Erangan pelan di bibir tipis mengalun rendah. Perlahan ke dua kelopak matanya terbuka. Ia mengerjab pelan menyesuaikan cahaya memasuki retina matanya. Hingga ke dua matanya terbelalak menatap sekitar. Beberapa kali ia terbatuk karena aroma pengap menusuk hidungnya. Ke dua bola mata coklat itu mengedar, ada banyak perabotan yang usang di sana. Tubuh nya terasa kaku. Kepalanya menunduk, kembali ia terkejut dengan keadaan nya sendiri. Tubuh nya terikat di bangku begitu pula dengan ke dua kaki pendek nya.
"Eeemm! Eeemmmm!!!!"
Sial sekali bukan? Bukan hanya tubuh dan ke dua kakinya saja yang terikat. Bibirnya di lakban. Gila! Siapa yang telah melakukan semua ini padanya?
Dara menarik napas perlahan. Membuang nya pelan-pelan. Otak nya kembali mencoba memproses memori. Mengobrak-abrik isi otaknya, apa yang terjadi padanya? Hingga ia dalam keadaan kurang baik. Dahi kuning langsat itu berlipat dalam. Dara berpikir begitu keras. Hingga ke dua sisi dahinya berpeluh.
Pekikan samar di balik lakban meredam nada yang harus nya keluar melengking. Ia baru ingat apa yang terjadi. Saat itu ia akan membersihkan ruangan VVIP di gedung paling atas. Lalu ia mendengar nada dan erangan aneh di dalam salah satu bilik yang di sedikit terbuka. Dengan rasa penasaran tinggi, ia mengintip. Ia melihat pria yang tengah...jangan! Jangan ingatkan lagi. Tubuh Dara bergetar, ini kali pertama ia mengalmi hal semenakutkan itu. Lebih menakutkan dari pada melihat puluhan hantu khas Indonesia.
Brak!
Terdengar pintu terbuka kasar. Dengan cepat-cepat Dara memejamkan mata. Ia harus memantau situasi dulu. Dara harus tau apa yang sebenarnya terjadi. Ingatannya hanya sampai tepat di saat pria gila yang penuh darah itu keluar dari kamar dan tersenyum padanya. Derap langkah kaki terdengar jelas memantul.
"Apa dia masih belum sadar?" suara bariton seksi itu seakan familiar di gendang telinga Dara.
"Belum Bos! Dari tadi malam di bawa ke sini. Dia belum membuka mata Bos," jawab Tom dengan nada penuh hormat.
Alex mengusap pelan dagunya. Manik mata hijau tajam itu tampak menelisik tangkapannya ini. Ah! Sudah seperti binatang saja.
...Tap!...
...Tap!...
...Tap!...
Tungkai kaki panjang Alex melangkah lebar. Hingga berhenti di depan tubuh Dara. Sebelah kakinya di lipat, jari jemari tangan panjang itu menengadahkan dagu. Mata elang itu menelisik wajah gadis berkacamata dengan seksama. Bulu mata tipis namun terlihat lentik, bulu alis mata tampak tersusun rapi, bibir pink, hidung minimalis, dan garis mata yang sempit. Khas orang Asia. Jari Alex berubah yang mengapit dagu Dara.
Pria bule ini menolehkan ke kanan dan ke kiri wajah Dara. Sebelum melepaskan nya dengan cepat. Pria ini berdiri dengan tegak.
Manusia langka. Satu kata yang ada di otak Alex. Di Texas tak banyak bentuk wajah dan tubuh mungil seperti gadis ini. Kalau di ukur tinggi nya dan gadis ini. Hanya di atas pinggang sedikit. Tom, pria berkulit hitam itu memperhatikan bagaimana sang Bos memindai gadis Asia yang di temukan pingsan di ruangan khusus Alex. Ruangan yang tidak sembarangan orang yang bisa masuk di sana.
Kedutan halus di dahi kuning langsat itu terbentuk. Tangan yang di ikat di belakang tubuh mengepal sempurna. Hati kecilnya tak berhenti merapal banyak doa. Perutnya sakit sekali. Jujur, susah payah Dara menahan laju gas yang ingin keluar dari bawah sana. Padahal di bawah sudah mangap-mangap minta di lepaskan gas yang membuat perut terasa di belit.
