PERKENALAN TOKOH
Taufik Ryan Hidayat.
Periang, jahil, urakan, cerdas namun ceroboh
Cindy Januarty.
Cuek, cerdas, keras kepala namun penyayang.
Abdul Aziz
(Kanan) Pipit, Elim, Sulis, Putri,
(Kiri) Ima, Syahira, Nadia, Eca, Inez, Nova, sari
Masa perkenalan siswa
Ternyata Teh Amel yang yang berada dibalik pintu, dia ketua osis sekarang disini, seperti halnya Ketua osis yang lain, Teh Amel mulai memperkenalkan diri beserta anggota osis yang lain, aku sih sudah tahu, Jadi selagi teh Amel bicara didepan, aku bisa sedikit curi-curi pandangan padanya.
"Nah, kalian kan udah tahu nama kakak, sekarang kakak juga mau tahu nama kalian" Seru teh Amel.
Lalu satu persatu dari kami maju ke depan untuk memperkenalkan diri, dan disini juga aku tahu namanya.
"Pake C kak bukan pake S" potong Cindy saat teh Amel sedikit salah pengucapan ketika menyebut namanya.
Teh Amel terdiam sesaat, mungkin terkejut.
"Emmhh, oiya iya..maaf!" jawab teh Amel.
"Jadi Cindy ya, bukan Sindy?"
"Hehe iya teh" jawab cindy pelan.
Walau aku sedari tadi hanya sibuk curi-curi pandang, tapi percayalah, kupingku masih bekerja, aku juga mendengar salah satu ucapan Teh Amel, katanya nanti siang kita akan ada acara seperti MOPD di salah satu tempat yang tidak jauh dari sekolah,
kalau tak salah nama tempatnya PTIK CIGOMBONG, ya, lumayan pikirku bisa meluangkan atau mencuri waktu untuk mengobrol dengannya.
Oiya, aku lupa kalau kami berada di area pondpes, jadi kami tidak bisa intens berbicara dengan lawan jenis disini. Disini juga semua siswi diwajibkan memakai hijab, itulah mengapa di awal tadi aku tidak menyebutkan seperti apa Cindy, contoh seperti apa rambutnya, dan lain lain, karna memang aku belum tahu, yang pasti dia manis, kulitnya putih, badannya kecil, namun sedikit berisi, tingginya mungkin 155 Centi Meter. Pas untuk postur wanita Indonesia
"Nah sebelum berangkat, kakak mau ada yang nyanyin hymne sekolah kita, setuju?" Ujar teh Amel
"Setuju," Jawab yang lain bersemangat, aku sih tidak, karna saat iru aku berpikir hal semacam itu konyol.
Aku ingat betul saat itu teh Amel menyuruhku, entah mungkin karna dia sudah mengenalku, jadi dia tak canggung menyuruhku.
"Sial" Gumamku dalam hati.
yasudah mau tak mau aku bernyanyi saja sebisaku.
Singkat saja, kami sudah dalam perjalan yang cukup melelahkan, sembari dibarengi dengan sedikit candaan tentunya.
"Oiya pik, gimana udah ngobrol belum?" Tanya Aziz
"Ngobrol? Sama siapa?" Jawabku balik bertanya
"Lah elu mah gua nanya malah balik nanya" sambung Aziz
"Lah kan gua gak tau ngobrol sama siapa"
"Ya sama Si Cindy-cindy itu, siapa lagi" katanya
"Ouh dia, boro-boro ngobrol, nyapa aja gua belum berani ziz, hehe" kataku sembari cengengesan
"hah, gagal atuh euy(yah, gagal dong)"
"Apanya yang gagal?" tanyaku kembali
"Gagal lah, lu suka kan sama dia, kalo gua jadi lu, dari tadi udah gua aja ngobrol fik" tungkas aziz seraya tersenyum lebar
"Siapa yang suka sama dia? lu mah kebiasaan ngarang cerita mulu ziz" kataku membelot
Simple saja, sebutir embun pun tak pernah tahu di daun mana ia akan tinggal
Tak terasa, kami sudah sampai di tempat tujuan, Capek sih, tapi aku yakin ini tidak akan secapek perjuanganku kedepan.
semua dipersilahkan untuk beristirahat terlebih dulu, ya sekedar minum sama makan cemilan gitu, nantinya kami akan ada beberapa kegiatan disini, seperti lomba Yel-yel perkelompok, api unggun dan beberapa acara lainnya, kata Teh Amel sih gitu tadi pas mau berangkat, kalo aku salah, tanya saja sama teh Amel ya, itupun kalo dia masih ingat.
Terlihat juga Aziz sedang duduk di atas tanah, dengan sesekali memijit paha dan betisnya.
"ke warung yuk ziz"
"males ah Fik, duluan aja deh, sorry ya"
"Ouh yaudah gak papa, gua duluan ya"
Walau sendiri terpaksa aku tetap berangkat, karna memang tak ada yang bisa kuminum dan makan, aku lupa tidak menyiapkannya di asrama tadi. Gara-gara Aziz.
