Keluarga kecil yang berjumlah lima orang itu sudah berkumpul didepan rumah. Mereka menunggu kedatangan mobil angkutan. Sepuluh menit menunggu, akhirnya mobil angkutan datang.
Idris membawa semua barang-barang dengan dibantu oleh Hilman dan Hilmi. Setelah selesai, mereka semua masuk ke dalam mobil. Mobil tersebut adalah pesanan Idris yang siap mengantar mereka menuju bandara.
"Aku bakal rindu rumah kita." Idris memandang ke arah rumah yang sudah ia tinggali sejak lama. Ucapan Idris terdengar oleh Nanda yang duduk disampingnya.
"Aku juga. Kita akan rindu semuanya. Tempat ini banyak sekali kenangan manis dan pahit." balasan Nanda membuat Idris menatap wanita yang selalu ada disampingnya. Ia tersenyum lalu mencium punggung tangan Nanda yang mengait ditangannya.
Tak berapa lama, mereka sampai di bandara. Idris, Nanda dan ketiga anak mereka keluar dari mobil. Mengambil barang-barang dan berjalan masuk ke dalam bandara. Jam penerbangan mereka sebentar lagi. Jadi tidak ada waktu untuk menunggu.
Tepat ketika mereka sampai di gate, pesawat akan segera lepas landas. Dengan bantuan petugas, semua barang-barang yang dibawa keluarga Idris sudah masuk ke bagasi pesawat. Idris menggandeng tangan Nanda dan berjalan ke arah pesawat dengan diikuti Ainin, Hilman dan Hilmi.
"Selamat siang. Silakan masuk dan menempatkan diri." pramugari yang cantik menyapa keluarga kecil Idris ketika mereka masuk ke dalam pesawat.
Nanda dan Idris sudah duduk di bangku terdepan. Sedang, Ainin dan kedua adiknya duduk di belakang mereka.
"Dek, duduk sama kakak yuk. Kakak sendirian soalnya." ucap Ai pada Hilman yang duduk dibelakangnya.
Hilman yang tengah bermain ponsel mendongak menatap kakaknya.
"Hilmi gimana kak? Nanti dia nangis lho kalau sendirian." Hilman meledek adik kembarnya yang sedang melihat ke arah luar jendela pesawat.
Hilmi menoleh mendengar ledekan dari kakak kembarnya itu. Ia mendengus kesal ketika Hilman mengatakan 'jika iya akan menangis ketika sendirian'.
"Apa-apaan si. Udah sana duduk didepan temenin kak Ai. Ngga usah ngeledek lagi. Awas lho ya." Hilmi kesal dengan Hilman yang sering meledeknya. Akhirnya ia mengizinkan sang kakak untuk duduk didepan bersama kak Ai.
"Oke kalau gitu. Jangan nangis ya. Kalau butuh apa-apa bilang aja. Jangan marah. Ngga baik. Iya kan kak?" Hilman berucap seraya bangkit dari tempat duduknya. Sedang Ai menganggukkan kepalanya membalas ucapan Hilman sambil menahan tawa melihat kekesalan di wajah Hilmi.
"Maaf ya. Kakak ambil Hilman dulu. Jangan ngambek. Hahaha."
"Sabar Hilmi. Untung dia kakak kamu. Kalau ngga udah ku tendang mereka sampai planet. Biar ngga ngeselin." gerutu Hilmi.
Setelah Hilman berpindah tempat, Hilmi ikut berpindah juga di tempat duduk yang tadi diduduki oleh kakaknya. Ia terkadang berdiri dan mengintip apa yang sedang dua kakaknya bicarakan didepan. Hingga tawa mereka terdengar.
Tak berapa lama, datang seorang gadis cantik degan rambut terurai indah. Ia berjalan sambil memegang tiket pesawat sambil mencari tempat duduknya. Hilmi yang sedang fokus dengan ponselnya tak mengetahui jika ada seseorang gadis yang berdiri disampingnya.
"Permisi. Boleh saya duduk?" gadis itu bertanya dengan sopan pada Hilmi.
Hilmi mendongak ketika mendengar ada suara. Benar saja, gadis cantik tengah memegang tiket ditangannya sedang berdiri dihadapan Hilmi saat ini.
"Kamu tanya sama saya?" pertanyaannya itu terlontar begitu saja dari bibir Hilmi.
Hilman yang mendengar pertanyaan Hilmi segera bangkit dari kursi. Ia menatap adiknya yang sedang memandang wajah gadis didepannya saat ini.
