"Kenapa ia seperti ini?" batin Naya. Ia jadi enggan untuk menghampiri Susan.
Naya pun mendekat dan kini berdiri dihadapan Susan dan Rangga. Pemuda itu malas melihat wajahnya, "Pergi dulu, Ma," ucapnya seraya mengecup kembali kepala Susan. Ini salah satu penyebab ia malas berada di rumah.
"Duduk, Naya," perintah Susan.
Naya duduk di hadapannya dengan perasaan canggung.
"Aku cuma ingin mengukur tubuh mu untuk ukuran baju pengantin mu."
"Saya mau dibuatkan baju?" tanya Naya bingung.
"Tidak. Sama juga dengan Rangga. Aku akan membelikan mu baju yang sudah jadi sesuai dengan ukuran tubuh mu," jelas Susan santai.
"Terimakasih, Nyonya," balas Naya sopan.
"Maaf, Nyonya," Naya hati-hati dan memberanikan diri menanyakan tentang kelakuan Rangga yang ia anggap tak lazim sebagai calon suaminya. "Apa mas Rangga juga menginginkan pernikahan ini?" tanyanya ragu.
Susan menaruh majalah di tangannya keatas meja dengan kasar. Wajahnya nampak masam dan angkuh, "Kamu ragu terhadap putraku?" tanyanya ketus.
"Ti-tidak Nyonya maksud saya hanya ingin memastikan. Saya tak ada maksud lain," Naya ketakutan.
"Jalani saja apa yang diperintahkan kepadamu. Jangan banyak tanya apapun juga mengenai ini!" gertak nya hingga membuat Naya ketakutan.
Susan tak suka jika ada yang berpikiran buruk mengenai putra putrinya apalagi Rangga.
Naya sungguh menyesal telah berani dan lancang kepada Susan, biar bagaimanapun ia masih menjadi majikannya. Kecuali jika nanti ia telah resmi di dipersunting Rangga, pikir Naya. Susan lantas memanggil seorang penjahit biasa dari kampung tak jauh dari tempat tinggalnya untuk mengukur tubuh Naya. Setelah usai Susan pun meminta Naya untuk segera pergi dari hadapannya.
Naya memperhatikan dekorasi rumah itu dan para pekerja, "Hari pernikahan ku semakin dekat, tapi kenapa tak ada persiapan sama-sekali?" tanyanya kecewa.
Naya membayangkan pesta pernikahannya akan digelar dengan meriah karena keluarga calon suaminya merupakan pengusaha sukses dan sangat kaya raya. Ia jadi tak bersemangat dan melangkahkan kakinya menuju halaman depan. Sebuah mobil masuk dan berhenti tepat di hadapannya. Ia pun segera menepi untuk memberikan jalan kepada seseorang yang akan turun dari mobil itu.
Wajah Ilham terlihat begitu tampan karena senyuman yang dilemparkan kepada Naya terlihat begitu tulus. Naya jadi kikuk dan lantas menunduk kala Ilham berputar mengelilingi bagian depan mobilnya dan membukakan pintu untuk Sulaiman.
"Siapa anak itu?" batin Naya. Rasa penasaran yang ada dipikirkannya membuat langkah kakinya seolah otomatis menghampiri Sulaiman yang kini dalam gendongan Ilham. Kebetulan ia sangat suka dengan anak-anak, apalagi si kecil Sulaiman sangat tampan dan menggemaskan.
"Ini calon Ibu baruku ya, Pa?" tanya Sulaiman polos.
Naya terkejut dan ketakutan kepada Ilham. Sementara Ilham malah tertawa renyah, "Bukan, ini tante Naya, calon istri om Rangga."
"Yah!" desah Sulaiman kecewa, "aku pikir ini ibu baruku."
Dari cctv dan rekaman suara yang terpasang disetiap sudut rumah itu Abdullah mendengar semua itu dengan jelas. Ia jadi mengetahui perasaan Ilham kepada Naya dari raut wajah putra kebanggaannya itu. Ia tak habis pikir jika Ilham menyukai calon istri adik kandungnya sendiri.
"Saya pikir Tuan belum memiliki anak karena saya tak pernah melihatnya," ujar Naya hati-hati.
"Dasar murahan!" bisik Rangga dari anak tangga. Ia semakin tak menyukai Naya. "Setelah menikah aku hanya akan memanfaatkan mu!" batinnya.
"Mau digendong Tante Naya!" pekik Sulaiman meronta dalam gendongan Ilham.
Naya tak ingin mengecewakan anak itu dan dengan sedikit keraguan ia mendekat lalu mengambil Sulaiman. Satu kecupan mendarat di pipi mulus Naya. Seketika Naya tertawa lepas dan Sulaiman ikut tertawa terbahak-bahak. Ilham semakin menyukai gadis itu.
