“tok-tok-tok” suara tanganku yang beradu dengan pintu
“Assalamu’alaikum” paparku dengan nada sedikit takut.
Dari dalam terdengar suara pak uti yang lembut namun seakan penuh kebencian
“Waalaikumsalam, masuk”
Aku memberanikan diri masuk ke dalam kelas dan meminta maaf karna hari ini aku terlambat, seraya berharap Pak Uti tak mempermasalahkan ini, aku berjalan ke tempat duduk dengan sedikit meminta maaf dengan nada rendah
“ Maaf pak, terlambat,”
“ heh, mau kemana kamu, sini dulu” dengan tangan melambai menyuruhku menghampirinya, sial, rupanya akan panjang masalahku ini, sementara itu aku tak melihat Cindy juga masuk, sepertinya dia masih sedikit takut untuk menyusulku. Aku takut sebab aku salah, jika benar, siapapun akan ku lawan, apalagi aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini
“Kenapa terlambat? Baru juga hari kedua masuk sekolah sudah terlambat kamu ini, apalagi nanti, kenapa, jawab” katanya dengan nada yang mulai tinggi.
Saat aku hendak menjawab pertanyaan Pak Uti tadi, tiba–tiba cindy masuk ke kelas dengan muka yang tertunduk dan dengan salam pelan dari mulutnya.
“ Assalamu’alaikum, maaf pak saya telat”
“ dengan pandangan yang berpindah menuju Cindy, dan nada yang masih sama pak Uti tak menjawab salamnya, dan malah langsung marah dan menanyainya “Ini juga nih, cewek-cewek pake acara telat segala, habis dari mana kamu?”
Saat itu suasana di kelas sangat tegang, aku melihat teman-temanku hanya sedikit tertunduk tanpa satu nada pun yang keluar dari mulutnya, kecuali aziz, kulihat dia menutup mulutnya berusaha menahan tawa yang hampir pecah, dasar anak ini, sementara disebelahku ada seorang gadis menjengkelkan dengan ekspresi ketakutan dan hendak menangis, jujur saja teman, aku tak bisa melihat wanita nangis, saat dia hendak menjawab, kupotong saja jawaban dari dia.
“ Salah saya pak, saya yang ngajak dia buat nganter saya ke tempat foto copy” Lontarku berani pada Pak Uti.
Dengan mata yang terbelalak Pak Uti kembali melihat Cindy.
“Apa bener apa yang dia bilang, jawab jujur!”
Aku tau dia hendak berbicara tidak, tapi aku kembali memotong pembicaraan mereka
“Ia pak, bener kok pak, emang kayak gitu pak” potongku
“Diem kamu, kenapa kamu yang jawab, saya nanya sama dia bukan sama kamu” sambung Pak Uti yang semakin marah.
Galaknya pak uti, kemudian sedikit aku menengok padanya dan memberi isyarat agar dia mengiya kan saja apa kataku tadi, rupanya dia mengerti.
Dengan wajah sedikit merasa bersalah “Ia pak, tadi di jalan aku ketemu sama dia, dia ngajak saya ke tempat foto copy, katanya mau print tugas Nama-nama organisasi kelas pak,” jawabnya menuruti perintahku “Terus kenapa kamu gak nolak aja, kamu kan tahu kalo jam segini tuh udah harus masuk kelas,” tegas pak uti kembali.
Karna aku tak tega dengan dia yang terus menerus di cehcar pertanyaan oleh pak uti, aku kembali, memotong pembicaraan mereka.
“Karna dia kasihan sama saya pak” potongku kembali
Dengan nada yang lebih keras dan tangan yang menunjuk kepadaku
"Saya bilang diam, diam”
“Ia pak saya kasihan sama dia, saya pikir masih bisa pak kalo cuman nganter dia sebentar, ternyata disana banyak orang pak, jadi kita harus agak ngantri menunggu bagian,” jawab Cindy kembali dengan mata yang mulai berkaca-kaca,
Entah mengapa hatiku menjerit saat itu
"Tuhan, aku tak tega melihatnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments