“Nadhifa?” panggil salah satu staf HRD
“Iya, Bu Atma. Ada yang bisa saya bantu?” dia bertanya-tanya kenapa staf HRD mencarinya, dia khawatir apakah rahasianya telah terbongkar?
“Sebentar lagi kita akan kedatangan kepala HRD cabang pusat yang akan menginspeksi department store kita selama 1 bulan. Karena kamu karyawan teladan diperusahaan ini, tolong membantunya saat berkeliling di store, dan tentunya jelaskan bagaimana keadaan store kita. Bilangkan yang baik-baik ya tentang hubungan semua karyawan kita yang baik-baik.”
“Tapi, Bu! Seperti yang ibu tahu, store kami sangat sibuk dan ramai untuk hari-hari ini. Saya tidak bisa meninggalkan tempat, Bu. Ibu bisa memilih yang lain, bagaimana?”
“Sulitkah untuk membantuku?” tanya seseorang dengan suara beratnya dari arah belakang Bu Atma.
Pria itu berjalan melewati Bu Atma dan langsung berdiri dihadapan Nadhif. Dengan tinggi 172 cm, dia harus menurunkan pandangannya saat menatap Nadhif. Mata coklatnya serasa mengintimidasi walau mulutnya tak mengeluarkan kata-kata. Wajah maskulinnya dihiasi kumis dan jenggot tanggung membuat rahangnya terlihat lebih tegas. Karena Pria itu berdiri hanya berjarak 10 cm dari tempatnya berdiri, bisa dirasakannya tatapan mata yang sudah ingin menelannya hidup-hidup.
“Aku akan berada disini selama 1 bulan atau bisa juga lebih itu semua tergantung dari performamu untuk membantuku, dan mohon bantuannya, Nadhif!” setelah mengucapkan kalimat itu, Jonathan membalikkan badannya dan kembali keruangannya kembali.
“Nadhif? Kamu tidak apa-apa?” tanya Bu Atma dengan rasa khawatir.
“Rasanya saya lupa bagaimana cara bernafas saat bertatapan dengan orang itu, Bu. Tolong saya, Bu Atma. Saya bisa mati jika tidak bisa bernafas. Tolong gantikan saya dengan yang lainnya.” Mohonnya dengan sangat.
“Hahahahaha . . . mungkin kamu sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.” Sebut Bu Atma dengan santainya dan berlalu meninggalkan Nadhifa yang meratapi hari tenangnya yang sebentar lagi akan hilang.
Nadhifa berusaha memulihkan semangatnya karena storenya masih banyak didatangi pengunjung. Dia tidak mau terlihat sebagai pemalas karena tidak berdiri dengan benar dan berekspresi dengan ramah.
“Kak, Nadhif!”
“Apa lagi sekarang?” gerutunya dengan suara pelan dan mencari arah suara yang memanggilnya.
“Kak, nanti yang lainnya mau makan-makan sepulang kantor. Kakak ikut, ya. Kak Nadhif kan nggak pernah ikut sebelumnya.”
“Maaf, ya, Mala. Aku ada keperluan yang sangat penting. Kali ini aku tidak ikut lagi, ya.” Jawabnya dengan pura-pura menyesal.
“Yah, Kak Nadhif, hari ini saja, Kak.” Desak Kumala.
“Maaf ya, Mala. Dan ayo cepat kembali ketempatmu, lihatlah banyak pelanggan yang masuk kebagian anak-anak.” Nadhifa mendorong kumala untuk kembali ketempatnya.
Kumala kembali ketempatnya dengan wajah dan mulut yang sudah dilipat karena tidak pernah bisa mengajak Nadhifa untuk pergi hangout bersama. Sudah beberapa bulan ini Nadhifa menarik diri dari pergaulan diluar pekerjaannya, ada sesuatu yang menjadi perhatian utamanya dibanding teman-teman kerjanya saat ini. Terkadang hal itu juga membuat mereka menebak-nebak apa yang menjadi prioritas utaman seorang Nadhifa. Terkadang timbul sebuah pendapat yang tidak berdasar karena mereka menerka apa yang sedang dilakukan Nadhifa sehingga tidak pernah melihat gadis itu menikmati masa mudanya.
Sepulang bekerja, tepat pukul 22.00, Nadhifa sudah menghapus semua make up nya saat dia berada didalam kamar kos nya, bahkan dia tidak meninggalkan seoles warna lipstick dibibirnya, menggulung rambut indahnya, menggunakan pakaian seadanya, dan memakai kacamata untuk penyamarannya. Setelah pekerjaan utamanya dia akan melakukan pekerjaan sambilannya dari jam 22.00 sampai 01.00 dini hari. Dia bekerja sebagai kasir disalah satu laundry di pinggiran kota Denpasar, dan hanya itu saja pekerjaan yang terdekat dari rumah kos nya. Karena toko laundry ini dikelilingi oleh beberapa hotel besar, sang pemilik berbaik hati membiarkan Nadhifa mendapatkan jam kerjanya dimalam hari. Karena masih banyak turis yang mengirimkan cucian kotornya ataupun sekedar mengambil cucian bersihnya untuk dipakai menikmati wisata malam. Dikota besar ini, tidak ada namanya jam malam. Perdagangan dari segala bidang tetap hidup karena memang banyak turis luar negeri maupun turis lokal yang menikmatinya.
“Thank you, Sir.” Ucapnya saat beberapa turis mengambil baju yang akan mereka pakai ke salah satu club di kota Denpasar.
“Tinggal 28 hari lagi, semoga aku bisa bertahan dan semoga tidak ketahuan. Setelah itu, aku akan melepaskan pekerjaan sambilan ini dan menjemput mimpiku.” Semangatnya dari dalam hati.
Nadhifa bersiap menutup toko saat jam sudah menunjukkan di angka 1, dengan mematikan lampu dan mengunci pintu utama, Nadhifa mempunyai tanggung jawab keamanan toko disaat terakhir.
“Nadhifa Qamra! Kamu tertangkap basah!” seru seseorang dari arah belakang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Rika Jhon
penasaran nih rahasia apakah gerangan yg dimiliki Nadhifa
2021-11-22
0