"Melly," panggil Rani, berusaha menarik perhatian Melly dari binar-binar cinta Tristan. "Gue lupa bilang sama lo, ntar sore gue mesti nganterin Billy pergi. Jadi ngerjain tugas biologinya ditunda malam aja, ya."
Melly ragu-ragu. Dia melirik Tristan sejenak, seolah meminta pendapatnya. Rani tahu mereka punya janji kencan malam ini.
"Nggak apa-apa," kata Tristan pada Melly. "Kamu kerjain tugasmu dulu aja. Kita bisa pergi besok."
Untunglah Tristan mau mengalah. Meski begitu, Melly tetap marah-marah pada Rani. Jelas dia masih gondok karena masalah kemarin.
"Makanya, kalo ngerjain tugas tuh jangan ditunda-tunda," omelnya. "Kalo misalnya malam ini gue nggak bisa, gimana? Tugas kita bisa nggak selesai."
"Iya, deh," kata Rani. "Besok-besok gue nggak bakal nunda-nunda ngerjain tugas lagi."
Tentu saja, kalau menyangkut pertemuannya dengan Ghevin, tugas adalah nomor kesekian untuk Rani. Dia pasti akan menundanya lagi. Tapi, untuk membuat Melly diam, Rani terpaksa mengatakan yang sebaliknya.
Dengan beresnya jadwal mengerjakan tugas kelompok biologi, Rani jadi bisa mengantar Billy ke SMA Garuda dengan tenang. Billy sudah siap berangkat ketika Rani pulang.
"Kenapa sih lo harus milih sekolah yang jauh?" tanya Rani di tengah perjalanan.
"Banyak temen gue yang mau masuk ke Garuda," jawab Billy dari belakang Rani. "Jadi gue ikut mereka."
Rani berdecak. "Seharusnya lo masuk Ganesha aja," katanya. "Dengan begitu kan gue jadi punya alasan untuk dateng ke sana dan ngelihat Ghevin."
"Tadinya juga rencana gue begitu," kata Billy. "Tapi nggak ada temen gue yang mau masuk ke sana."
"Kan lo bisa dapat temen baru di sana," kata Rani.
"Gue udah nyaman sama temen-temen gue yang sekarang," kata Billy. "Lagian, di Garuda ada cewek yang gue taksir."
Hampir saja Rani mengerem motornya secara mendadak begitu mendengar kata-kata Billy. Baru kali ini Billy terang-terangan mengaku naksir cewek. Ternyata Billy sudah besar.
"Kok bisa-bisanya ada cewek yang lo taksir di sana?"
"Beberapa bulan lalu gue ngikut temen gue ke sana," jelas Billy. "Temen gue itu punya kakak yang sekolah di sana. Nah, cewek yang gue taksir itu temen sekelas kakaknya. Lo mesti lihat tuh cewek, Ran. Cantiiikkk banget! Lo sih nggak ada apa-apanya dibandingkan sama dia."
"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue bakal langsung putar balik ke rumah," ancam Rani.
Billy pun langsung mingkem. Tapi Rani masih penasaran dengan cewek yang ditaksirnya itu.
"Tuh cewek kelas berapa?" tanya Rani.
"Sama kayak lo," jawab Billy. "Kelas sepuluh."
"Kenapa lo pilih cewek yang seumuran gue?" tanya Rani lagi.
"Gue pilih dia bukan karena dia seumuran lo," bantah Billy. "Lagian menurut gue nggak masalah. Gue kan cuma lebih muda setahun dari dia."
Sepertinya Billy memang menyukai cewek yang lebih tua darinya. Rani yakin dulu Billy juga sempat naksir pada Melly. Tapi mungkin karena Melly begitu dekat dengan Rani, lama-kelamaan Billy menganggapnya sebagai kakak sendiri.
Sesampainya di SMA Garuda, Rani memarkir motor di pelataran parkir sekolah. Masih ada beberapa kendaraan yang parkir, mungkin milik guru atau murid yang belum pulang.
Rani mengikuti Billy memasuki bangunan sekolah. Ketika Billy masuk ke ruang tata usaha untuk mengambil formulir pendaftaran, Rani memutuskan untuk menunggu di luar dan melihat-lihat mading.
Tidak ada yang menarik, hanya beberapa pengumuman. Jadi Rani membalikkan badan dan melihat ke arah lapangan yang kosong. Tepat pada saat itu, di seberang lapangan, ada beberapa cewek yang baru keluar dari kelas. Mereka mengobrol sambil tertawa-tawa.
Meski terpisahkan lapangan, Rani masih bisa melihat dengan jelas wajah salah satu cewek yang tampak familier. Cewek itu sangat cantik, dengan mata oval dan rambut hitam panjang lurus, dihiasi bando pink.
Tunggu... bukankah cewek itu Amanda? Rani sempat tidak yakin karena baru sekali bertemu dengannya, tapi sepertinya itu memang Amanda.
Sungguh Rani tidak menyangka bisa bertemu Amanda lagi di sini. Kalau boleh jujur, Rani tidak menyukainya. Bukan karena Amanda jahat, justru sebaliknya, dia sangat baik, tapi karena dia mantan pacar Ghevin. Selain itu, dia juga adik Tristan. Kenyataan itu baru diketahui Ghevin setelah satu bulan mereka berpacaran sehingga membuat Ghevin langsung mencampakkan Amanda. Itulah sebabnya Tristan memiliki dendam pribadi pada Ghevin.
Kalau soal itu, Rani bisa mengerti. Maksud dia, siapa yang rela adiknya diperlakukan seperti itu? Tapi yang membuat Rani kesal, sepertinya Amanda masih mengharapkan Ghevin. Untuk apa sih Amanda masih mengharapkan cowok yang sudah membuatnya patah hati? Lagi pula, Amanda kan cantik. Cowok yang mau jadi pacarnya pasti antre dari Sabang sampai Merauke. Jadi, kenapa harus Ghevin?
Rani takut Ghevin tahu, dan memutuskan untuk kembali pada Amanda. Mungkin Ghevin tidak akan peduli lagi soal fakta Amanda adik Tristan. Toh Ghevin juga sudah mengizinkan Tristan untuk memacari Melly. Berarti tidak ada lagi yang mengalangi hubungannya dengan Amanda. Tapi Rani tidak ingin itu terjadi. Mereka tidak boleh bersama lagi. Rani tidak akan bisa bersaing dengan Amanda. Dia terlalu sempurna.
Rani terus mengamati Amanda dengan pikiran dipenuhi soal Amanda, sehingga tanpa sadar kakinya bergerak maju dengan sendirinya. Begitu kakinya menginjak tepi koridor, yang berbatasan langsung dengan lapangan, tubuhnya langsung limbung. Tangannya menggapai-gapai mencari sesuatu yang bisa dijadikan pegangan, tapi tidak ada apa pun. Sepertinya dia hanya bisa pasrah.
"Yah... jatuh deh."
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
widia jung
aslii ceritanya menarik bgt,,
2021-05-30
0
Uun Setiowati
apa cewe yg di sukai Billi itu Amanda Thor
2021-04-04
0
ARSY ALFAZZA
mantap
2021-03-26
0