.....................
Malam kian larut, Rangga masih betah mengerjakan tugas kuliahnya disebuah cafe langganannya seorang diri. Hampir lima gelas kopi yang sudah ia habiskan. Matanya tak juga lelah menatap layar komputernya. Tiba-tiba saja ia kepikiran gadis kampung itu. Wajah senyum murahan yang ia lemparkan kepada kakaknya Ilham terbayang dan membuatnya agak kesal membayangkannya. Rasanya ia ingin pulang kerumah dan melabrak wanita itu. Ia jadi tak konsen dan memilih menutup laptop nya dan segera pergi untuk pulang kerumah. Ia melambaikan tangan kepada seorang pelayan dan memintanya membawakan tagihan pesanannya.
Saat keluar dari dalam cafe ia berpapasan dengan Silvia, gadis pemuja setianya di kampus. Seketika Silvia histeris dan berusaha memeluknya, "Rangga pangeran ku!!" teriaknya tak terkontrol. Rangga merasa geli ketakutan dan berusaha melepaskan diri. Sonia dan Zifa mencoba mengabadikan momen itu melalui ponsel mereka.
"Apaan sih!" sergah Rangga. Pelukan Silvia kian erat dan membuatnya sesak nafas.
"Kangen sayang!" pekik Silvia gemas seraya mencium pipi Rangga. Sontak teman-temannya berteriak dan berhasil memotret momen itu.
Rangga kian geli dan melepaskan diri dengan kasar lalu segera berlari masuk kedalam mobil dan tancap gas. Entah mengapa ia sangat tak menyukai gadis itu. Padahal ia bisa memanfaatkannya sama seperti wanita-wanita yang pernah dipacarinya. Mungkin karena Silvia terlalu agresif dan banyak drama saat di hadapannya. "Iiiiih!" ia menggeliat geli membayangkan kejadian barusan. "Semua wanita sama saja!" umpat nya kasar.
Tak butuh waktu lama dari jarak pusat kota menuju rumahnya. Ia menekan klakson dua kali dan pintu gerbang rumahnya terbuka. Pak Indro menatap jam di pergelangan tangannya seraya geleng-geleng, "Ini sudah jam berapa?" desanya kian tak habis pikir dengan kelakuan anak majikannya yang satu itu. Ia menekan remote dan pintu gerbang itu tertutup kembali.
Rangga berhenti tepat diatas anak tangga tak jauh dari kamar Naya. Kamarnya sendiri berada tepat didepan anak tangga itu. Ia berharap Naya segera keluar agar bisa membalas kelakuan murahan gadis itu tadi kepada kakaknya. Dan benar saja, Naya keluar, tetapi dengan dandanan tak biasa. Rambutnya terurai dengan dandanan ful make up yang membuat kecantikannya kian nampak jelas. Rangga terpukau hingga tak berkedip dengan mulut menganga.
Naya masih tak menyadari kehadiran Rangga. Ia sibuk mencabuti rambut yang bersarang diikat rambutnya. Setelah beberapa saat ia pun mendongak hendak mengikat rambutnya dan terkejut setengah mati hingga surat kebelakang. Sesaat mereka saling menatap satu sama lain dengan perasaan tak karuan. Hingga Rangga puas dan sudah merasa cukup memandangi tubuh indah dan wajah cantiknya dan melangkah masuk menuju kamarnya. Ia duduk di tepi ranjang dan tersenyum kecut, "Ceh.... Kamu ternyata menarik juga." Ia merebahkan tubuhnya dengan senyuman membayangkan mata dan bibir Naya dan lekuk tubuh yang sangat menggoda. "Gadis kampung. Didandani ternyata kamu cantik juga."
Sedangkan Naya, ia memegangi dadanya yang berdebar hebat didepan kaca rias. Kejadian barusan sama-sekali tak ia harapkan. Biar bagaimanapun dirinya belum menjadi mahram pemuda itu dan Rangga tak berhak melihat wajah cantik penuh riasan dan tubuhnya yang hanya berbalut gaun malam yang cukup seksi. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin dan sungguh merasa begitu berdosa, "Harusnya tak begini!" desanya menyesal dan menghapus riasan nya dengan kapas yang ada di hadapannya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Afternoon Honey
📖 📖📖📖📖📖📖📖📖📖
2023-06-05
0
Andhini Aurelya
naya co2k sma ilham saja
kalo rangga trllu ke kanak2an...
2021-03-13
2
ɱҽʅσԃყ🎶
maunya sih naya sama ilham.. trserah km deh thor gmn caranya😂😂😂😂
2021-03-02
3