Pagi yang cerah, setelah kemarin aku mengaku di hadapan pak Yonatan mengenai masalah pacar, malamnya aku benar-benar mimpi buruk. Di mimpiku aku bertemu kembali bersama Bagas di atas pelaminan, mimpi sialan!
Tanpa sadar aku memaki dalam hati. Semua ini gara-gara pembicaraan bersama pak Yonatan kemarin. Sebenarnya kemarin pak Yonatan menuntut penjelasan namun dengan berbagai alasan aku lari dari sana.
“Al! itu bunyi klakson di depan rumah! Mantan lo datang!” teriak Kak Geri dari balkon.
“Ngapain lagi si gila itu?” gumamku agak kesal. Setelah tadinya menglongokan kepala menatap ke bawah.
“Ya udah Ma, Kak, Alma pergi ya!” teriakku setelah memakai stiletto runcing 8cm.
Setelah sampai di luar rumah aku dapat melihat seorang laki-laki yang berdiri di samping mobil sportnya dengan gaya super sombong yang semakin membuatku merasa kesal.
“Berangkat yuk!” ajaknya.
Dan aku hanya menatap muak.
“Berangkat sendiri aja, gue udah pesan ojol.”
Tak lama berselang driver ojolku datang.
“Selamat pagi, dengan mbak Alysia?”
Aku langsung menganggukan kepala dan naik ke atas motor setelahnya tanpa memedulikan laki-laki itu.
Itu kan? Aku jadi membicarakan tentang masalalu!
Tak berapa lama motor yang memboyongku ke kantor sudah sampai, setelah membayar kuputuskan untuk masuk ke dalam sebelum waktu masuk kantor berakhir yang kemungkin akan membuatku terlambat.
“Kenapa dengan wajah lo, Al? Udah kayak orang habis kesurupan,” komentar Riando saat melihatku hendak melemparkan bokong ke kursi kantor yang lumayan empuk.
“Kesurupan hantu mantan maksud lo?"
“Lo masih nolak dia?” tanya Riando.
Aku berfokus dengan menyalakan komputer yang tepat berada di depanku, mencoba untuk mengabaikan pertanyaan laki-laki itu kali ini.
“Al, lo dengar gue ngomong nggak sih?” tanya dia lagi.
“Gue doain lo budek benaran!” sungutnya.
Kali ini aku menoleh dan mendengus.
“Berani ngomong lagi, gue tabok bibir lo!”
Riando langsung mengerucutkan bibirnya so imut yang hampir membuatku muntah.
“Do, Plis!” mohonku.
“Kenapa lo nggak coba berdamai? Masalah kalian benar-benar belum selesai!” ungkapnya penuh ke sungguhan.
“Masalah kita udah selesai dari 6 tahun lalu Do! Jadi gue mohon lo nggak usah desak-desak gue untuk ketemuan bareng dia lagi.”
Aku mengalihkan pandanganku dari computer hanya untuk menatap Riando dengan pandangan memohon.
“Selesai gimana maksud lo? Lo masih sering nangis di makam Liam dan nggak move on sampai sekarang!” tuturnya.
Oke aku memang masih sering menangis dimakam Liam, calon anakku yang telah tiada itu. Tapi menurutku kata ‘move on’ yang selama ini dimaksudkan orang-orang berarti kita tidak harus menjomblo di usia setua ini. Bagiku trauma masa lalu mengajarkanku untuk tidak menjadi orang yang mudah mempercayakan hidupnya untuk orang lain karena kadang baik saja tidak cukup menjamin kesetiaan dan ketulusan seseorang apalagi mereka yang dari awal sudah meminta imbalan.
Sebagai seorang perempuan aku tentu sudah pernah merasakan istilah bahwa laki-laki hanya menyukai perempuan seperti memakan permen karet. Setelah manisnya hilang mereka lantas langsung membuangmu begitu saja. Sampai saat ini aku masih memegang prinsip itu pada sebagian laki-laki yang ada di muka bumi ini.
“Terserah lo mau ngomong apa Do, gue nggak peduli!” putusku lalu kembali memfokuskan diri pada komputer yang ada di depanku.
“Mbak Al!” teriak Mesci, salah satu karyawan magang yang masih berstatus mahasiswa.
“Iya Ci,” balasku.
“Ada kiriman bunga,”tutur sambil menghampiriku dengan rangkaian bunga berwarna biru kesukaanku.
“Dari siapa?” tanyaku curiga.
