Di kediaman keluarga alina
Hari sudah mulai sore, namun alina belum juga menampakan diri pulang ke rumah, tidak biasanya alina seperti ini. Sang ibu sudah mulai khawatir ayah hendra dan aby baru saja pulang dari tempat kerjanya.
Bunda rumi yang sejak tadi di landa rasa cemas tidak bisa menahannya lagi untuk segera memberitahukan kepada sang suami tentang keberadaan putrinya.
"Ayah, alin kok sejak tadi belum pulang ya. Mana handphonenya nggak di angkat sejak tadi bunda telepon." Kata bunda rumi dengan rasa cemas.
Hendra di buat terkejut dengan perkataan istrinya, pasalnya alin tidak pernah seperti ini. Dan jika dia terlambat pulang ke rumah pasti dia akan meminta ijin terlebih dulu atau bisa saja menelpon ke rumah.
"Ada apa si bunda, kenapa dari tadi ribut-ribut?" Tanya aby penasaran sejak tadi mendengar keributan.
"Adikmu belum juga pulang aby. Apa dia ada menghubungimu?" Bunda rumi masih saja cemas.
Aby segera ke kamarnya untuk mengambil ponselnya dan segera menghubungi alina. Dia pun merasa sangat khawatir dengan sang adik, karena tidak biasanya alina seperti ini.
Ponsel alina aktif namun tidak ada jawaban sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi pada alina? kenapa tidak mengangkat teleponku?
Aby terus saja menghubungi alina hingga teleponnya tersambung setelah beberapa kali melakukan panggilan.
"Alin, kamu dimana alin orang rumah sedang khawatir menunggumu pulang." Omel aby yang sudah ingin memarahi adiknya itu setelah sambungan teleponnya benar-benar tersambung.
"Maaf saya teman alina, sekarang alina sedang di rumah sakit umum kota A." Sahut Jovan dengan jelas.
"A..apa.. bagaimana bisa dia masuk rumah sakit, apa yang terjadi pada alin?" Sergah aby cepat.
"Segera datang ke rumah sakit, anda bisa menanyainya langsung." Ucap jovan yang tidak ingin berdebat melalui telepon.
Aby pun langsung memutuskan sambungan telepon.
"Ayaahh... Ayo kita ke rumah sakit, alina sedang dirumah sakit sekarang." Teriak aby memberitahu ayahnya.
Bunda rumi yang mendengar teriakan aby begitu terkejut dan langsung tidak sadarkan diri setelah mendengar bahwa putrinya masuk rumah sakit.
Aby dengan sigap menopang tubuh sang bunda di bantu oleh ayah hendra. Langsung menuju mobil yang akan mereka kendarai menuju rumah sakit.
"Bunda mu syok mendengar putrinya masuk rumah sakit. Sebenarnya apa yang terjadi pada alina by?" Kata ayah hendra yang tidak kalah khawatir.
"Saya juga tidak tau ayah, temannya tidak memberitahuku melalui telepon tadi. Dia hanya mengatakan jika alina masuk rumah sakit." Sahut aby.
Mereka pun pergi menuju rumah sakit dengan membawa bunda rumi dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sebelumnya sudah meminta supir untuk mengantar mereka.
Tidak lupa juga ayah hendra meninggalkan pesan pada bi muna selaku asisten rumah tangga di rumah mereka.
Tidak membutuhkan waktu lama merakapun sampai pada tempat tujuan yaitu rumah sakit tempat alina di rawat. Sebelumnya bunda rumi sudah sadarkan diri namun langsung menangis histeris mengingat putri kesayangannya kecelakaan.
Aby langsung menanyakan keberadaan ruangan alina pada meja informasi. Setelah mengetahuinya aby dan ayahnya serta bunda rumi segera berjalan menuju ruangan tempat alin.
"Bagaimana keadaan putri kita ayah?" Tanya bunda rumi yang sejal tadi tidak henti-hentinya menanyakan keadaan putri kesayangannya.
"Dia akan baik-baik saja bun, tenangkan dirimu." Sahut ayah hendra.
Mereka pun sampai di ruang rawat alina, Dan benar saja alina belum sadarkan diri sejak tadi. mereka melihatnya seorang pria muda duduk di sofa yangbtidak jauh dari bed hospital alina.
