Alina berjalan menyusuri kelas setelah jam kuliahnya berakhir, sementara indah sudah berlalu duluan karena sahabatnya itu ada janji bersama gebetan barunya.
Gadis cantik itu berjalan seperti biasa selalu menunddukan pandangan ketika banyak mata yang melihat ke arahnya dengan penuh ke kaguman.
"Alin.. pulang naik taxi?" panggil reza, membuat alina menoleh ke arahnya.
Reza adalah salah satu laki-laki yang sudah lama menaruh hati pada alina, namun ia malu untuk mengungkapnya, karena takut akan mendapat penolakan dari alina seperti yang sudah terjadi pada laki-laki lain yang melakukan berbagai macam cara untuk mendekati alina.
"Iya kak. seperti biasa saya selalu pulang naik taxi." Jawab alin seperlunya.
"Saya antar boleh?" Tanya reza, berharap alin tidak menolaknya.
"Maaf kak, taxinya udah nunggu di depan." Tolak indah sopan.
"Oh,, kalau gitu kamu hati-hati ya."
Alina mengangguk dan segera berlalu ke arah taxi yang sudah menunggunya.
Pada saat di berjalanan menuju arah rumah alina melihat toko kue, ia pun mampir berniat untuk membeli kue kesukaannya.
Alin menyuruh supir taxi untuk menunggu sebentar tanpa mengarahkan taxi itu melaju ke arah toko kue karena posisi toko kue tersebut berada di senerang jalan. jadi alin berniat untuk jalan saja.
"Tunggu sebentar pak, saya mau membeli kue sebentar." Kata alin pada supir taxi.
Supir taxi tersebut mengangguk.
Alin pun berjalan menyebrangi jalanan dan ketika pada saat menyebrangi jalan ia tertabrak mobil yang melaju ugal-ugalan.
"Aaaarrgggggghhhhh..." Teriak alin sangat takut, dengan gerakan cepat alin berusaha menghindar.
Namun mobil tersebut banting stir ke arah kiri jalan untuk menghindari. Dan tenyata alin pun ikut terserempet mobil dan membuatnya tidak sadarkan diri.
Sementara mobil mewah tersebut mengerem. dan untungnya tidak terjadi kecelakaan beruntun, karena melihat jalanan cukup ramai sore ini.
"Aarrrggghhh siaaallll..." Umpat kesal si pengemudi mobil mewah itu. Ia menoleh ke arah belakang dengan santainya seolah tidak ada nyawa yang sedang terancam di sana.
Pandangannya tertuju pada kerumunan orang yang sudah memenuhi jalanan, seketika ia kaget melihat kerumunan orang. dan menyadari ada seseorang yang telah di tabraknya.
Jovan segera keluar dari mobilnya, menghampiri kerumunan orang tersebut.
"Kamu yang menabrak gadis ini, segera larikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan." Ucap salah satu bapak-bapak yang sedang berada di kerumunan tersebut.
Jovan tidak menanggapi ucapan bapak-bapak tersebut. ia dengan sigap mengangkat tubuh gadis itu lalu membawanya ke dalam mobil mewah miliknya.
"Pak, dia penumpang saya. biar saya saja yang membawanya ke rumah sakit." Ucap supir taxi yang membawa alin tadi.
Jovan mengerutkan alisnya, ia melihat penampilan bapak-bapak itu sedang menggunakan pakaian khas supir taxi. dan akhirnya ia paham. segera ia merogoh dompet di dalam sakutnya setelah meletakkan tubuh alin ke dalam mobilnya.
"Ini bayarannya, kembaliannya ambil saja." Ucap jovan terburu-buru ia memasuki mobilnya.
" Ta..tapii, tolong hubungi keluarga gadis ini pak." Teriak supir taxi itu yang sudah melihat jovan melangkah jauh.
Jovan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat ayahnya bekerja. jovan sendiri adalah seorang dokter yang baru saja menamatkan pendidikan kedokterannya di salah satu universitas di luar negeri.
Namun belum ingin bekerja karena menurutnya ingin beristirahat setelah pendidikan dokternya yang cukup menguras tenaga dan fikiran.
Jovan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. tidak membutuhkan waktu lama jo sampai di Rumah Sakit yang di tuju.
Ketika sampai dan memarkirkan mobilnya, jovan pun segera meraih tubuh mungil gadis itu yang mengenakan pakaian tertutup serta jilbab yang cukup besar.
Kebetulan ayah jovan sedang bertugas hari ini. panji melihat putranya yang sedang menggendong seorang gadis berhijab.
"Jooo... siapa gadis itu, dan apa yang terjadi?" Tuduh panji melihat panik ke arah jovan.
Jovan tidak menghiraukan ayahnya ia terus melangkahkan kakinya menuju UGD dan segera memberikan pertolongan pertama pada gadis yang sudah di tabraknya itu.
Jovan dengan gerakan cekatan memberikan tindakan medisnya, beberapa perawat pun ikut serta membantunya, para petugas kesehatan lainnya tidak memprotes jovan yang melakukan tindakan yang sebenarnya bukan pegawai Rumah Sakit itu, para petugas tau bahwa jovan adalah putra dari direktur Rumah Sakit tempat mereka bekerja.
"Syukurlah tidak terjadi apa-apa, hanya luka kecil saja yang mendaptkan beberapa jahitan." Gumam jovan yang sudah selesai menangani gadis yang menjadi pasiennya saat ini.
"Dasar gadis ceroboh, bisa-bisanya dia menyebrang jalan tanpa melihat kiri kanan." Umpat jovan kesal.
Alina sudah di pindahkan di ruang perawatan, jovan memasang infus karena ia merasa gadis ini sedang syok atas kecelakaan yang di alaminya.
Jovan masih menjaga alina berniat menunggunya hingga sadar, sekilas ia memandang wajah alina, ada rasa kagum pada gadis behijab tersebut.
Lamunan jo teralihkan oleh suara ponsel berdering yang masih berada dalam tas milik alin. dan jovan segera merogoh ponsel gadis itu lalu menjawabnya. masa bodoh ia tidak perduli di katakan lancang.
Namun jo berfikir sesaat apakah harus menjawab telepon itu atau tidak. dan dia memutuskan untuk tidak menjawabnya hinggah suara dering ponsel tersebut selesai.
Beberapa saat kemudian pintu ruang rawat alin terbuka dan menampilkan sosok ayah jo yaitu panji selaku direktur rumah sakit tempat alin dirawat sekarang.
"Bagaimana kondisi gadis malang yang sudah kamu tabrak itu jo." Kata panji yang sudah megetahui bahwa putranya lah penyebabnya.
"Papa tau?" Tanya jovan.
"Apa yang papa tidak ketahui tentang putraku jovan." Sinis panji, merasa kesal dengan tingkah ceroboh sang putra yang selalu mengendarai mobil secara ugal-ugalan di jalanan umum.
"Pah,, aku tidak sengaja menabraknya, gadis ini yang ceroboh menyebrangi jalan yang cukup rame tanpa meilhat sekitarnya. jangan menyalahkan putramu sendiri. aku bahkan sudah bertanggung jawab menanganinya langsung, serta menunggunya sampai siuman dan sekarang dia pun tidak ada tanda-tanda akan siuman, aku bosan menunggunya." Ucap jo panjang lebar dengan rasa kesal, tidak ingin di tuduh laki-laki tidak bertanggung jawab oleh ayahnya sendiri.
"Omong kosong, jelas-jelas kamu sendiri yang ceroboh, jangan kira papa mu ini bodoh jo. papa sudah melihatnya langsung menyuruh orang kepercayaan papa untuk memantau mu." Sarkas panji sedikit emosi.
Jovan menarik nafas kasar, ayahnya selalu saja memiliki kuasa di luar kendalinya. dasaar ayah posesif. batin jovan berdecak kesal.
"Yang penting aku sudah bertanggung jawab dan gadis ini juga tidak mengalami luka yang serius." Kesal jo pada ayahnya.
Panji tidak mau berdebat konyol di hadapan putranya yang keras kepala itu, ia pun berlalu meninggalkan ruang rawat alin.
"Persiapkan dirimu, dua minggu lagi kamu akan bekerja di rumah sakit ini." Panji berkata sebelum benar-benar menghilang di balik pintu yang belum tertutup.
Jovan tidak menanggapi perkataan papanya. netranya kembali melihat ke arah alin yang sejak tadi belum sadarkan diri.
wanita ceroboh ini belum sadar juga, kenapa lama sekali sih. batin jovan kesal.
•
•
•
•
•
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-08
1
~queenSenja🌅
👍🏼❤
2021-02-18
1
Je Moeljani
Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓3 like
Sukses selalu buat kakak Author yang keren ini❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'
2021-02-12
0