Potongan tubuh itu hidup!
Bagaimana bisa?
Setahuku setelah ayah dan ibu memotong organ-organ tubuh manusia, potongan-potongan itu pasti tidak akan kembali hidup.
***
Pecahan gelas dan kapas-kapas boneka masih berhamburan di kamar Xiao. Perangai anak yang baru berumur sepuluh tahun itu memang sangatlah berbeda di bandingkan anak-anak lainnya.
Jika anak-anak seumurannya lebih suka bermain dengan robot dan boneka, maka Xiao lebih suka bermain-main dengan darah.
Malam telah berlalu. Kamar Xiao tampak sudah bersih dan rapi. Bocah lelaki tersebut tampak sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Yenn dan Hongli juga sudah rapi dengan pakaiannya masing-masing. Mereka ada urusan bisnis selama tiga hari, dan menyuruh sang anak tinggal sendirian di rumah.
Xiao menyeringai ketika mendengar dirinya akan sendirian lagi di rumah. Sebab dia sangat menyukai momen itu. Xiao bisa melakukan apapun saat sedang sendirian di rumah. Apalagi ketika dia mengingat Kenai yang masih terkurung di dalam gudang.
***
Saat di sekolah, Xiao adalah siswa yang populer. Dia pintar, tampan dan juga mudah bergaul. Meskipun punya banyak teman, dia tidak pernah memperbolehkan teman-temannya berkunjung ke rumah.
Walau masih berumur sepuluh tahun, Xiao sudah di gandrungi oleh anak-anak perempuan seumurannya. Aneh memang, tetapi memang begitulah realita yang terjadi di sekolah-sekolah dasar zaman sekarang.
"Hei Xiao, ini aku tadi kebetulan beli susu cokelat beli satu dapat satu. Aku tidak bisa habisin keduanya sekaligus, jadi. . ." ujar Chan, siswi berambut bob yang tengah menyodorkan susu cokelat kemasan kepada Xiao.
"Terima kasih Chan, tentu aku mau. . ." balas Xiao sambil memberikan senyum lebarnya, dan langsung mengambil susu cokelat yang anak perempuan itu berikan. Chan yang melihat senyuman Xiao, menjadi tersipu malu dan salah tingkah.
"Cieee. . . ." semua murid yang melihat kejadian tersebut bersorak untuk mengejek Chan dan Xiao. Chan yang mendengarnya semakin salah tingkah, dia pun langsung berlari dengan gelagapan keluar kelas.
***
Xiao baru pulang dari sekolah. Saat masuk ke dalam rumah, perhatiannya langsung tertuju pada bekas jejak kaki yang belepotan dengan darah di lantai. Xiao yakin, jejak kaki itu disebabkan oleh Kenai yang sedang berusaha kabur. Perlahan jejak kaki tersebut dia ikuti. Xiao berjalan berjinjit agar tawanan tidak mendengar langkahnya.
Ternyata jejak kaki itu mengarah ke kolong tempat tidurnya. Xiao juga bisa mendengar suara deru nafasnya yang tersengal-sengal dari bawah sana. Dia mengukir seringai diwajahnya, dan berpikir betapa bodohnya tawanan itu.
Sebelum memergokinya, Xiao sengaja memotret jejak kaki darah yang mengarah ke kolong tempat tidurnya. Hal tersebut di lakukannya agar bisa membuat ayah dan ibunya bangga. Xiao pun langsung mengirim fotonya pada Yenn lewat aplikasi pesan di ponsel.
Setelah itu, dia pergi ke dapur dulu untuk mengambil pisau. Xiao sengaja memilih pisau dapur mungil favoritnya. Sebelum mencoba memergoki Kenai, ponselnya tiba-tiba bergetar. Dia yakin itu adalah balasan pesan dari ibunya.
Xiao pun membaca pesan Yenn yang bertuliskan,
'Xiao! sebelum kami pergi, kami sudah memutilasi tawanan itu. Kau saat ini sedang bermain-main dengan siapa? Ibu mohon jangan melakukan hal-hal yang aneh lagi!'
Pupil mata Xiao membesar, tatkala membaca pesan balasan dari sang ibu. Tubuhnya mematung, karena dia baru menyadari bahwa sedari tadi dia hanya sendirian di rumah.
Dengan tubuh yang gemetaran, Xiao pun perlahan menundukkan kepala dan menengok ke kolong tempat tidur. Dia melihat hal yang sangat mengerikan dengan kedua matanya. Terdapat potongan tubuh Kenai berserakan di lantai, dan bisa bergerak ke sana kemari. Xiao sontak melangkah mundur dan keluar dari kamarnya. Keringat mulai bercucuran di pelipisnya.