"Mau nitip gak sekalian?" Tanyaku
"Ngga ah Fik, gak bawa uang"
"Yaudah Ziz, kayak biasa aja hihihi" kataku
"Yaudah deh boleh-boleh"
kami lalu tertawa setelah nya.
Ya, aku dan Aziz sudah terbiasa seperti ini, dan aku juga yakin, yang lain juga melakukan hal yang sama pada kawannya.
Terlihat juga sudah ada beberapa kelompok yang sudah mendirikan tenda yang sudah disiapkan, saat itu aku aku ada di kelompok 3 kalau aku tak salah, dimana disitu ada Aku, Aziz, Galih, Ncep, Adiw, dan Jabar, setiap kelompok memang terdiri dari 6 orang.
Disaat yang lain sudah mulai sibuk dengan berbagai aktivitasnya, kami masih belum melakukan apa-apa, maklum saja, kelompok kami ini cukup pandai dalam beberapa hal, jadi bisa sekalian nanti.
Bohong kawan, aku hanya bercanda, kalian jangan tiru, mau segampang apapun pekerjaannya, menunda-nunda itu tidak baik, betul, kan? Gak percaya? Boleh kok tanya lagi sama teh Amel hihi.
"Wiu-wiu-wiu" Suara sirine speaker yang sekilas seperti suara mobil polisi.
"Oke semuanya bisa siap-siap untuk perlombaan pertama, Lomba menyanyikan yel-yel" Seru Widi salah satu anggota Osis dengan speaker ditangan kanannya.
"Aduh, maenya ieu teh ges arek mulai deui lombana (aduh, masa sih ini udah mau dimulai lombanya)" gerutu Galih dibelakangku.
"Di era zaman yang sudah semakin maju, aku gak percaya masih ada yang kaya gini"
celoteh Jabar menyambung keluhan Galih.
sementara yang lain hanya sedikit tersenyum mendengar keluhan mereka, termasuk aku.
"Yasudah, yuk siapin lagunya, kira-kira lagunya gimana?" tanyaku
"Boro-boro mikirin lagu fik ah, kita mah ngikut aja deh," jawab galih kembali dengan wajah yang semakin di tekuk
"Yasudah deh, Aku pikirin dulu ya lagunya, nanti kalo udah jadi kalian hafalin ya"
"Iya" jawab serentak
Aku memakai lagu "Naik naik ke puncak gunung" saat itu hanya saja memang ada beberapa kata yang kuganti, Aku mohon maaf jika itu salah.
Giliran kelompok kami sekarang, aku rasa kami tak akan menang disini, bagaimana mau menang, mau lihat senyum teman-temanku saja susah, dengan penampilan seadanya kami maju saja, jujur aku juga malas, tapi hari itu aku ingin terlihat keren di depan Cindy.
"Oke beri tepuk tangan untuk kelompok 3" ujar widi.
Sebetulnya saat tadi menyanyikan yel-yel mataku kesana kemari, aku mencari Cindy yang sedari tadi tak ku lihat, apa jangan-jangan dia sakit? seketika hatiku bertanya demikian, entah mengapa aku merasa peduli padanya, walaupun saat itu aku masih malu untuk mengakuinya.
"Wiu-wiu-wiu" suara sirine yang sama terdengar lagi dari salah satu aula yang ada disini, itu pertanda untuk kami segera kesana.
"Nah, lomba pertama sudah selesai, kalian boleh istirahat dulu sambil nunggu adzan dzuhur, acara kita lanjut setelah sholat" jelas salah satu osis, dari belakang terdengar galih kegirangan
"Yeaaahhhhh, gitu dong dari tadi"
Mungkin acara ini menyebalkan bagi kami, tapi apa kalian tahu, acara ini menguntungkan untuk amang cendol, ya saat itu ada beberapa pedagang yang mengetahui kegiatan kami di sini, salah satunya amang cendol ini, dari jauh saja sudah terlihat begitu banyak yang mengantri dagangannya.
Si amang cendol beserta gerobaknya ini juga lah yang jadi saksi pertama obrolanku dengan Cindy, tapi itu kesan pertama yang buruk, sebab disini pula aku mulai tak yakin untuk menyukainya.
"Mang, meser hiji" ( beli satu bang)
"Tungguin ya, a" kata si amang sembari mengambil gelas
"okey mang, santai aja"
setelah menunggu beberapa saat, akhirnya sedikit lagi selesai, aku beberapa kali menelan ludah melihat betapa menyegarkannya cendol ini, tapi....
"Mang itu buat siapa, buat aku dulu deh" potong Cindy sambil mengambil cendol dari tangan si amang
"Eeeeh neng, itu buat si aa nya" jelas si amang
"aa yang mana mang?"
"ekhem ekheem" potongku berdehem
"ouh aa nya yang ini, buat baru lagi aja mang, dia mah baik ini" tungkas Cindy santai
"Ehh gak bisa gitu dong, budayakan antri sayang" jawabku dengan sedikit candaan.
