Ilham

03.00 wita:

Rangga masuk kedalam rumah dengan mengendap-endap. Ia berharap tak satupun dari anggota keluarganya terbangun. Lampu dirumah megah itu gelap gulita dan hanya lampu dapur yang menyala dengan cahaya yang sangat terang.

Saat tiba di pertengahan anak tangga ia terkejut karena terdengar langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya, "Mas? Ini mas Rangga?" tanya Naya berusaha mengenalinya.

Rangga panik bukan main dan lantas berjalan pelan ke arahnya dan membekap mulutnya, "Jangan keras-keras!" sergahnya tertahan.

Naya memukul-mukul tangannya dan berusaha melepaskan diri.

"Aku bilang diam!" geram Rangga panik dan akhirnya Naya pun mengangguk.

"Apaan sih, Mas!" sergah Naya kesal.

"Ssst," desis Rangga seketika. "Kamu mau semua orang terbangun!"

"Iya-iya!" bisik Naya. Ia kian tak respek kepada lelaki itu dan mulai berpikiran yang tidak-tidak terhadapnya.

"Awas kalau besok kamu ngadu yang macam-macam tentang aku pada orang rumah!" telunjuknya mengarah ke wajah Naya dengan tatapan mata tajam hingga menusuk batin Naya. Ia pun meninggalkan gadis itu dengan kesan kedua yang teramat buruk di pikiran Naya.

"Masa bodo denganmu!" sergah Naya dan melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Di dapur itu semua lauk dan cemilan mewah terhidang diatas meja. Naya tak pernah melihat makanan dengan tampilan secantik itu.

Ia mulai mencomot satu per satu hidangan itu menggunakan jari nya. Ia mengambil piring dan menyendok nasi kemudian mengambil beberapa lauk. Ilham tersenyum tipis menatap gadis itu yang terlihat sangat unik dimatanya.

Naya mengangkat satu kaki keatas kursi dan mulai menyantap makanannya menggunakan tangan kosong. Ia begitu kelaparan hingga menyendok nasi kedua. Ilham betah berlama-lama menatapnya dari anak tangga tanpa merasa pegal sedikitpun. Ketika Naya usai menyantap makanannya ia lantas mencuci tangan lalu mencuci piring nya. Ilham tak pernah menemukan gadis unik macam Naya. Ia pun memutuskan untuk menghampirinya.

"Eh! Tuan!" sapa Naya kikuk. Ia kaget dengan kehadiran Ilham saat menoleh.

"Sudah selesai?" tanya Ilham ramah sembari mencomot lauk yang ada disampingnya seperti yang Naya lakukan tadi.

"Iya Tuan. Kalau begitu saya ke kamar dulu," pamit Naya sedikit membungkuk melewati Ilham.

"Tunggu!" cegat Ilham. Naya pun menengok. "Kamu yakin akan menikahi Rangga?"

Naya bingung dengan pertanyaan. Karena tak ingin memperpanjang ia pun mengangguk ragu. Ilham tersenyum sinis karena tahu pasti gadis ini kini menyesal setelah perlakuan Rangga yang tak menyenangkan hatinya tadi di anak tangga. Ia tadi memergoki keduanya ketika akan keluar kamar, "Ya sudah," ucapnya kemudian.

Naya langsung menghempaskan tubuhnya keatas ranjang. Karena kekenyangan ia pun bisa langsung tertidur pulas, ya beginilah Naya Indriani.

......................

Keluarga Abdullah sarapan bersama di meja makan seperti biasa. Tak ada satupun dari anggota keluarga yang berani tak menghadiri setiap jamuan makan pagi, siang kecuali jika berada di kantor dan makan malam atas perintah dan peraturan yang ditetapkan oleh si tuan basar yaitu Abdullah Fatahillah. Suasana di meja makan terbilang cukup hening karena peraturan dirumah itu tak memperbolehkan berbicara ketika makan. Abdullah menyapu mulutnya dengan tisu setelah selesai menyantap makanannya. Anak-anaknya menatap kepergiannya dengan perasaan lega tetapi tak satupun dari mereka menunjukkannya.

Abdullah duduk bersandar di kursi ruang kerjanya dengan santai dan mulai mempelajari kontrak kerjasama perusahaannya dengan sebuah perusahaan asing. Susan tiba-tiba masuk dan merangkul pundaknya dengan mesra, "Aku sudah memesan baju pengantin untuk Rangga. Tetapi untuk Naya, aku tak tahu ukuran tubuhnya berapa. Rencananya aku akan mengajaknya ke butik langganan ku," jelasnya lembu.

"Tak perlu. Tinggal tanya berapa ukurannya dan pesankan di online shop milik kita," sela Abdullah enteng. Ia menganggap pernikahan Rangga ini tak terlalu penting karena hanya berharap perubahan kelakuan putranya dari pernikahannya.

