Seperti yang sudah Idris janjikan pada Nanda jika siang nanti mereka akan pergi ke rumah mamah dan papah. Siang itu juga Idris mengajak keluarga kecilnya untuk berkunjung.
"Apa kamu sudah beritahu anak-anak?" Idris bertanya ketika ia masuk ke dalam kamar.
Berjalan mendekat dan memeluk Nanda yang tengah berdandan didepan kaca. Kecantikan yang dipunyai Nanda tak akan luntur bagi Idris. Walau sekarang mereka sudah tua. Hampir mendekati lima puluh tahun.
"Sudah tadi. Pasti mereka sedang bersiap." Nanda menjawab seraya menengadah. Melihat wajah yang dulunya membuat Nanda begitu candu.
"Bagus kalau begitu. Yuk turun. Kita tunggu dibawah." ajakan Idris diangguki oleh Nanda setelah ia selesai berdandan.
Mereka keluar dari kamar dan tak lupa menguncinya. Menuruni anak tangga seperti pengantin baru. Lalu duduk di ruang tamu menunggu ketiga anak mereka yang sedang bersiap dikamar.
"Kalian mau kemana? Tumben sudah rapih?" mendengar ada yang bertanya Nanda dan Idris reflek menoleh ke asal suara.
"Kami izin pergi ke rumah mamah dan papah, ayah. Sekalian ke makam Omah dan mamah sama anak-anak." Nanda menjawab ketika ayah Rama sudah duduk di sofa.
Ayah Rama mengangguk paham. Dengan senang hati ia mengizinkan anak dan menantunya serta cucunya. Tak berapa lama, ketiga cucunya datang dari kamar tamu yang tak jauh dari ruang tamu. Mereka terlihat cantik dan tampan. Seperti bunda dan ayahnya yang memang sudah cantik dan tampan.
"Ayah, bunda. Ayo kita sudah siap. Kakek kami pamit ya. Jangan rindu." ayah Rama yang melihat cucu kembarnya menggeleng ketika mendengar godaan yang begitu terdengar lucu.
"Hehehe. Maaf kek. Becanda." Hilmi tersenyum malu lalu segera keluar mendahului Hilman yang tadi berjalan disampingnya.
***
Nanda dan Idris pergi dengan satu mobil mewah milik ayah Rama. Idris menyetir seperti biasa. Melaju membelah jalan raya, menikmati pemandangan yang berbeda ketika berada di Belanda.
Jarak tempuh yang lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Hingga mobil mewah itu berhenti didepan rumah yang masih berdiri kokoh seperti dulu. Idris mematikan masin dan melepas sabuk pengaman. Mengajak istri dan anak-anaknya untuk masuk ke dalam rumah dengan pintu yabg terbuka lebar.
"Assalamualaikum." mengetuk pintu Idris mengucapkan salam seperti biasa.
"Waalaikumsalam." balas seseorang yang sudah Idris hapal suaranya.
Wanita tua dengan hijab dikepalanya mematung ketika melihat siapa yang berdiri didepan pintu rumahnya. Air mata rindu bercampur kebahagiaan mengalir begitu saja.
"Idris."
"Mamah."
Idris masuk dan memeluk Bu Irma yang sekarang sudah menjadi nenek. Disusul Nanda dan ketiga anaknya dibelakang. Bu Irma menangis di pelukan Idris.
"Mamah sehat kan?" Idris mengusap air mata Bu Irma seraya bertanya.
"Alhamdulilah. Ayo duduk dulu. Kasian istri dan anak kamu kalau terus berdiri."
Nanda dan ketiga anaknya memeluk lalu menyalami Bu Irma secara bergantian. Beberapa saat kemudian, Pak Anton datang dengan kursi roda.
"Papah." Idris langsung memeluk Pak Anton dan tak lupa mencium tangannya.
"Kapan kamu pulang ke Indonesia?" Pak Anton bertanya pada putranya.
"Tadi malam ayah." Idris menjawab sembari mendorong kursi roda menuju ruang tamu.
Nanda menyalami mertuanya dengan diikuti ketigaanaknya. Bu Irma dan Pak Anton merasa bahagia melihat cucu-cucunya yang sudah besar. Mereka tampan dan cantik. Mirip seperti Idris dan Nanda.
