Pria berusia dua puluh enam tahun itu mendelik ke arah gadis yang duduk berhadapan-hadapan dengan nya tengah menunduk kan kepala. Ia sudah memakai pakaian rapi. Benar-benar gila, sungguh. Mark tidak menyangka aset berharga miliknya malah di lihat oleh gadis culun terlihat seperti anak SMP itu. Di samping tempat duduknya, Emma hanya mampu menghela napas pelan.
"Kau melihat punyaku bukan?" suara yang terdengar berat itu menuduh sang tersangka dengan tepat.
Dara tidak menjawab. Gadis ini lebih memilih untuk menutup rapat bibir pink tipis itu. Salahkan pria bodoh itu yang masuk kamar mandi yang tengah ia huni. Gadis Indonesia ini tidak tau menahu tentang kamar mewah yang ia tempati. Yang dirinya tau hanya satu hal yaitu; kamar itu di berikan oleh Alex padanya. Hanya sampai di sana saja.
Otak kancilnya tidak menyangka kamar mewah itu adalah kamar pria ini. Lebih tepatnya, kamar yang pernah di huni oleh pria yang baru saja pulang dari luar negeri ini. Tidakkah pria ini melihat jika ada yang tengah tertidur di atas ranjang. Bagaimana ia menyelonong masuk kamar mandi. Dan mandi di jam yang di nilai masih sangat pagi olehnya.
Dan pria ini berpikir dirinya melecehkan tubuh dan beda pusaka miliknya? Hah! Yang benar saja.
"Hei! Aku bilang kau melihat nya bukan!" bentak Mark dengan nada naik beberapa oktaf.
Tubuh Dara terlonjak terkejut."Tidak aku tidak lihat! Tidakkah kau melihat aku memakai kaca mata tebal. Saat ke kamar mandi aku tidak pakai kaca mata, dan tuan yang terhormat pasti mengerti apa jawaban nya bukan?" dusta Dara dengan cepat.
Dia tidak boleh tersudutkan. Tidak boleh.
"Hah!" Mark mendengus. Teluknya mendakwa Dara dengan wajah memerah."Kau pikir aku bodoh, hah! Kau itu cuma rabun bukan buta. Aku jelas mendengar kau bilang milikku, besar!" tukas Mark sebelum memelankan kata yang terakhir.
Ouch! My God! Rasanya Emma ingin tertawa terpingkal-pingkal mendengar adik dari sang bos pertama kali mencicit saat marah. Sebegitu malunya kah Mark Felton karena benda pusaka milik nya di lihat oleh seorang gadis perawan?
Mengingat Mark memiliki sifat manja pada Alex. Emma harus mencubit pahanya dengan keras. Hanya untuk mengontrol ekspresi wajah dan perasaan yang menggelitik hatinya untuk tertawa. Jangan sampai di manja ini mengadu pada Alex. Jujur saja, Emma tidak ingin di hukum oleh Alex Felton.
Dara berkedip cepat."I——itu," ia tergagap,"oke! Aku memang melihat nya. Tapi tidak detail dan tidak jelas. Cuma melihat besarnya saja tidak lebih!" sambung Dara juga mencicit di akhir kata.
Emma semakin mencubit keras pahanya. Sumpah! Ini benar-benar lucu. Lihatlah muka Mark memerah sempurna. Bahkan mulutnya terkangga mendengar jawaban Dara Margaretha. Gadis yang tidak di ketahui apa urusannya hingga bisa berada di villa milik sang kakak. Bahkan bisa naik ke ranjang. Yang biasanya ia tempati saat pulang di musim panas.
"Ka——kau...kau!!!!" Tunjuk Mark dengan jari gemetar di goyang ke atas ke bawah.
Sungguh Marka sudah ke habisan kata karena seorang gadis Asia.
