Satu minggu setelah kejadian kecelakaan itu, alina masih diam di rumah, sang bunda masih melarangnya untuk keluar kemanapun. Ya bundanya memang sangat protektif pada anak-anaknya.
Hal itu yang membuat alina merasa bosan, meski mulut alina sampai berbusa meminta ijin pada bundanya untuk pergi berkuliah tapi tetap saja bunda rumi masih melarangnya.
Jadilah alina berdiam diri di kamar saja tanpa melakukan aktifitas apa pun. Dia hanya melakukan hobinya yaitu menggambar, alina selalu mengkoleksi gambar-gambar gaun yang akan di simpan dan berniat akan merancangnya nanti ketika sudah menjadi seorang desainner sukses. Itu lah mimpi alina bercita-cita ingin menjadi seorang desainer ternama.
"Alin, ayo makan siang dulu nak. Mama menunggu di bawah ya, abangmu juga sudah pulang untuk makan siang." Kata bunda sambil mengetuk pintu dari luar.
"Iya bunda, sebentar alina menyusul." Sahut alina.
Kemudian alina segera turun setelah membereskan perkelengkapan menggambarnya.
Aby, bunda rumi serta alina makan siang bersama, sementara ayah hendra tidak bisa pulang karena sedang melakukan perjalanan ke luar kota untuk urusan bisnis yang sedang di jalani.
"Bang aku ikut ke kantor ya, alin bosan di rumah." Pinta alina pada abangnya.
Mendengar permintaan alin, aby melihat ke arah alin dengan ekspresi tajam. Hal itu sudah membuat alin mengerti apa jawaban sang kakak. Seketika alin menunduk tidak mau berkata apa-apa lagi.
"Diam saja di rumah, tidak perlu kemana-mana. Istirahatkan dirimu hari ini dan bersiaplah untuk masuk kuliah lagi besok." Kata aby.
Seketika wajah alina sumringah mendengar abangnya memperbolehkannya untuk masuk kuliah kembali seperti biasa.
"Abang beneran udah bolehin alin masuk kuliah besok?" Tanya alin dengan antusias.
Aby mengangguk mengiyakan pertanyaan alin.
Setelah semuanya menyelesaikan makan siangnya. Alin membantu membereskan piring kotor bekas makan. Sementara aby pergi ke kamarnya sebelum kembali lagi ke kantor.
*****
Keesokan hari alin sangat senang memulai harinya karena sudah di perbolehkan oleh abang dan bundanya masuk kuliah setelah kecelakaan dirinya terjadi.
Meski bunda rumi tidak henti-hentinya memperingati alin pagi ini untuk hati-hati.
"By kamu ajak adikmu berangkat bareng aja ya." Perinta bunda pada anak sulungnya.
"Baiklah, kalau alin sendiri mau. Biasanya dia selalu nolak." Kata aby.
Memang alin selalu menolak setiap aby mengajaknya berangkat bersama. Karena alin tau sekarang aby tidak suka di tolak lagi akhirnya alin mengiyakan permintaan abangnya.
"Baiklah alin sama abang berangkatnya." Kata alin kemudian.
Setalah selesai sarapan aby terlebih dulu mengantar alin sebelum ke kantornya.
Setelah sampai di depan kampus alin langsung masuk menuju kelasnya setelah berpamitan pada sang kakak.
Alin telah sampai ke kelas, dan benar saja sesuai dugaan alin semuanya memberondong alin dengan berbagai pertanyaan dari teman-temannya.
"Alin beneran kamu mengalami kecelakaan satu minggu yang lalu? kenapa aku nggak tau dan kamu juga tidak pernah mengangkat teleponku." Kata indah, sebenarnya merasa kesal pada alin karena selalu mengabaikan panggilan teleponnya beberapa hari yang lalu.
"Hanya kecelakaan kecil kok, dan aku juga nggak apa-apa." Sahut alina meyakinkan sahabatnya itu.
"Iya tapi tetap saja kecelakaan alin. Setelah aku dapat informasi aku langsung ke rumah sakit tempatmu di rawat tapi katanya kamu udah pulang." Jelas indah.
"Iya aku minta pulang cepat, karena bosan di rumah sakit."
Tak lama setelah obrolan mereka mata kuliah pun di mulai dan semua mahasiswa fokus memulai pelajaran seperti biasa.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 siang, sudah waktunya untuk pulang kuliah. Indah mengajak alin untuk pulang bersama kebetulan hari ini indah membawa mobilnya.