"Kakek lupa yang mana Hilman dan Hilmi. Kalian sangat mirip. Maklum kakek sudah tua." Pak Anton tersenyum menatap cucu kembarnya. Berusaha mencari perbedaan agar bisa membedakan mana Hilman dan mana Hilmi.
"Papah, ini Hilman dan ini Hilmi. Kami membedakan mereka dengan tanda yang ada diatas alis." Idris membantu Pak Anton mengenali anak kembarnya yang memang sangat mirip.
"Ya Allah. Kakek ngga lihat." Pak Anton terkekeh ketika melihat tanda yang berada diatas alis Hilmi.
"Mah, Fika dimana?"
"Dirumah Rei. Sama Danial."
Setelah berbincang cukup lama, Idris berpamitan pada kedua orang tuanya. Sore itu, selepas berkunjung Nanda mengajak Idris agar berziarah ke makam Omah.
"Ayah, kita ngga beli bunga dulu?" tanya Ainin.
"Hampir aja lupa. Untung kamu ingetin." Idris menjawab sambil menepikan mobilnya.
Ainin turun membeli bunga mawar dan melati. Setelah itu ia masuk ke dalam mobil. Mereka melanjutkan perjalanan menuju makam Omah dan Bu Rini.
***
Sesampainya dimakam Omah, tampak raut kesedihan di wajah Nanda. Idris menuntun Nanda hingga sampai di makam dengan bunga yang sudah cukup kering diatasnya. Nanda langsung berlutut dan memegang nisan. Memeluknya dengan erat disertai air mata yang siap mengalir.
"Sabar ya bun. Ikhlaskan Omah." Ainin mendekat dan ikut memeluk Nanda agar bundanya bisa tenang.
Kenangan masa lalu dan kebersamaannya membuat Nanda terharu. Sifat penyayang Omah, kelembutan dan segala yang Omah berikan pada Nanda masih terus teringat sampai sekarang.
"Omah, cucu omah udah pada besar. Ainin udah besar. Dan cucu kembar omah juga udah besar. Nanda doakan semoga amal ibadah Omah diterima sama Allah. Makasih atas semua yang dulu Omah berikan pada Nanda. Nanda sayang Omah."
Idris memulai doa ketika Nanda melepas pelukannya. Selesai dengan itu, Nanda, Idris, Ainin Hilman dan Hilmi menabur bunga segar diatas makam.
Setelah itu, mereka menuju makam Bu Rini. Mengirimkan doa dan menabur bunga diatasnya. Walau dulu Bu Rini pernah kasar terhadap Nanda, tetapi ia justru bangga dengan wanita yang ia sebut sebagai mamah. Rela berkorban demi menebus kesalahan. Karena Bu Rini pula, Nanda menjadi orang yang sukses seperti sekarang. Didikan dan kasih sayang yang diberikan tak pernah ia bedakan. Hingga waktu yang membuat Bu Rini dan ayah Rama berpisah. Semua menjadi berubah begitu saja.
***
Selesai dengan berziarah, mereka pulang ke kediaman Firma. Membelah jalan raya dan menjejerkan mobil mewah tersebut seperti yang lain. Melaju dengan kecepatan sedang karena sore itu hujan turun deras.
***
**Semoga terhibur.
Author membuat lima bab awal untuk prolog aja ya. Setelah itu Author bakal fokus sama Ainin dan kisah cintanya. Tak lupa juga Nanda dan Idris pun akan ikut mengisi cerita berikutnya. Jangan bosan-bosan ya. Terima kasih buat kalian semua.
Selamat membaca season 2 nya.
Jangan lupa like, vote dan kasih jejak serta saran ya.
Sampai ketemu di bab selanjutnya**.
***
Hilman : "Salam rindu buat kalian semua yang udah
baca karya ini. Semoga kalian terhibur sama
cerita cinta kakak aku ya😉. Semoga
bermanfaat juga."
Hilmi. : "Salam juga dari aku juga😀 Jangan pernah
bosan ya kalau ada aku. Wkwkwk.
Selamatmembaca kisah kakak ku yang
paling cantik. Dahh 👋."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
N Hayati
lanjut n semangat thor
2021-02-13
0
Happyy
💖💖💖💖
2021-02-11
0
Ina Nuraeni
mudah2an nanti kisah cinta ainin gak terlalu rumit thor,,, semangaaatt 😍😍😍
2021-01-25
0