"Itukan sebuah kecelakaan. Kalau boleh memilih aku tidak akan masuk ke dalam kamar mandi. Dan lebih baik melihat milik monyet dari pada milikmu," balas Dara dengan nada meremehkan,"lagipula milik orang Eropa kan memang besar, tapi jika di banding milikmu dari pada milik pria yang lain di sini. Hah! Punyamu tidak ada apa-apa nya. Sekali main langsung loyo!" sambungnya mencoba sebisa mungkin terlalu lebih tangguh.
Keok!!!!!
Marka Felton kalah telak. Pria itu langsung berdiri tanpa kata melangkah cepat menuju pintu keluar. Tangan Dara bergetar, ke dua kakinya terasa sedingin es. Rasa percaya dirinya langsung hilang kala Mark telah keluar dari villa mewah itu. Kini hanya ada Emma dan Dara di ruangan tamu.
Bhahahaha!!!!!!!!!!
Oke! Pada akhirnya Emma Young kalah juga. Pahanya telah memerah dan membiru kala ia melepaskan cubitan nya di paha putih mulus itu. Semburan tawa mengalun mengisi penuh ruangan tamu. Beruntung Mark si manja tidak berada di dalam rumah.
"Mati aku!" monolog Dara dengan suara lirih. Pandangan nya nanar menatap meja kayu.
Sudah pasti Mark akan mengadu pada Alex. Kalau Alex tau apa yang terjadi. Organ tubuh nya akan keluar lebih cepat dari waktu yang di perkirakan.
TIDAK!!!!
Tidak jauh berbeda dari dalam rumah. Mark berhenti di halaman vila yang di jaga ketat oleh bawahan Alex. Kepala nya menunduk ke bawah. Tangannya bergerak jatuh pada si Onoh kembanggannya.
"Apakah punyaku kecil?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Kepalanya mengeleng cepat."Tidak punya tentu saja besar. Perempuan itu pasti berbohong! Ya, pasti!" sambungnya mencoba meyakinkan dirinya.
Mata hijaunya melirik anak buah Alex yang berjaga tak jauh dari tempat ia berdiri. Atensinya jatuh ke bawah. Menatap miliknya dengan milik pria bertubuh kekar dengan kepala botak itu.
Mbek!!!
"Hah! Ternyata pusaka nya lebih besar dari pada milikku!" ujarnya kecewa.
...***...
Suara sepatu pantofel menggema lorong rahasia menuju villa. Di belakang tubuh nya Emma ikut melangkah. Wanita cantik ini ikut menyambut ke sayangan Alex kembali ke Texas. Di samping kanannya tampak Tom melangkah sejajar bersama Emma. Bau amis darah tercium jelas di seluruh tubuh Alex.
"Selama aku tidak di rumah apa terjadi sesuatu?"
Suara bariton itu memantul dengan nada tegas.
"Tidak ada hal yang istimewa, Bos!" Emma menjawab cepat.
"Katanya Mark kembali." Alex melirik dari ekor matanya ke arah Emma.
"Ya, Bos. Seperti yang saya katakan kemarin malam. Tuan muda kembali ke Texas. Tuan muda bermaksud ingin memberikan kejutan pada Bos. Sayang nya, tuan muda terlambat datang." Emma memberikan penjelasan.
Alex tidak lagi bertanya. Pintu besar di buka. Mereka naik satu persatu undak tangga. Hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di villa.
"Selamat datang kembali Bos!!"
Seruan serentak menyambut ke datangan Alex. Pria gagah itu tidak bersuara. Ia melangkah semakin masuk ke dalam villa. Ia sampai sudah cukup malam.
"Siapakah air hangat untukku!" titah Alex.
"Baik, Bos!" Emma langsung melangkah pergi melaksanakan perintah sang Bos.
Mata tajam itu mengedar. Tidak ada tanda-tanda jika pintu kamar Mark di buka. Alex melangkah menuju kamar sang adik. Tom mengikuti dari belakang. Tangan kanan Alex di angkat di sela langkah kakinya. Tom berhenti melangkah.
Kreat!
