“Lagi pula aku tidak tertarik dengan landasan pesawat terbang.” Tambahnya.
“Apa!!!” Nadhifa menahan amarahnya. Sebenarnya Nadhifa mempunyai tubuh yang cukup bagus dibagian atasnya, tapi dia memilih menggunakan baju yang besar dan longgar karena dia harus berjalan kaki dimalam hari sendirian saat dia pulang dari kerja sambilannya.
“Baguslah. Lalu apa yang Bapak inginkan?” tantang Nadhifa akrena sudah merasa kesal dengan pimpinannya itu.
“Sebelum itu, kenapa kamu polos sekali?”
“Karena saya habis mandi, Pak! Tentu saja saya tidak memakai bedak atau lipstick sedikitpun.” Nadhifa bertambah jengkel dengan pertanyaan yang tidak-tidak dari Jonathan.
“Dan apa-apaan penampilanmu tadi? Kacamata? Baju buluk dan rok jadul?”
“Karena saya tidak ingin orang lain mengenali saya, Paaaak.” Jawabnya lebih kesal dengan masih berusaha menahan diri.
“Kamu menekankan kalimatmu padaku?”
“Maafkan saya, Pak. Bapak sudah mulai membuat saya jengkel dengan pertanyaan tidak penting bapak.”
“Maaf. Jadi kenapa kamu bekerja sambilan diluar pekerjaanmu diperusahaan? Bukankah perusahaan mempunyai aturan yang ketat bahwa dilarang memiliki pekerjaan lain diluar perusahaan?”
“Karena saya ingin segera mengumpulkan uang untuk mengejar impia saya selama ini. Hidup dikota sebesar ini bukanlah hal yang murah, apalagi saya harus membayar rumah kos setiap bulannya, dan untuk makan sehari-hari, juga untuk penunjang penampilan saya saat berada dikantor, itu semua bukanlah hal yang bisa saya dapatkan dengan mudah.” Nadhifa berusaha menjelaskan sesingkat mungkin.
“Apa impianmu?”
“Maaf, Pak. Itu rahasia.” Jawab Nadhifa sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Berarti besok kamu bisa mengambil pesangonmu dimeja kerjaku.”
“Jangan, Pak. Saya mohon!”
“Lalu apa impianmu?”
“Saya ingin bertemu dengan seseorang yang sangat penting dihidup saya. Hanya itu yang bisa saya katakan saat ini.”
“Masih berapa lama lagi kamu harus melakukan kerja sampinganmu ini?”
“Dua puluh delapan hari lagi. Uang saya akan cukup saat itu. Saya mohon, Pak. Tolong rahasiakan ini.”
“Kalau begitu, setiap malam aku akan menjemputmu dari tempat kerja sambilanmu, mandilah disini, dan sesekali kamu boleh menginap disini. Aku akan merawatmu selama sisa kunjunganku kesini. Hitung-hitung kamu juga bisa menemaniku sebelum aku kembali kekantor pusat.”
“Apa??? Bapak ingin merawat saya? Saya sudah 25 tahun, Pak. Bukan anak kecil lagi.”
“Setuju atau tidak sama sekali. Kalau kamu mau aman selama hari sisa kunjungaku kedepan, kamu harus berkompromi denganku.”
“Apa saya punya pilihan lain?” Nadhifa masih berusaha untuk bernegosiasi. Dan dia mendawab jawaban berupa gelengan kepala dari pria 30 tahun itu.
“Jangan sungkan saat kita berada dirumah, jangan menggunakan bahasa formal denganku jika kita hanya berdua. Kamu bisa memanggilku dengan namaku. Itu lebih nyaman untukku.”
“Jadi, kamu akan tinggal atau pulang ke kosan bobrokmu itu malam ini?” tanya Jonathan lagi.
“Saya akan pulang! Terima kasih atas kamar mandinya.” Nadhifa terburu-buru mengemasi barangnya didalam kamar mandi dan bergegas keluar dari apartemen Jonathan.
“Ada apa denganku? Sejak dia datang, aku selalu terlibat dengannya. Bahkan rumahkupun bersebelahan dengannya.” Nadhifa menggerutu sepanjang jalan saat menuju rumah kosnya.
Sesampainya didalam kamar kos, dia langsung melemparkan tubuhnya dan tertidur dikasur dinginnya. Karena tidak cukup waktu tidurnya jika ingin mengulur-ulur waktu sampai pagi menjelang.
“Antarkan saya berkeliling ke bagian kebutuhan rumah tangga dan furniture.” Pinta Jonathan saat dia berhasil menemukan Nadhifa yang sedang memperbaiki penampilannya anggota lainnya.
“Bisa tunggu sebentar, Pak. Saya akan menyelesaikan pekerjaan saya sebentar lagi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
AdZkia Nahda RafaNda
masih nyimak alur nya
2021-11-23
0
Piet Mayong
mungkin pak jo naksir nadhiv kale...
2021-11-23
1