"Siapa lagi kalau bukan kamu? Dasar aneh." Hilmi mendengus kesal. Lagi dan lagi ia diledek oleh kakak kembarnya.
"Diam. Aku kan cuma mau memastikan." balas Hilmi.
"Silakan duduk." Hilmi bangkit dan mempersilahkan gadis tersebut untuk duduk didekat jendela.
"Terima kasih." ucap si gadis dengan senyuman yang terbilang manis. Ia duduk disebelah Hilmi dan memandang ke arah luar jendela.
Hilmi kembali duduk setelah gadis itu duduk diseberang jendela pesawat. Sedang Hilman juga duduk kembali disamping kakaknya.
Suasana menjadi hening ketika pesawat akan lepas landas. Hilmi sesekali melirik gadis cantik yang berada disampingnya saat ini.
"Apa kamu tidak takut ketinggian?" pertanyaan dari Hilmi membuat si gadis yang tengah memandang ke arah luar jendela menoleh.
"Tidak. Aku sudah sering menaiki pesawat. Kalau kamu bagaimana?" si gadis menjawab dengan antusias. Ia juga balik bertanya kepada pria tampan yang berada di sampingnya.
"Aku jarang naik pesawat. Baru tiga kali ini. Jadi masih sedikit takut akan ketinggian." Hilmi menjawab dengan sesekali menunduk. Ia sedikit malu harus jujur jika ia takut ketinggian. Selama lima belas tahun di Belanda ini ketiga kalinya menaiki pesawat. Maklum saja jika Hilmi merasa takut akan ketinggian.
"Oh begitu ya. Lebih baik tidur. Pasti takut mu akan hilang." gadis cantik itu memberi saran pada Hilmi.
Hilmi membalas dengan anggukan kepala. Ia memilih tidur seperti apa yang disarankan oleh gadis disampingnya. Apa salahnya mencoba bukan?.
Menyandarkan kepalanya, perlahan Hilmi menutup matanya yang sudah terasa berat. Perjalanan yang cukup lama membuat Hilmi tidur dengan nyenyak. Gadis disamping Hilmi tersenyum melihat pria yang berada disebelahnya tertidur. Terlihat begitu tampan. Batin si gadis. Ia juga ikut tidur karena perjalanan masih lama.
"Dek, coba lihat Hilmi. Bukannya dia takut ketinggian? Aku kasian padanya." Ainin memerintahkan adiknya (Hilman) agar mengecek keadaan Hilmi.
"Oke. Aku lihat dulu ya."
Hilman melihat ke arah belakang. Ia tidak menduga jika adik kembarnya akan tidur secepat itu. Padahal lima tahun yang lalu Hilmi selalu terjaga karena takut. Namun, sekarang ia malah tidur dengan cepat.
Hilman juga melihat jika gadis cantik disamping Hilmi ikut tertidur. Kepala mereka berdua saling menyandar satu sama lain. Membuat Hilman mempunyai ide gila. Ia merogoh jaketnya dan mengambil ponsel. Ia memotret adiknya yang tengah tertidur. Setelah berhasil, Hilman kembali ke tempat duduknya. Ia tertawa sendiri melihat foto adik kembarnya.
"Kamu kenapa? Kaya orang gila aja ketawa sendiri." Ai yang melihat adiknya tertawa sambil melihat ponselnya merasa heran. Akhirnya ia bertanya.
"Coba lihat deh kak. Lucu banget kan? Hahaha."
Ai yang melihat foto adiknya ikut tertawa. Ia mempunyai ide agar foto itu dikirim ke ayah dan bundanya. Pasti mereka akan tertawa jika melihat ekspresi tidur Hilmi.
"Kirim ke ayah dan bunda sama kakak ya. Pasti mereka ketawa. Dasar Hilmi. Katanya takut malah tidur."
Hilman mengangguk ia mengirim foto tersebut ke nomor Nanda dan Idris. Lalu mereka Hilman dan Ainin tidur karena perjalanan mereka masih cukup lama.
Jangan lupa like and vote ya.
Semoga kalian terhibur.
Salam hangat dari Author 😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Fitrianti
kk nya hilman usil banget dech 😂😂😂😂😊😊😊
2021-09-05
0
Happyy
😘😘😘
2021-02-11
0
Ruby Talabiu
usil bangat si saudara kembar nya😃😃😃😃😃
2021-01-22
0