"Tolong cepatlah keluar dari ruangan ini tuan-tuan gila. Aku sudah tidak tahan untuk kentut!"
Itulah kata yang di rapal pelan di dalam hatinya. Alex, Bos Mafia gila ini masih belum beranjak. Seakan masih betah berlama-lama menatap mahkluk yang di nilai langka ini.
TIDAK!!!!!
BUUTT....BRUT!!!!!!!!
Oh Tuhan! Tolong bunuh saja Dara hari ini. Gas beracun keluar tanpa bisa di cegah. Wajah ke dua pria Eropa itu langsung terlihat dengan ekspresi beragam. Yang berkulit putih langsung memerah dengan pangkal hidung mengerut. Telapak tangan besarnya langsung melayang menutup hidung nya. Sedangkan yang berkulit hitam bertambah kelam. Ke dua jari tangannya menjepit pangkal hidung mancung nya.
Kelopak mata Dara yang tadi di pejamkan langsung terbuka. Gila saja! Aroma jengkol busuk menyatu dengan bau sambal terasi basi. Kombinasi gas yang benar-benar mampu membunuh orang. Ke dua nya terpontang panting keluar gudang, bak tengah di serbu bom nuklir. Beberapa anak buah yang berjaga di luar gedung menatap aneh sang bos yang terbatuk-batuk sembari menyedot oksigen bersih dengan rakus. Tom tak kalah sama, hidung pria berkulit hitam itu tampak kembang kempis menghirup oksigen bersih. Ini pertama kalinya seorang Bos Mafia besar Texas mencium bau kentut bak bau gas beracun.
Jika di luar ruangan ke dua pria itu menghirup udara segar. Di dalam ruangan Dara menyumpah serapah dalam hati karena aroma tak sedap dari tubuh nya. Tidak bisa bergerak menjauh karena tubuh nya terikat. Ah! Mati sudah ia setelah ini.
Dara Margaretha telah pasrah dengan keadaan. Mau di tembak sampai mati. Atau apapun namanya kematian yang ia dapatkan ia pasrah. Karena ia telah mengetuti pria gila itu. Sudah pasti dewa kematian akan langsung menyapanya setelah ini. Sudah pasti.
...***...
Ke dua bola mata coklat bening itu bergerak liar. Menghindar dari tatapan pria yang duduk di kursi singasana di atas sana. Ia duduk di lantai dengan kaki dan tangan terikat. Bedanya, kali ini mulutnya tidak di lakban. Laju katanya tidak akan terhenti. Ke dua mata sipit itu tampak bengkak karena menangis. Ia sudah membayangkan jenis kematian apa yang harus ia terima.
"Kau!" seru suara bariton milik Alex menggema di ruangan mewah itu.
Begitu banyak orang berseragam hitam dengan ke dua otot lengan besar. Di setiap anggota terlihat memiliki tato pedang dengan naga melilit ujung pedang. Dapat gadis cerdik ini tangkap. Jika mereka adalah kelompok Mafia. Sebelum menginjak Kasino, ia mendengar bisik-bisik lirih dari para penjaga yang membawa nya ke Kasino. Ia mendapat informasi Mafia gila yang benar-benar kejam. Pria yang tidak pernah pandangan bulu. Menghabisi siapapun yang menghalangi jalannya.
Pria yang tidak memiliki nafsu seksual pada wanita. Hanya sampai sana Dara mendapatkan informasi. Akan tetap kini satu informasi ia dapat kan dengan
cuma-cuma tentunya dengan taruhan nyawa. Benar-benar gila. Bibir pink nya tampak pucat.
"Kau di panggil Bos!" Teriak Tom dengan mendorong punggung belakang Dara dengan senjata pemukul runcing.
Dara mengangkat pandangan nya.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Dara bertalu-talu. Tubuh nya bergetar. Meskipun pria yang duduk dengan meneguk cairan merah pekat tampak begitu gagah dan mempesona. Tetap saja di balik bingkai sempurna itu ada jiwa psikopat yang akan membuat orang mati dalam satu kali pukul.
"Kenapa kau masuk ke dalam ruanganku? Siapa yang memerintahkan kau masuk ke ruangan terlarang, huh!"
Suara Alex kembali terdengar lebih tajam dan sedikit serak. Karena alkohol yang masuk ke dalam mulutnya. Dara mengigit pelan bibirnya, gadis culun ini sungguh merasa otaknya buntu. Tidak tau ide apa yang harus ia keluarkan.
Melihat Dara yang masih bungkam. Kembali ujung runcing senjata pemukul itu mendorong punggung belakang Dara. Benar-benar tidak berkutik. Lidahnya kelu, tidak mampu bergerak. Ke dua manik matanya tampak berair.
Alex mengulas senyum miring. Dengan telapak tangan di angkat. Maid yang berada di samping tubuh nya bergerak menerima gelas wine di tangan Alex. Pria gagah dengan wajah dingin itu turun dari singasananya. Satu persatu anak tangga ia turuni.
Dara seakan lupa bernapas. Aroma alkohol menyeruak menghantam paru-paru nya. Ujung dagunya di apit kasar. Sakit! Sungguh. Tom mundur dua langkah sebelum berdiri bersisian dengan bawahnya yang lain.
Hembusan napas Alex menerpa wajah polos Dara. Ke dua kelopak mata Dara terpejam.
"Aku tukar pertanyaan," ujar Alex,"apa yang kau lihat di dalam sana gadis kecil?" lanjut nya dengan sedikit berbisik.
Glek!
Dara susah payah meneguk air liur nya. Kala membuka kelopak matanya. Manik mata coklat nya beradu dengan manik mata hijau elang nan dingin milik Alex. Pria itu menatapnya dengan intens. Jika dalam keadaan normal mungkin Dara akan terpukau karena Visual Alex yang di nilai gagah dan sempurna tanpa cacat. Di leher nya ada tato naga tanpa pedang menambah kemaskulinnya.
"Jawab gadis kecil!" Desak Alex menekan ke dua sisi rahang Dara.
"Eugh!!!" Dara mengerang di kerongkongan nya. Sakit sekali.
"Jawab!" Alex kembali mendesak.
"Ke...sa——sakit!" balas Dara susah payah.
Alex tersenyum setan. Ia melepas cengkraman nya. Namun tidak beranjak dari posisi semula.
"Tidak mau jawab?" ulang Alex lagi.
"Itu...aku mencari tua...tuan kar...kar..karena jatuh..cin...cin..ya padamu!"
Oh my God! Terkutuk lah lidahnya. Bagaimana ia bisa mengatakan kata-kata gila itu. Kontan saja Alex tertawa keras. Anak buahnya mengerutkan dahinya. Ini pertama kali ia mendengar sang Bos besar tertawa seyaring itu.
"Oh...astaga!" Alex berusaha menghentikan tawanya. Wajahnya kembali di dekatkan ke daun telinga gadis culun itu."Buktikan!" sambungnya.
Ke dua kelopak mata Dara berkedip cepat. Apa yang harus ia buktikan?
"Ca.. caranya?" balasnya tergagap-gagap.
Apapun harus ia lakukan agar bisa bertahan hidup. Pulang dengan utuh ke Indonesia. Harus!
Senyum aneh terlihat di wajah Alex.
"Bercinta di sini. Di depan anak buahku!" balas Alex.
Rahang Dara terjun bebas. Bercinta? Dengan pria gila ini? Alex tersenyum setan. Ke dua tangannya bergerak menyentuh kancing depan seragam Dara. Dara membeku, ia bahkan berhenti bernapas sesaat. Kala satu persatu kancing bajunya di buka. Ke dua manik mata Alex tidak beralih. Ia tetap menatap ekspresi wajah Dara. Apakah Bos Mafia Texas ini akan melakukan hal gila padanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Lucu n Ngeri juga
2024-04-26
0
Rosita
Sampe reflek nutup idung😁🤣
2023-01-10
1
Roslina Dewi
astagaaa...sampe ngakak aq baca part ini😂🤣
2022-12-16
1