"Pulang bareng lin." Ajak indah.
Baru saja alin akan mengangguk tiba-tiba saja ada seorang laki-laki berkata bahwa alin akan pulang bersamanya.
"Alina pulang bareng gue." Kata pria mudah itu, sambil memegang pergelangan tangan alina.
"Hahh?" Alina terkejut melihat laki-laki yang tiba-tiba datang dan mengajaknya pulang.
Cepat-cepat alin menepis tangan laki-laki itu karena alina merasa tidak mengenalinya. Tidak mau kalah jovan pun menarik paksa alina untuk masuk ke mobilnya.
"Indah tolongin aku, alin nggak kenal dia." Teriak alina meminta pertolongan pada indah.
"Diaaammm. gue jovan orang yang telah nolongin lo waktu kecelakaan." Sarkas jovan, tidak suka dengan penolakan.
Alin seketika terdiam, memperhatikan wajah laki-laki yang di hadapannya sekarang.
"Tapi aku mau pulang sama temen aku. Nggak usah maksa deh." Kata alin tidak kalah kerasnya berusah menepis tangannya yang di pegang oleh jovan
"Apa begitu cara berterima kasih sama orang yang telah nolongin lo?" Ucap jovan.
"Tapi dari mana kamu tau kalau aku sedang berkuliah disini?" Tanya alin yang tidak yakin dengan laki-laki di hadapannya sekarang.
Jovan mengelurkan sebuah kartu nama dari dalam dompetnya lalu memperlihatkannya pada alin. Karena sebelumnya jovan telah mengambil kartu nama alin di dalam tasnya. Karena tidak mengetahui identitas gadis yang telah di tabraknya. Akhirnya dia pun memberanikan diri untuk memeriksa tas milik alina dan berhasil menemukan kartu mahasiswa alina.
"Ini punya lo kan?" Tanya jovan sambil memperlihatkan kartu mahasiswa milik alina.
"Eh itu punya aku." Kata alina terkejut melihat kartu mahasiswanya ada pada laki-laki itu.
"Lo berterima kasih dulu ke gue dengan cara yang bener baru bisa gue balikin." Ucap jovan.
Alina dengan terpaksa menuruti kemauan laki-laki di hadapannya sekarang.
"Baiklah aku ucapkan terima kasih udah nolongin aku. Sekarang kembaliin KTM aku." Pinta alina.
"Lo temennya alina kan, pulang duluan aja. Gue bakalan anterin dia sampai ke rumahnya langsung." Kata jovan melihat ke arah indah yang sejak tadi tak bergerak dari tempatnya karena khawatir dengan sahabatnya.
Indah tidak menghiraukan kata jovan dia pun ikut menarik tangan alin untuk mengikutinya.
"Nggak.. Dia sahabat gue, dan lo hanya orang asing." Sahut indah dengan nada sinis.
Jovan tidak terima dengan perkataan gadis cerewet di hadapannya itu. Dia menatapa tajam ke arah indah.
Seketika indah bergidik ngeri melihat tatapan tajam laki-laki di hadapannya itu, dia pun tidak berani untuk banyak bicara.
"Lin, kamu yakin ingin ikut bersamanya?" Tanya indah sekali lagi pada sahabatnya.
Alin sama sekali belum menjawabnya, namu jovan sudah lebih dulu menarik alin di pelukannya begitu erat langsung membawanya ke mobil. Tentu saja alina sangat memberontak tidak terima dengan kelakuan pria asing menurutnya.
"Lep...mmmmpphhh." Perkataan alin terpotong karena jovan lebih dulu menutup mulut alin dengan menggunakan telapak tangannya.
"Ikut saja, gue nggak suka penolakan. Dan gue juga nggak ngapa ngapain lo, tenang aja." Sarkas jovan.
Jovan membawa alin ke dalam mobil miliknya.
Tetap tidak terima dengan kelakuan laki-laki asing itu, alin menangis ketika jovan menyuruhnya duduk di kursi samping kemudi.
"Lah kenapa lo nangis? gue cuma ngajak lo jalan sebentar." Kata jovan tidak suka melihat wanita menangis.
Alin tidak menghiraukan perkataan laki-laki itu. Namu jovan tetap dengan pendiriannya dan segera menjalankan mobilnya ke tempat yang di tuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Susi Ana
jempol hadir, mampir ya
2021-01-09
0