"ehh apaan si sayang-sayang"
"yaudah kalo gitu siniin cendol gue"
"gak mau! kalo udah ditangan aku, berarti milik aku" ujarnya
"laahh..gak bisaa lah orang gue yang duluan pesen"
"Syuuut" potong amang cendol
"gini aja gini, neng kasih cendolnya ke si aa ya, soalnya si aa yang pesen duluan" lanjutnya
"gak mau" jawab cindy sembari memalingkan wajah
"huuuuhh" terdengar keras helaan nafas panjang dari si amang cendol
"yaudah deh si aa bikin baru aja ya" sambung amang cendol
"lah mang, gak bisa gitu dong mang"
"ih cowok kok gak mau ngalah gitu si, egois" samar terdengar gerutuan cindy.
"Lu bilang apa? Egois, haha lucu lu" ujarku dengan nada tinggi.
Terjadi beberapa obrolan dengan nada tinggi saat itu, namun pada akhirnya wanita memang selalu ingin benar, "dasar betina" Celotehku di sela-sela perdebatan, mau tak mau aku yang mengalah saat itu, padahal aku sudah membayangkan betapa segarnya es yang ku pesan tadi.
"Makasih yah mang," ucap Cindy sembari tersenyum
"mikisih yih ming" ejekku
"idih, amit-amit" katanya, lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya cendol kedua ini sudah berada ditanganku, akan ku jaga sepenuh jiwa dan ragaku, tak akan ku biarkan lepas untuk kedua kali, setelah selesai membayar, langsung kucari tempat teduh untuk menyantap es ini. Pandanganku tertuju pada pohon besar di sebrang gedung, tak pikir lama, aku langsung kesana.
"Bismillah" ujarku sembari merebahkan kaki.
terlihat di luar gedung dipenuhi oleh teman-temanku yang lain yang sama-sama sedang beristirahat, terlihat pula dia, gadis menyebalkan itu, berdiri di depan gedung yang sama dengan menenteng segelas cendol yang sudah mulai berkeringat, rupanya dia tidak kebagian tempat teduh, jika dilihat seperti ini kasihan juga, pikirku sesaat.
Tak lama setelah itu aku mencoba menghilangkan perasaan peduliku ini, toh gadis menyebalkan seperti itu tak layak dipedulikan olehku, gerutuku sendiri.
"A boleh numpang duduk gak" suara lirih penuh harap mengganggu selera minum ku, dengan tidak begitu memperdulikan siapa, kupersilahkan saja.
"sok-sok, duduk aja kak" ucapku dengan mulut yang masih di penuhi es cendol
"Makasih a"
Aku saat itu tidak berniat melihat siapa yang duduk di dekat ku, aku menoleh karna ingin melihat apa teman-teman ku masih ada di depan gedung, namun secara tidak langsung terlihat juga gadis yang tadi memohon padaku, ternyata dia, si gadis menyebalkan.
"Eh eh, mau ngapain disini" pungkasku.
Cindy yang sudah dalam posisi jongkok sontak berdiri kembali
"Lah, kan tadi boleh" Jawabnya
"siapa yang bilang boleh, boleh itu khusus hanya untuk orang lain, kalau untuk kamu, maaf ya cantik, gak bisa" jawabku mengejek
"idiih, emang ini pohon punya nenek moyang kamu"
"Iya" jawabku cepat
"Ouh gitu, yaudah, Nek aku izin duduk disini ya, izin sama cucuk nenek mah susah, pelit" jawabnya dengan melipat kedua tangan di atas dada.
"Yaudah-yaudah, gua lagi gak mau debat, kalo lu mau duduk disini silahkan, sekalian tuh minta makanannya sama nenek gua" Ucapku dengan nada kesal sembari berjalan meninggalkannya.
"Nah gitu dong, daritadi hehe" balasnya dengan tawa puas menyebalkan itu.
Lagi-lagi aku harus mengalah kedua kali untuk gadis menyebalkan ini, tak lama setelah itu kegiatan kembali dilanjutkan keperlombaan selanjutnya, setelah selesai kami berkumpul di dalam gedung untuk mendengar pengumuman juara dari perlombaan itu, acara demi acara telah selesai dilaksanakan, keesokan pagi setelah selesai senam, kami harus sedikit menahan pegal karna mendengar pidato Pak Beben, kepala sekolah kami, kata pak beben kami akan mulai masuk nanti hari senin depan, beliau juga harap, kami sudah dengan persiapan maksimal, setelah itu kami akhirnya di minta untuk membereskan semua, lalu pergi meninggalkan tempat yang sangat bersejarah bagiku, suatu saat aku akan kembali ketempat itu, Aku berjanji.
Ku kira mawar itu selalu indah, wangi dan selalu berseri, tapi aku lupa bahwa mawar memiliki duri yang seketika dapat menyakiti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Roma Rio
lucu hihi
2022-11-20
0