Namun anak lelaki itu malah menggertakkan gigi sembari mengernyitkan dahinya. Dia berusaha memberanikan diri untuk melawan makhluk aneh yang dilihatnya. Xiao memegang erat pisau, dan mengarahkannya ke depan. Dia dalam posisi siap melindungi dirinya dari bahaya.
Perlahan sepotong tangan muncul dari kamar Xiao. Sepotong tangan yang belepotan darah itu, tampak berjalan dengan jari-jemarinya. Xiao membulatkan mata, dia segera mengarahkan mata pisaunya.
Perlahan sepotong tangan tersebut merayap untuk mendekat. Sontak Xiao pun mencoba menyerangnya lebih dulu.
"RASAKAN INI!! Ughhh!!" pekik Xiao sambil mencoba menusuk-nusuk sepotong tangan itu. Namun usahanya tampak sia-sia, karena makhluk aneh tersebut tidak bergeming sama sekali.
Tanpa diduga sepotong tangan itu meloncat ke arah Xiao. Seketika jari-jemarinya langsung mencengkeram lehernya. Alhasil Xiao pun merasa tercekik, lidahnya perlahan keluar dari mulut. Pisau yang ada di genggamannya terlepas, karena anak lelaki itu reflek menggunakan kedua tangannya, untuk mencoba melepas cekikan dari sepotong tangan mengerikan tersebut.
Perlahan sepotong tangan lainnya muncul, dan segera ikut menyerang Xiao. Dua potongan tangan itu menghempaskan tubuh Xiao ke lantai, dan menyeretnya ke bawah kolong tempat tidur.
"Kkkkkkk. . .kkkkkk . . ." Xiao mulai kesulitan bernafas. Suara decitan di lantai semakin terdengar jelas di telinganya, karena potongan-potongan tubuh Kenai berjalan dengan cara bergesek di lantai.
Xiao berusaha melawan sebisa mungkin, namun potongan-potongan tubuh Kenai malah semakin banyak berdatangan ke arahnya. Entah kenapa kedua potongan tangan tiba-tiba melonggarkan cengkeramannya dari leher Xiao.
"Uhuk! uhuk! uhuk!" Xiao langsung terbatuk ketika dua potongan tangan itu melepaskan cengkeramannya. Sekarang mereka menyerang kedua tangan Xiao.
"HENTIKAN!!! DASAR KALIAN MAKHLUK JELEK!" pekik Xiao. Namun potongan tubuh Kenai malah semakin mengkerubutinya. Sekarang Xiao merasakan ketakutan yang teramat sangat.
Mata Xiao tidak sengaja melihat ke arah pintu kamar. Dia kembali di buat kaget saat melihat kepala utuh Kenai menggelinding ke arahnya. Tubuh Xiao langsung gemetaran, air matanya perlahan menetes di pipi. Bahkan deru nafasnya mulai naik turun dengan tempo cepat.
Kepala Kenai yang menggelinding semakin melambat ketika sudah dekat dengan Xiao. Perlahan kepala itu berdiri. Xiao bisa melihat wajah Kenai yang berlumuran darah.
"Ma-ma-maafkan . . . a-a-aku. . ." kata-kata itu langsung keluar begitu saja dari mulut Xiao. Tubuhnya masih gemetaran sembari menatap kepala utuh Kenai yang sudah berdiri tegak di hadapannya.
Mulut Kenai perlahan menganga, dan berkata dengan suara mengerikannya, "Aku wariskan kepadamu. . ."
Xiao tidak bisa berkata-kata lagi, dia tidak bisa melakukan apapun untuk melawan. Dirinya juga sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kenai kepadanya.
Perlahan kedua bola mata Kenai keluar dan menggelinding tepat ke arah Xiao. Kedua potongan tangan Kenai pun langsung mengambil kedua bola mata itu, dan melepaskan cengkeramannya.
Xiao menggunakan kesempatan itu untuk kabur, dia berusaha merayap agar bisa keluar dari kolong tempat tidur. Tetapi kedua potongan tangan Kenai langsung membidik kedua mata Xiao. Penglihatannya pun langsung menggelap seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
★Merepotkan~
Hei, aku punya kata-kata yang bagus daripada makhluk jelek, kenapa gak pake kata “Daging busuk” aja? Anggap aja seluruh umat manusia hanya sekedar kumpulan “Daging busuk” yang tidak bernilai🌲🎉
2021-05-09
2
DN96 (Aries)
kalo aku jadi Xiao udah kabur keluar rumah 😂😂
"Hot Young Mom and King Mafia"
"Young Grandmom"
"Hot Young Mom and King Mafia Versi CS"
2021-05-05
0
𝑳 𝑪
semangat kk💪😊
2021-01-12
0