Sekalipun ini hanya pernikahan biasa bagi suaminya, namun bagi Susan ia ingin yang terbaik untuk putra kesayangannya itu.

"Kapan cucuku pulang?" tanya Abdullah tiba-tiba.

"Hari ini. Ilham akan segera menjemputnya dari sekolah," jawab Susan pasti.

"Mm. Kalau begitu segera pesankan mainan baru untuknya agar ia senang ketika pulang. Pajang mainan itu diatas meja belajarnya dan singkirkan mainan lamanya. Berikan saja kepada anak-anak di kampung sebelah," perintahnya bersemangat.

Susan hanya mengangguk. Ia ingin mengeluarkan pendapatnya tetapi ia enggan dan merasa takut jika suaminya itu akan menghardik nya.

.......................

Sulaiman berlari kearah Sarah dan Ilham yang sudah menunggunya diluar sekolah. Ilham membuka kacamata hitamnya dan berjongkok lalu merengkuh tubuh mungil Sulaiman, "Sekarang ikut Papa pulang. Kakek sudah tak sabar memunggu mu dirumah."

Sulaiman mengangguk dengan senyuman manisnya. Ia mencium telapak tangan Sarah dan memohon pamit.

"Baik-baik sama papa ya, Nak," pinta Sarah seraya membelai kepala Sulaiman.

"Kami pergi dulu," ucap Ilham menggandeng tangan Sulaiman menuju mobilnya.

Sulaiman bernyanyi selama dalam perjalanan menghafalkan lagu yang tadi diajarkan oleh gurunya di sekolah tadi. Ia begitu riang dan bahagia. Ia tak sabar bertemu dengan Abdullah dan memperdengarkan nya lagu itu.

Tiba-tiba ponsel Ilham berdering. Ia tak menghiraukannya karena sedang menyetir ditengah jalan yang sangat ramai dan padat. Secara tak sengaja ia melihat dengan jelas sosok Rangga yang meninggalkan seorang wanita dengan wajah kesal dipinggir jalan lalu masuk kedalam mobilnya. Ilham yakin jika wanita seksi itu adalah pacar baru adiknya dan kini ia juga yakin keduanya sudah putus. Rangga tak juga sadar jika wanita-wanita yang selama ini ia pacari hanya memanfaatkannya karena ia adalah anak dari seorang pengusaha sukses, begitulah pikiran Ilham dan Rendra. Tetapi kenyataannya tak seperti itu. Justru Rangga lah yang memperdayai wanita-wanita itu hanya untuk kesenangan sesaat. Tapi eits, bukan sex. Melainkan hanya mengisi kekosongan di hatinya untuk sekedar mendapat sedikit sentuhan dan kata-kata manja. Selama ini juga ia terbilang pelit mengeluarkan uang untuk mereka. Itu sebabnya ia dan pacar-pacar nya selalu putus tak kurang dari 4 atau 3 hari berhubungan. Dan ia merasa puas.

"Mikirin apa, Pa?" tanya Sulaiman polos. Ia bingung kerena papanya tiba-tiba terdiam.

"Barusan Papa ngeliat Om Rangga dipinggir jalan."

"Oh," angguk nya. Sulaiman tak bertanya lagi karena merasa jawaban papanya sudah sangat jelas.

Ilham mengedepankan kepada Sulaiman tentang kejujuran. Ia sekalipun tak pernah berbicara bohong kepadanya meski putranya masih sangat kecil.

...................

Rangga tiba dirumah dan mencari mamanya dengan bertanya kepada beberapa pelayan yang tengah sibuk membersihkan setiap sudut rumah. Ia lantas menuju taman belakang setelah mendapatkan informasi bahwa Susan sedang bersantai disana.

"Mama!" teriaknya manja memeluk Susan dari belakang.

Susan tersenyum ceria, "Kamu butuh sesuatu?" tanyanya.

"Aku butuh 1 juta, Ma. Ada yang mau aku beli," pintanya manja.

Tanpa pikir panjang Susan langsung mengambil ponselnya dan mentransfer uang yang diminta Rangga ke rekeningnya.

"Thanks, Ma," ucapnya seraya mengecup ubun-ubun Susan.

"Baju pengantin mu sudah di kamarmu. Sebaiknya sekarang kamu coba dulu," pinta Susan.

"Pas kok. Lagian cuma pernikahan murahan seperti ini. Tak perlu serius," jawabnya santai.

Tanpa ia sadari Naya sudah ada dibelakangnya.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Afternoon Honey

Afternoon Honey

nyimak membaca ah... 📖

2023-06-05

0

Dewi Dewi Ahmat

Dewi Dewi Ahmat

🌺🌺💟💟💟

2021-06-27

1

Risfa

Risfa

ijin Boom like dulu yaa

2021-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!