Pintu kamar di buka. Ia masuk ke dalam kamar. Terlihat di tempat tidur. Adik nya satu-satunya telah tergolek dengan ponsel di tangan nya. Alex menghela napas pelan. Sebelum melangkah semakin masuk ke dalam. Ia meletakan ponsel Mark di atas nakas.
"Masih saja tidak berubah," ujar Alex pelan.
Alex Felton dan Mark Felton. Dua kakak beradik tampan. Yatim-piatu, mereka di tinggalkan saat masih kecil. Kematian ke dua orang tuanya cukup menggoreskan luka bagi ia dan sang adik. Terutama bagi Mark. Adiknya, hampir meregang nyawa hari itu. Karena dia ikut saat malam kecelakaan tragis itu. Sejak saat itu, Alex bertekad menjadi pria yang kuat. Tanpa kelemahan. Agar tidak ada yang bisa menyakiti dirinya dan sang adik.
...***...
Ke dua pipi Dara mengembung kesal. Wajah kesalnya tiba-tiba berubah seratus sebulan puluh derajat. Kala manik mata hijau kelam Alex meliriknya. Ia melangkah membawa minuman jus jeruk di nampan mendekati kolam berenang. Alex bergerak kembali. Berenang mendekati pinggiran kolam. Pria itu tampak begitu mempesona. Tubuh atletis dengan ke dua sisi otot lengan terdapat tato pedang dan satunya lagi berbentuk timbang. Dara tidak tau apa arti dari kedua tato itu.
Alex memberikan kode mata. Dengan cepat Dara yang selesai meletakan nampan di atas meja melangkah mendekati Alex. Ia menunduk perlahan, menarik kimono handuk sebelum melangkah cepat mendekati Alex.
"Ini!" Ujar Dara memberikan nya dengan nada pelan.
"Pasangkan!"
"Hah?"
"Kau tulikah?"
"Ah! Tidak. Ya...ya...di pasangkan," balas Dara tergagap.
Dengan cepat ia bergerak memasangkan komono handuk pada Alex. Pria terlihat begitu angkuh dengan pandangan mata tajamnya.
"Oke, selesai!" ujar Dara kembali terdengar.
Alex melangkah mendekati tempat duduk santai.
"Cepat ke sini!" titah Alex.
Dara mengerang dalam hati. Namun gadis berkaca mata tebal itu tetap mengulas senyum. Melangkah mendekati Alex.
"Cepat cicipi!"
Dara menatap air yang baru saja di tuangkan di dalam gelas. Ia mengulas senyum penuh kerpaksaan. Meneguk cepat minuman jus jeruk itu.
"Tidak ada racun!" seru Dara cepat setelah meneguk hingga tandas.
Alex kembali menuang minumannya. Menyesap pelan. Dara benar-benar ingin mencekik leher pria ini. Jika saja ia punya kekuatan super. Sudah pasti orang pertama yang ingin ia habisi adalah Alex.
Dan...satu pria yang melangkah menuju ke arah mereka. Tiga hari ia di kerjain oleh Mark. Seperti nya pria itu balas dendam dengan gencar karena keberadaan Alex. Mulai dari selai rasa saus, kecoak di dalam kamarnya. Sampai kamar mandi dengan manekin Helloween. Beruntung Dara adalah gadis yang kuat.
"Hah! Tambah lagi cecunguk satu lagi!" ujarnya nyaris berbisik dengan bahasa ibunya.
"Apa?" tanya Alex yang mendengar samar namun tak mengerti bahasa Indonesia yang di bawa Dara.
"Hah? Tidak. Aku tidak bilang apa-apa," jawab Dara cepat.
Alex hanya memasang wajah tak peduli. Mark sudah berada di belakang tubuh Dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Amelia Syharlla
lucu sampe tawa sendiri🤣🤣🤣🤣
2021-12-20
0
Vikris
xlanjut thorr....
2021-06-04
0
Atieh Natalia
seru lanjut
2021-05-01
0