part 3

Empat hari berlalu, keadaan Queena masih tetap sama. Maka dari itu juga, Nina sering bulak balik rumah sakit - kantor - rumah. Tetapi, di hari ke empat, Nina tidak sempat ke rumah sakit karena saat itu ia merasa tidak enak badan. Padahal saat itu keluarga Sheikh Hanafi mengunjungi Queena.

"Na, kamu gak ke rumah sakit?" Tiba-tiba Vita datang ke kamar Nina.

"Aku lagi gak enak badan, Mah. Lagian kata Tante ada Sultan yang mau menjenguk Queena," jawab Nina.

"Kata Tantemu, Queena anak angkat Sultan, ya? Mama sempat terkejut. Gak sangka Queena itu Balqis anak angkat Sultan yang misterius itu," ujar Vita.

"Sudah lah mah jangan mulai bergosip. Nina pusing nih. Mama keluar, ya. Nina mau tidur," ujar Nina tersenyum pada Mamanya.

"Susah memang punya anak alim. Ya sudah, istirahat." Vita pun pergi meninggalkan Nina.

Nina pun tertidur karena merasa sangat pusing.

**

Malam harinya Nina juga kedua orang tua nya datang ke mansion Eriska karena mendapat telepon dari Eriska.

"Assalamualaikum." Nina mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam, akhirnya kalian datang juga." Eriska berjalan menghampiri keluarga Vita.

"Kenapa kalian baru datang? Sheikh sudah sejak siang disini," ujar Eriska.

"Nina tidak enak badan sejak subuh makanya tidak kesini. Lagian tidak enak sedang ada tamu penting," ujar Vita.

"Justru karena ada tamu penting kalian harus datang. Mereka harus kenal keluarga kita. Kalian salah satunya. Ayo Eriska kenalkan dengan keluarga Sheikh." Eriska mengajak keluarga Vita untuk menemui Sheikh Hanafi.

"Sultan, Madame, perkenalkan, ini adalah kakak saya Vita, ini suami kakak saya Tian juga Nina keponakan saya," Eriska memperkenalkan keluarga Vita pada Sultan Hanafi.

"Assalamualaikum." Nina mencium tangan Sheikh Hanafi juga Ummu Aisyah.

"MashaaAllah, kamu cantik sekali, Nak." Ummu Aisyah mengusap kepala Nina.

Nina hanya tersenyum.

"Feroza." Feroza berjabat tangan dengan Nina.

"Nina ...."

Saat itu, Feroze tengah berada di rumah sakit bersama Alif hingga Nina dan Feroze tidak bertemu.

Malam itu juga, Nina menginap di kediaman Eriska. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Nina merasa haus juga sedikit lapar. Ia berjalan menuju dapur. Di waktu yang sama Feroze baru kembali dari rumah sakit. Sekejap Feroze melihat sosok Nina. Gadis manis menggunakan piyama dengan motif we bare bear dengan hijab langsungan sedang duduk memakan cookies dan orange juice. Feroze yang melihat tersenyum.

"Siapa gadis itu? Lucu sekali," ujar Feroze lalu pergi menuju kamarnya.

Setelah puas, Nina pun kembali ke kamarnya. Ia kembali membuka laptop nya melihat email yang dikirimkan manager keuangannya. Hingga pukul satu pagi, ia masih terjaga. Sayup-sayup Nina mendengar seorang pria yang sedang bertilawah. Kamar Nina memang bersebelahan dengan Mushollah di kediaman Eriska. Karena ia selalu tidak ingin telat bangun untuk sholat subuh.

Nina menutup matanya. Mendengarkan suara merdu itu. Tiba-tiba ia menyentuh dadanya. Jantung Nina berdetak dengan sangat cepat. Semakin mendengar suara itu, semakin bergemuruh jantungnya.

Ap yang aku rasakan ini? Jangan-jangan aku punya penyakit jantung sama seperti Almarhum Opa Birowo lagi. Batin Nina yang merasakan aneh pada jantungnya.

Ia pun buru-buru berbaring mencoba untuk tidur. Tetapi, nihil. Ia tidak bisa tertidur justru suara itu semakin jelas terdengar.

"Siapa dia? Ini bukan suara Arsyad atau Irsyad. Om Dito juga bukan," ujar Nina yang merasa heran.

Jantungnya masih tetap bergemuruh seiring suara itu terdengar. Karena gelisah terus menerus, akhirnya ia beranjak dari tempat tidur, berjalan keluar kamar menuju Mushollah. Dengan mengendap, ia melihat sosok pria yang memunggunginya. Mengenakan Thawf atau gamis putih khas pakaian Arab serta memakai shemagh atau syal yang bertengger diatas kepala pria yang Nina lihat. Tubuh tinggi tegap serta gagah itu membuat jantung Nina bergemuruh semakin kencang.

Siapa pria ini? Apakah Sheikh Hanafi? Tetapi dari postur tubuhnya pria muda. Batin Nina.

Karena merasa merusak kesehatan jantungnya, akhirnya Nina memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Saat Nina pergi, Feroze berbalik yang ternyata tidak ada siapa-siapa.

**

Pagi hari pun tiba. Nina yang sedang berhalangan tidak ikut salat subuh dan melanjutkan tidur karena ia baru bisa tertidur pukul tiga pagi saat suara pria itu menghilang.

Pukul delapan Nina terbangun karena mendengar ketukan pintu dari Eriska.

"Nina .... Bangun Nina ...." Queena membuka pintu kamar Nina lalu berjalan menghampiri Nina.

"Nina .... Tumben belum bangun jam segini. Nina..." Eriska menepuk pelan bahu Nina.

"Tante, ya ampun jam berapa ini?" tanya Nina terduduk.

"Jam delapan, Arinina. Tumben banget kamu kesiangan. Meski gak salat biasanya tetap bangun pagi. Apa kamu masih gak enak badan?" tanya Eriska menyentuh dahi Nina.

"Semalam tidak bisa tidur, Tan. Sekitar jam tiga baru tidur," ujar Nina menguap yang ditutup oleh tangannya.

"Tumben, apa kamu lembur lagi?" tanya Eriska.

"Gara-gara dengar seseorang bertilawah sepanjang malam buat jantung aku deg degan Tante," celetuk Nina.

"Hah? Apa kamu bilang?" tanya Eriska.

"Eh gak bilang apa-apa," ujar Nina tiba-tiba tersadar dengan perkataannya.

"Ya sudah, cepat sarapan. Yang lain sudah sarapan. Keluarga Sheikh juga sudah mau pulang. Mereka akan mengunjungi Queena dulu lalu pulang," ujar Eriska hendak pergi.

"Siapa ya pria semalam? Apa jangan-jangan Malaikat ya?" ujar Nina dengan wajah terkejutnya.

"Astaga bicara apa aku ini." Nina menepuk kepalanya lalu bergegas turun dari tempat tidur bersiap untuk sarapan juga pergi ke kantor.

To be continue ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!