Bunda rumi seketika memeluk tubuh putrinya begitu erat.
"Maaf buk, dia sedang beristirahat jangan khawatir kondisinya baik-baik saja. Dia hanya tertidur karena efek obat yang di berikan tadi." Ucap jovan dengan hati-hati.
Jovan melihat ke arah mereka bertiga, dan dia sudah bisa menebaknya, memastikan jika mereka adalah orang tua dari gadis yang di tabraknya.
"Kamu yang mengangkat telepon alina tadi? apa yang terjadi pada alina? kenapa bisa seperti ini?" Aby seketika terus membrondong banyak pertanyaan karena sudah khawatir melihat keadaan adiknya.
Jovan tidak ingin memberitahu jika dialah penyebabnya.
"Tadi terserempet oleh mobil, kemungkinan dia tidak melihat kiri kanan jadi dengan tidak sengaja salah satu pengendara mobil mengenainya, bersyukur karena tidak menyebabkan luka serius di bagian tubuhnya." Jekas jovan berusaha tenang.
Jovan pun pamit keluar dari ruang perawatan alina setelah melihat orang tua alina sudah sedikit tenang.
Selang beberapa menit setelah kedatangan mereka, terlihat alina sudah sadarkan diri. Seketika dia memeluk sang bunda.
"Bunda." Ucap alina lirih.
"Iya sayang ini bunda, Bagaimana bisa kamu seperti ini nak?" Tanya bunda memastikan putrinya baik-baik saja.
"Alina nggak apa-apa kok bun, jangan khawatir." Kata alina yang tidak ingin membuat orang tuanya sangat khawatir.
"Ayah?" Pandangan alin melihat ke arah ayahnya.
Ayah hendra pun mendekat, tangannya langsung mengelus puncak kepala putrinya.
"Apa yang sakit nak?" Tanya ayah hendra.
Alina menggeleng dan memberitahu ayahnya bahwa tidak ada yang mesti di khawatirkan karena memang dia tidak mengalami luka serius pada bagian tubuhnya.
"Kalian jangan khawatir, alina nggak apa-apa kok." Ucap alina lagi meyakinkan keluarganya bahwa dia baik-baik saja.
Sudah tidak ingin berlama-lama di rumah sakit, alina pun sudah meminta untuk pulang ke rumah.
Jovan sudah pamit duluan pada orang tua alina, sebelum alina sadarkan diri.
Ayah hendra pun menyuruh aby untuk segera menyelesaikan administranya ketika sudah mendapat ijin dari dokter rumah sakit bahwa alina sudah di bolehkan pulang.
"Alin. Apa kamu yakin kamu udah baik-baik aja?" Tanya aby pada adiknya.
"Iya bang, Alin udah nggak apa-apa." Sahut alina tersenyum pada abangnya.
Aby mengangguk, dan beranjak dari ruangan rawat alina untuk menyelesaikan administrasi perawatan alina.
Tak lama kemudian mereka pun kini mengendarai mobil menuju rumah setelah menyelesaikan semua administrasi alina dan ternyata sebelumnya semua biaya berobat alina sudah di tanggung oleh seseorang siapa lagi kalau bukan jovan yang ingin bertanggung jawab atas apa yang sudah di lakukan pada alina.
Namun orang tua dan aby tidak mengetahui bahwa jovanlah yang telah mengakibatkan alina masuk rumah sakit.
"Sayang sejak kapan kamu memiliki teman cowok?" Tanya bunda rumi penasaran pada putrinya. Karena sepengatahuannya alina tidak pernah begitu akrab pada seorang teman laki-laki.
Alina menggeleng, tidak tau apa maksud dari pertanyaan bundanya.
"Alina nggak ada temen cowok bun." Sahut alin yang tidak terima dengan pertanyaan bundanya.
"Loh.. Tadi yang nemenin kamu di rumah sakit siapa?" Tanya aby pada adiknya.
"Hahh? alin nggak tau, alina tidak melihatnya." Kata alina yang memang merasa tidak mengetahui keberadaan seorang laki-laki selama dia di rawat.
Bunda dan aby pun tidak bertanya lagi, karena mungkin alina tidak menyadari bahwa ada yang telah menolongnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments