, mungkin sekitar 12 detik dari tebakan ku tadi, bel pun berbunyi, Aku dengan segera membereskan bajuku yang tampak begitu lusuh, wajar saja seharian aku terkena sinar matahari kawan, Oiya aku ada janji pula dengannya, jadi aku harus sedikit rapih, entah mengapa, mungkin ini yang aziz dulu pernah katakan, tapi aku hanya sedikit tertarik saja dengannya, mungkin karna senyumnya tadi.

Aneh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!