Rangga enggan untuk bersalaman dengannya. Tetapi apa boleh buat semua ini karena paksaan. Ia mengulurkan tangannya dan membuang muka. Naya
tak menyangka jika laki-laki angkuh dan selengean ini yang akan menjadi suaminya, "Naya," ucapnya ketus tanpa membalas uluran tangan Rangga.
Rangga tersentak dan tak mengira jika Naya membalasnya tak kalah dingin. Dalam hati Abdullah berbisik, "Ternyata pilihanku tepat. Anak ini bisa mengendalikan si pemalas ini!"
Naya beralih kepada Abdullah dan mendekat. Ia menyapa lelaki tua itu seraya membungkuk, "Assalamualaikum, Tuan dan Nyonya," sapa nya bergantian menatap juga Susan yang menampilkan seluas senyuman padanya.
"Selamat datang, Naya," balas Susan.
Saudara-saudara Rangga hanya diam tanpa keinginan untuk menyapa nya disamping kedua orangtua mereka. Abdullah bangkit seraya menghentak kan tongkat kayunya, "Beri apa yang sepantasnya kepada Naya. Dua hari lagi pernikahan berlangsung." Ia beranjak meninggalkan tempat itu.
Rangga dan Naya kaget setengah mati, terutama Rangga. Ia tak mengira jika pernikahan paksa itu akan dilaksanakan secepat itu "Sit!" geram nya karena tak mampu melawan.
Naya melotot mendengar ucapannya yang sangat kasar. Ia jadi semakin tak menyukainya.
"Kak Naya, mari aku antar ke kamarmu!" ajak si manis Rosi, adik kedua Rangga. Ia menarik pergelangan tangan Naya menuju sebuah kamar mewah di lantai dua.
Lukman dan Marni senang karena sebentar lagi akan berbesan dengan majikannya sendiri yang merupakan keluarga terkaya dikota ini, sekaligus resah dengan nasib sang putri.
Setibanya didepan pintu kamarnya yang terbuka Naya terkejut melihat luasnya kamar itu dan betapa mewahnya semua perabotan yang terpampang rapi dan elegan. Ia enggan melangkah masuk karena merasa tak pantas. Rosi memaksanya dengan paksaan yang lumayan ketus hingga membuat Naya mengikuti keinginannya, "Tak usah ragu, ini semua memang untukmu."
"Apa ini tak terlalu besar?" tanya Naya polos.
Rosi menggeleng, "Semua ini untukmu. Sekarang istirahatlah, pasti Kakak merasa kecapekan setelah perjalanan jauh." Ia melangkah keluar dan menutup pintu.
Naya serasa di surga. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang empuk dan aromanya sangat wangi. Tapi tiba-tiba ia kepikiran kedua orangtuanya, "Emak sama Bapak dimana ya? Astagfirulloh! Durhaka kamu Naya!" kutuk nya sambil memukul kepalanya. "Tadi kamu sama-sekali tak menghiraukannya!"
Tiba-tiba gagang pintu kamarnya berputar. Lukman dan Marni muncul dan segera menutup pintu ketika sudah didalam.
"Emak! Bapak!" pekik nya girang dan segera bangkit lalu mencium telapak tangan keduanya. Marni mencium keningnya dan menariknya duduk diatas ranjang. Mata Naya berkaca-kaca menatap keduanya yang terlihat begitu letih dan agak kurus an. "Nanti aku bantu Emak di dapur ya?" pintanya bertanya.
Marni menggeleng, "Mulai sekarang Emak sama Bapak nggak kerja lagi disini."
Naya terkejut, "Kok gitu sih, Mak?" ia tak paham.
Marni mulai menjelaskan semuanya. Ia menceritakan rencana sang majikan. Marni bercerita jika mulai detik ini ia dan Lukman tak bekerja lagi. Sang tuan basar akan memberinya moda untuk mendirikan usaha. Karena tak mungkin dirinya menjadi pembantu besan nya sendiri. Tuan Abdullah juga sudah memberikan sebuah rumah sederhana tak jauh dari rumah ini agar Naya bisa setiap waktu bertemu dengannya.
"Masya allah, tuan basar baik sekali!" gumam Naya takjub.
Wajah Marni tak menunjukkan kegembiraan sedikitpun karena permasalahannya disini adalah Rangga, pemuda manja, kasar, dan masih bergantung kepada orangtuanya. Ia mengkhawatirkan nasib Naya yang akan hidup susah bersama pemuda itu karena kelakuan buruknya. "Jangan sedih, Mak," pinta Naya seraya membelai wajah Marni.
