Alina Zakeisha Gunawan seorang gadis yang cantik yang berpenampilan tertutup selalu menggunakan hijab syar’i, kalem dan terlihat sangat lugu, tidak hanya memiliki paras cantik ia juga memiliki hati yang begitu baik pada semua orang tidak memandang kasta, semuanya di pandang sama seperti halnya allah memandang umatnya. derajat semua sama tidak ada yang di sebut miskin ataupun kaya.
Alina sendiri adalah anak kedua dari keluarga gunawan ia memiliki abang yang sangat menyayangi dirinya dan selalu memanjakan dirinya. Alina masih sebagai mahasiswa di salah satu kampus ternama di kota A, ia mengambil jurusan desainer karena hobinya suka melukis sesuatu hingga dia bertekat untuk mengambil jurusan tersebut.
Pagi hari yang cerah seprti biasa alina selalu berangkat ke kampus menggunakan taksi yang sebelumnya sudah di pesan secara online, bukan ayahnya tidak mau memberinya mobil. Hanya saja hendra selalu mendidik anak-anaknya harus mandiri tidak di didik dengan memanjakannya begitupun juga dengan abangnya mendapat perlakuan yang sama ketika masih menjadi mahasiswa.
“Dek, berangkat kampusnya sama abang aja yuk.” Ajak aby.
Alina menggeleng tanda menolak.” Alin udah pesan taksi bang.” Tolak alin.
Tak jarang aby mengajak adiknya untuk mengantarkannya ke kampus, meski jalan ke kantor aby tempatnya bekerja satu arah namun selalu mendapat penolakan dari alina. Bukannya tidak menghargai ajakan abangnya itu, tapi alina memiliki alasan yang menurut aby sedikit konyol.
Alina tidak ingin di antar oleh abangnya karena ketika sampai kampus pasti banyak wanita-wanita yang sok akrab terhadap alina demi ingin mendekati sang abang. Terutama sahabatnya sendiri yaitu indah.
“Baiklah. Abang tau kamu akan menolaknya dengan alasan konyol mu itu.” Tebak aby.
Alina mendengus kesal, ia berlalu meninggalkan kakaknya yang masih sibuk di kamarnya memasang dasi, setiap harinya aby selalu saja menumpang di kamar alina untuk sekedar bercermin atau pun memakai dasi ketika hendak bersiap ke kantor, selalu saja begitu setiap harinya kebiasaan yang tidak mau hilang walaupun di kamar aby sendiri memiliki fasilitas yang cukup lengkap namun ia merasa nayaman saja seperti itu, nasib memiliki abang yang begitu dekat dengannya, Alina sendiri pun tidak merasa keberatan.
Beberapa saat alina kembali lagi memanggil abangnya untuk ikut sarapan bersama.
“Bang. Di panggil sarapan tuh sama bunda, cepetan jangan kelamaan dandannya udah kayak cewek aja sih bang.” Panggil alina dari pintu kamarnya yang tidak di kunci.
“Iya… iya, ini udah selesai, duluan saja sebentar abang nyusul.” Sahut aby.
Alina pun kembali menuju ruang makan setelah mendengar jawaban abangnya.
Ketika sampai dan sudah mendudukkan diri di meja makan, alina pun segera mengisi piring kosongnya dengan nasi goreng kesukaannya yang sudah di siapkan oleh bi muna pembantu rumah tangganya.
“Abangmu mana sayang, kenapa belum turun sarapan ini sudah jam 06.45 loh, bentar lagi jam tuju.” Tanya bunda rumi.
“Masih di kamar alin mah, katanya bentar lagi nyusul.” Sahut alin.
“Kebiasaan si aby tuh, sudah seperti anak gadis saja lama berdandan, pantesan lama dapat jodoh.” Ucap ayah hendra.
Tidak lama aby pun sudah tiba di ruang makan, dan langsung mengambil posisi di meja makan tempat biasa yang dia tempati.
“Maaf ayah, bun. Sudah lama menunggu aby.” Kata aby seraya tangannya sibuk menyendokkan nasi serta lauk pauk ke piring kosong di depannya.
Ayah hendra dan bunda rumi mengangguk, kemudian mereka sarapan sambil bertukar obrolan. Ayah hendra pun tidak keberatan ketika makan sambil mengobrol karena itu sebagian kebiasaan rasulullah ketika hendak mekan bersama para sahabatnya, tujuannya untuk membuat suasana akrab bagi orang-orang yang ikut makan. Sehingga bukan adab yang tercela sebagaimana di sangka oleh sebagian orang yang terpengaruh budaya orang barat.
