^_^
Gladis terbangun karena mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. "Iya, sebentar." kata Gladis, ia beranjak membukakan pintu.
“Iya bi?.”
"Ini nona, pakaian yang dibelikan tuan untuk anda." ucap bibi, sambil menyodorkan beberapa baper bag ketangan Gladis.
"Sebanyak ini bi?." Bibi, mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, ia mengundurkan diri.
Gladis, kembali menutup pintunya. Dan, membawa paper bag kedalam. Ia, melihat semua pakaian yang dibelikan oleh pria kejam itu. Bahkan, ia belum mengetahui siapa nama pria itu.
"Dia benar-benar aneh, kenapa membelikan pakaian sebanyak ini? Dan, semua pakainnya branded pula." gumam Gladis, sambil menyimpan seluruh pakaiannya didalam lemari. Ia, meraih handuk baru. Kemudian, berjalan ke kamar mandi. Ia tidur, baru beberapa jam. Namun, badannya sudah sangat lengket.
*****
Sore hari telah tiba.
Seusai Gladis selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar. Berniat akan memasak untuk makan malam.
"Hai bi, boleh saya bantu?." tanya Gladis, menghampiri bibi yang sibuk didapur.
"Eh non, tidak usah non. Biar bibi saja, non menonton atau istirahat saja dikamar." ucap bibi.
"Tidak bi, aku akan membantu bibi." ucap Gladis, ingin mengambil sayuran didalam lemari es.
"Permisi nona." ucap pelayan.
"Iya pak, ada apa?." tanya Gladis, sambil melihat pelayan itu.
"Nona dipanggil tuan, tuan sedang menunggu anda diruangan kerjanya. Mari, saya antar." ucap pelayan itu.
"Tapi, saya ingin memasak dulu pak. Untuk, makan malam tuan." ucap Gladis.
"Pergilah non, nanti tuan muda bisa marah besar. Terlalu lama menunggu, tuan tidak suka membuang-buang waktu." ucap bibi.
"Baiklah bi, aku akan segera kembali bi." ucap Gladis, ia mengikuti pelayan itu berjalan menuju ruangan tuannya.
*****
"Ini ruangannya nona, silahkan masuk. Tuan, sudah menunggu didalam." ucap pelayan.
"Terimakasih pak." jawab Gladis, pelayan itu menganggukkan kepalanya. Kemudian, mengundurkan diri.
Tok.! Tok.!
Setelah mendengar perintah dari dalam, Gladis masuk dengan kaki yang gemetaran.
"A-ada apa tuan memanggil saya?." tanya Gladis gugup.
Pria itu membalikkan badannya, ia menatap Gladis dengan tatapan remeh.
"Tidak usah gugup begitu, aku tidak akan memakanmu. Ayo duduk dulu.! Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu." titah pria itu, sambil duduk kembali dikursinya.
"Terimakasih tuan." ucap Gladis, ia duduk persis didepan pria itu.
"Apa kau tau, kesalahan apa yang telah Ayahmu perbuat?." tanya pria itu, dengan nada dingin. Gladis, mengangguk pelan. Ia, tidak berani bertatap mata dengan pria itu.
"Papa telah bersalah, karena tidak hati-hati dalam berbisnis. Sehingga, Papa tertipu oleh rekan kerjanya. Dan, membawa semua uang Papa dan juga Tuan." jawab Gladis, ia masih menundukkan kepalanya.
"Apa kau tau, berapa kerugianku karena Ayah bodohmu itu haaa?." bentak pria itu, sambil mengebrak meja. Gladis, semakin gugup. Ia, menggelengkan kepalanya.
"Ayahmu telah membuat kerugian sebesar 3 miliyar, tau? Apa kau pikir uang segitu sedikit? Sehingga kau hanya mengatakan maaf saja haa?." ucap pria itu, ia benar-benar marah. Gladis, kaget dengan kerugian yang telah Papanya perbuat.
"T-tapi tuan, Papa juga korban disini. Uang Papa juga dibawa oleh rekan kerja Papa itu." jawab Gladis.
"Kau berani menjawabku ha?." tanya pria itu, ia mencengkram dagu Gladis.
"Maaf.. " ucap Gladis lirih. Ia, mulai terisak dengan bentakan dan juga cengkraman pria itu.
"Sudahku katakan, jangan menangis didepanku.! Apa kau tidak mengerti juga haa?." bentak pria itu lagi. Gladis, dengan cepat menghapus air matanya yang sempat jatuh.
"Sebagai gantinya, kau harus menjadi istriku. Kau harus menikah denganku.!" ucap pria itu.
Gladis membelalakan matanya, ia tidak percaya dengan ucapan pria ini. Bagaimana mungkin, ia menikah dengan orang kejam seperti dirinya. Yang, suka membentak. Lama-lama bisa jantungan Gladis hidup bersamanya.
"T-tap.. " belum selesai Gladis bicara, pria itu sudah dulu memotongnya.
"Keluar!!!." bentak pria itu. Gladis, berjalan keluar ruangan. Ia, masuk kedalam kamar. Lalu, menguncinya. Ia, meringkuk dibawah kasur dan menangis sejadi jadinya.
"Mengapa takdir begitu kejam kepadaku tuhan? Apa salahku? hiks.. hiks.. " kata Gladis, didalam hati.
Drt.. Drt.. Drt..
Ponsel Gladis bergetar yang berada diatas nakas. Ia melihat nama yang tertera disana.
Papa is calling..
Dengan cepat Gladis, menghapus air matanya. Lalu, menjawab telepon tersebut.
"Hallo Pah, Papa baik-baik aja kan?." tanya Gladis dengan suara serak.
"Hallo nak, Papa baik-baik saja. Apa Kamu baik-baik saja nak? Apa dia menyakitimu?." tanya Papa, bertubi tubi.
"Iya, aku baik-baik saja Pa. Papa, jaga kesehatan ya. Maaf, Gladis nggak bisa nemani Papa dirumah lagi." ucap Gladis, menahan tangisnya.
"Papa yang seharusnya minta maaf nak, tidak seharusnya Kamu terlibat dalam urusan Papa. Papa minta maaf," ucap Papa.
"Papa ngomong apasih? Papa tu nggak salah. Yaudah Pah, aku tutup dulu. Bye Papa, Gladis menyayangi Papa." ucap Gladis, ia langsung memutuskan sambungannya. Dan, kembali menangis diatas tempat tidur. Sanking lelahnya menangis, ia terlelap dengan sendirinya.
^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ifhon
suka bangeet
2021-07-25
0
Wes Paham
ya ampun tu cowok mikir apa sih sampai2 nyuruh sicewek buat nikah ama diya..
salam jateng ska
2021-05-31
0
sariz07
kasiaaan 😔
salam Pasangan Terbaikku 😁
2021-03-16
0