Lukman juga tak tega. Tetapi kesepakatan sudah dibuat. Jikalau ia berani membatalkan perjanjian itu maka ia harus ganti rugi atas mobil tuannya yang telah secara tidak sengaja hilangkan karena kecerobohan nya yang lupa mengunci pintu mobil saat ikut masuk bersama Abdullah kedalam sebuah pusat perbelanjaan. Saat itu ia benar-benar lalai. Harga mobil itu tak mungkin bisa digantikannya sekalipun harus menjadi sopir pribadi gratis Abdullah selama bertahun-tahun. Dengan terpaksa ia mengorbankan Naya agar tak dijebloskan kedalam penjara.
Naya berpikir ini adalah perjodohan normal. Lukman dan Marni tak sampai hati harus menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Ketukan pintu Mona membuyarkan pikiran ketiganya. Pembantu ber mulut bocor itu masuk dengan membawa makanan menggunakan kereta dorong. Ia menghidangkan nya dengan berusaha untuk santun dihadapan Naya yang sebentar lagi akan menjadi nona mudanya, "Silakan non Naya, pak Lukman, bi Marni menikmati hidangan ini. Jika ada yang kalian inginkan tinggal tekan nomor dua di telepon, saya akan segera datang." Ia mundur kebelakang sedikit menjauh lalu keluar dan menutup pintu kembali. Lukman dan Marni tertawa geli melihat tingkahnya yang tak berdaya. Padahal selama ini wanita itu selalu culas dan sangat angkuh kepadanya.
"Huh! Enak bener Bi Marni jadi besan keluarga ini! Pasti bakal jadi ngelunjak tuh!" gerutu nya sambil berjalan menuruni anak tangga.
Di meja makan seluruh keluarga telah berkumpul untuk makan siang bersama. Rina senang karena Naya, si babu itu tak ikut makan di meja makan bersama mereka. Sementara itu diam-diam Ilham, anak tertua kedua di keluarga itu sungguh mengagumi kecantikan dan sikap santun yang ditunjukkan Naya tadi. Di seberang nya Rangga menyantap makanannya dengan cepat karena ia ada janji bertemu dengan teman-teman kuliahnya disebuah cafe. Rendra menatapnya dengan tatapan benci, "Anak yang satu ini tak pernah tahan berlama-lama dirumah. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Tak pernah ada pemikiran untuk mempertanggungjawabkan dirinya sendiri apalagi kedua orangtuanya. Yang ada dipikirkannya adalah bermain-bermain dan bermain. Hingga ia tak sadar jika sudah waktunya dirinya untuk mulai bersikap dewasa. Ini semua tak lepas dari didikan manja
mama!" geram nya dan ini adalah pikirannya dan keluarganya yang bertolak belakang dari kenyataan yang selama ini dilakukan oleh Rangga.
"Pergi dulu!" ucapnya seraya bangkit lalu pergi begitu saja.
"Anak berandal!" decak Rendra kesal menatapnya penuh kebencian.
"Jangan katai adik mu seperti itu," sela Susan tak terima anak mas nya itu dihina.
"Kenapa rumah ini semakin tak nyaman!" gerutu Abdullah dan segera meminum air mineral nya. Ia pun segera meninggalkan tempat itu meninggalkan ketakutan dihati putra putrinya.
"Jangan lakukan ini lagi dihadapan papa!" sergah Susan kesal kepada Rendra dan segera menyusul Abdullah ke ruangan kerjanya.
"Yah, semuanya selalu salah jika berkaitan dengan anak brandal itu!" ucap Rendra malas dan ikut-ikutan berlalu. "Siapkan mobil ku!" pintanya kepada seorang pelayan laki-laki yang sedari tadi berdiri menunggu perintah darinya.
"Habiskan makanan kalian!" tunjuk Ilham kepada Rosi dan Rina. Keduanya sangat menghormatinya dan tak membantah.
"Sulaiman masih berapa lama lagi bersama mamanya?" tanya Rina kepada Ilham.
"Besok aku akan menjemputnya," jawabnya dingin. Ilham juga sudah kangen dengan putra semata wayangnya itu setelah 3 hari tak bertemu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ulufi Dewi
bingung sm alur ny
2022-05-12
1
Dewi Dewi Ahmat
💪💪💪💪💪👍👍👍👍
2021-06-27
1
Dyah Shinta
Anak pak Abdullah d bu Susan ada 5 yah?
2021-04-08
0