“Katanya dari direktur kantor seberang!”
Mendengar jawaban itu, senyumanku langsung luntur berganti dengan wajah muak.
“Buang aja Ci, gue nggak suka bunga!”
Mesci menatapku penuh sesal. Mungkin dia sekarang sedang mengataiku sombong atau tidak menghargai pemberian orang lain. Biarkan saja, toh kenyataannya aku sedang melakukannya.
“Keterlalulan lo Al!” tandas Riando yang menatapku dengan wajah yang sangat sulit kugambarkan antara marah dan kecewa.
Sementara aku hanya menganggap ucapan itu sebagai angin lalu, aku tidak ingin membalasnya dan hanya akan membuat hubunganku dengan Riando jadi rusak.
***
Jam makan siang harusnya sekarang aku sudah makan bersama rekan-rekan kerja, namun si bos malah memanggilku ke ruangannya.
“Kamu serius dengan yang kemarin?” tanyanya dengan kepala sedikit condong.
Aku mundur sedikit menghindari jarak yang terlalu dekat itu.
“Iya saya serius pak.”
“Dia sudah punya calon istri, calon istrinya adalah ipar saya!”
Aku melongo, antara terkejut dan juga sedikit malu. Oke, aku dengan tidak tahu malunya mengaku sebagai pacar si mantan kekasihku yang ternyata sudah punya calon istri. Sial! Lalu untuk apa dia mencariku?
Otakku berpikir cukup keras untuk melanjutkan pembicaraan gila ini.
“AH! benarkah? Pacar saya tidak mungkin selingkuh,” ucapku yang segaja ku akhiri dengan kekehan.
“Permisi!”
Terima kasih neptunus, telah menyelamatkanku dari pertanyaan mengerikan bos super gila ini.
“Kenapa Yesi?” tanyanya.
“Pak Bagas Adiputra hendak bertemu,” ucap Bu Yesi yang lantas langsung membuatku memelototkan mata. Kenapa manusia itu harus hadir di saat seperti ini!
“Eh saya permisi pak!” Dengan cepat aku bergegas untuk meninggalkan ruangan itu.
“Kamu di sini saja Alma!” tekannya yang membuatku langsung menunduk dan mengumpat dalam hati.
“Kamu persilakan Pak Bagas untuk masuk,” pintah Pak Yonatan pada bu Yesi.
Sementara aku mencoba memikirkan segala bentuk alasan untuk bisa bebas dan keluar dari ruangan ini sebelum terjadi sesuatu hal yang membuatku malu.
Belum sempat satu hal terpikirkan oleh otak kecilku ini, pintu ruangan tampak terbuka dan menampilkan mantan kekasihku yang tampan di sana. Oh aku baru saja berkata dia tampan? lupakan! lidahku terpeleset sehingga dapat mengeluarkan ucapan seperti itu.
Bagas tampak terkejut, sementara aku langsung memalingkan wajah menatap bosku berharap dia akan mengerti dengan keadaan ini dan membiarkanku keluar dari ruangannya.
“Lama tidak berjumpa Bagas!” tutur Pak Yonatan dan langsung berdiri menghampiri Bagas dan memeluknya. Sepertinya mereka ini sangat dekat, hal itu pasti akan membuat posisiku terancam.
“Ya, lama tidak berjumpa sahabat!”
“Sahabat?!”
Tanpa sadar aku berteriak, membuat dua orang yang sedang melepas rindu langsung menatapku. Pak Yonatan lebih dulu melepaskan pelukannya dan menatapku sambil tersenyum setan.
“Kenapa? Kenapa kamu terkejut seperti itu Alma?” tanyanya masih dengan senyuman miring.
“Saya-“
“Benar dia kekasih kamu?”
Pertanyaan pak Yonatan pada Bagas membuatku ingin cepat lari dan mengubur diri di dalam tanah.Oh ini sangat memalukan, kemarin aku bahkan menolaknya dengan super mentah dan sekarang aku bahkan mengaku sebagai kekasihnya, Bagas pasti akan menertawaiku.
Aku menunduk karena tak berani melihat ekspresi yang ditunjukan Bagas.
“Ya, dia kekasihku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nur hikmah
aduh.....berarti al ma bagas dh prnh pnya ank atau gmn...bnr2 rumit.....kasihan al
2022-01-26
0
re
Ngaku ngak
2021-09-12
0
mintil
sahabat?? apes lu
2021-07-28
0