“Alin, kamu brangkat sama abang mu atau pakai taksi?” Tanya bunda rumi.
“Gak bunda, alin udah pesan taksi online tadi. bunda alin berangkat dulu ya takutnya telat masuk kuliah jam pagi.” Ucap alin ketika sudah menyelesaikan sarapannya lalu menyalami ayah dan bundanya serta abangnya.
“Baiklah, hati-hati ya nak.”
Alin mengangguk menanggapi perkataan bundanya. Kemudian berlalu pergi meninggalkan rumah menuju kampus melaksanakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Melihat taksi yang baru saja sampai dan alin pun langsung mendudukkan dirinya di kursi penumpang.
“Pak antarkan saya ke universitas B ya.” Kata alin memberitahu supir taksi tersebut.
“Baik non.” Sahut supir taksi itu.
Selama perjalanan alin hanya menikmati pemandangan kota yang hilir mudik sudah terlihat ramai, sambil mendengar music menggunakan haeadset nya. Setelah dua puluh menit akhirnya alin sampai di universitas B, kampus tempanya menjalani perguruan tinggi.
“Makasih ya pak.” Ucap alin menuruni taksi tersebut seraya memberikan ongkos pada supir taksi.
“Sama-sama non.”
Alina berjalan memasuki area kampus.
“Alin.” Alin menoleh kea rah suara yang memanggilnya.
“Eh indah, baru sampai juga?” Tanya alin.
“Iya nih, aku telat bangun tadi dan gak sempat sarapan juga. Kita ke kantin yuk.” Ajak indah.
“Aku udah sarapan ndah, kamu aja deh aku mau langsung ke kelas aja.” Sahut alin.
“Sebentar aja lin, tega banget sih gak mau nemenin aku.” Ucap indah dengan menampilkan ekspresi sedikit bersungut kesal dengan penolakan alin.
“Iya deh aku temenin, tapi hanya nemenin aja ya ndah.”
Indah tersenyum menanggapi alin, memang sahabatnya ini selalu pengertian meski pun awalnya menolak namun tetap saja ujung-ujungnya mau mengikutinya dengan senang hati. Alin memang sahabat yang terbaik.
Alin dan indah berjalan ke arah kantin. Ketika sampai keduanyapun duduk di salah satu meja kosong, lalu indah segera memesan mi ayam dan es teh makanan dan minuman favoritnya.
“Bi sum, mi ayam dan es tehnya satu ya. Dan jangan lupa coklat hangatnya juga satu.” Panggil indah pada ibu kantin yang selalu siap melayani para mahasiswa yang berkunjung di kantinnya.
“Kebiasaan ya indah pagi-pagi selalu minum yang dingin-dingin.” Ucap alin.
Indah hanya menanggapi alin dengan mengankat bahunya acuh dengan perkataan sahabtnya itu.
“I like it alin, keduanya adalah kesukaan ku.” Kata indah.
Tidak membutuhkan waktu lama bi sum ibu kantin mengantarkan pesanan indah. Bi sum memberikan mi ayam dan es the pada indah, dan coklat hangat pada alin.
“Terima kasih ya bi.” Ucap alin tersenyum manis pada ibu kantin.
Ibu kantin mengangguk balas tersenyum dan berlalu untuk melanjutkan pesanan lainnya. Indah pun memakan sarapannya, serta alin yang meminum coklat hangat yang di pesankan oleh indah tadi.
Setelah menghabiskan sarapan indah. Keduanyapun segera meningglkan kantin menuju kelas mata kuliah yang akan masuk pagi ini.
Tidak sedikit mata memandang ke arah alin, banyak mahasiswa laki-laki yang tertarik pada sosok alin, sementara alin hanya berjalan seraya menundukkan kepalanya tidak ingin menanggapi tatapan-tatapan di sekitarnya.
•
•
•
•
Bersambung...
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak 😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Diah Retnasari
kuliah di PT A kok ganti di PT B?
2023-01-09
1
wya .bnil
coklat hangatnya untuk siapa?
2021-02-20
1
Nur Hidayanti
persaan pesen.nya coklat hangat kok katanya suka yg dingin2...hihi
peace thoor..hehe
2021-02-19
0