Tepat pada pukul 18.00, gue langsung membangunkan Rizky yang masih tertidur dengan sangat pulas di ranjang gue.
"Woi!! bangun!!" teriak gue sambil menggoyangkan tubuhnya.
"5 menit lagi." jawabnya.
"Gak ada, gak ada. Buruan bangun!!!" teriak gue lagi.
"Iya,iya." jawabnya dan sontak terduduk, lalu turun dari ranjang gue.
Gue langsung mendorongnya menuju pintu gue, dan membuka pintu gue, lalu mendorongnya keluar dari kamar gue.
"Bye." ucap gue dan langsung menutup pintu gue, tak lupa gue juga mengunci pintu gue.
Gue pun langsung berjalan menuju lemari pakaian gue. Untuk mengganti pakaian.
Sebenarnya, jika orang biasa melihat lemari gue. Isinya hanya pakian biasa, dan juga seragam sekolah. Tapi saat gue membuka baju-baju yang di gantung itu. Terlihat jelas beberapa pakaian serba hitam, yang selalu gue pakai saat malam hari.
Gue sontak mengambil satu set pakaian itu, dan langung memakainya dengan santai.
Kacamata yang gue pakai, langsung gue lepas dan gue taruh di laci lemari gue. Style rambut yang selalu rapi, akhirnya gue berantakan dengan kedua tangan gue.
Tanpa bercermin pun, gue sudah yakin bahwa penampilan gue pasti sangat sempurna.
dan ada satu lagi, yang tidak pernah gue lupa. Galung yang menandakan, kalau gue seorang pemimpin Mafia dan juga keturunan dari keluarga Anggara yang telah tiada.
Ada satu hari, saat gue lupa dimana gue meletakkan kalung itu. Gue kira klung di hilang dan di curi, gue sampai menyuruh seluruh bawahan gue untuk mencari kalung itu. Sebagai ancaman, jika mereka tidak menemukannya. Mereka harus merelakan orang tersayang mereka untuk mati.
Tapi, pada akhirya. Kalung itu ada di bawa bantal gue. Saat tau itu, gue sampai gak bisa nahan ketawa di depan bawahan gue.
Walaupun gue tertawa, tidak satupun dari mereka yang berani ikut tertawa, dan hanya diam sambil menundukkan kepala mereka.
Setelah selesai bersiap, gue pun mulai melangkah ke pintu rahasia yang ada di pojok ruangan gue. Pintu itu, tidak terlihat seperti pintu biasanya. Itu malah lebih layak di sebut, dinding biasa.
Tapi saat di dorong, pintu itu langsung terbuka layaknya pintu biasa. Tidak heran, kalau gak ada yang tau kalau itu pintu rahasia.
Gue pun langsung melangkah keluar kamar gue melewati pintu itu, dan sesuai perintah gue. Sudah ada Jordan yang menunggu gue di balik pintu itu.
Gue pun langsung menutup pintu itu kembali, dan menyorodkan tangan gue ke Jordan.
Jordan yang mengetahui kode gue itu, Ia langsung memberikan gue sentan api yang memang di buat khusus untuk pemimpin mafia.
Setelah menerima senjata itu, gue pun langsung berjalan lebih dulu menuju mobil yang terparkir tepat di depan gang kecil itu.
Sudah ada supir yang telah membukakan pintu untuk gue, gue pun langsung masuk ke dalam mobil, dan duduk di kursi belakang.
Sedangkan Jordan, duduk di kursi depan tepat di samping sang supir.
"Kita akan kemana lebih dulu, Tuan?" tanya Jordan.
"Kerumah duka." jawab gue santai sambil memainkan pistol gue.
"Baik, Tuan." jawab Jordan.
"Kerumah Duka yang pertama." ucap Jordan kepada sang supir.
"Baik." jawab pria itu dan langsung menginjak gas dan pergi.
"Jordan." panggil gue.
"Ada apa, Tuan?" tanyanya.
"Apa kamu sudah membawa ceknya?"
"Sudah, Tuan. Apa anda ingin menandatanganinya langsung?"
"Ya, berikan kepada ku."
"Ini, Tuan." jawab Jordan sambil memberikan cek itu ke gue.
Saat gue melihat berapa jumlah yang tertulis di dalam cek itu, gue benar-benar terkejut sekaligus marah.
"Apa kamu sedangk menghina ku, Jordan?" sahut Gue sambil menyodorkan pintol ke kepala Jordan.
"Ma-maksud Tuan, apa?" jawabnya.
"Kenapa kamu hanya menulis 500 juta saja? apa kamu benar-benar ingin mati?"
"Ti-tidak, Tuan. Itu memang jumlah yang anda sudah tetapkan sendiri."
"Itu jumlah untuk bawahan yang biasa, sedangkan ini? Bukannya kamu tau mereka siapa? Apa aku perlu memberitahu mu sekali lagi?"
"Ti-tidak, Tuan. Mereka adalah bawahan pribadi, Tuan. Mo-mohon maafkan saya."
"Memuakkan." gumam gue.
Gue langsung melempar cek itu kembali ke Jordan, sambil berkata. "Ganti jumlahnya, sekarang!!"
"Ba-baik, Tuan." jawabannya.
"1 miliyar, itu jumlah yang akan di berikan kepada masing-masing keluarga." sahut Gue.
"Sa-satu miliyar? Bukanya itu terlalu banyak, Tuan? Anda saja tidak pernah menggunakan uang sebanyak itu."
"Apa kamu sedang menceramahi ku, Jordan? Kamu ingin mengganti profesi mu sekarang?"
"Ti-tidak, Tuan. Saya akan menulisnya sekarang." jawabnya dan langsung menulis cek itu.
*Memang apa gunanya uang 1 miliyar? sekali bunuh orang aja, bisa dapat 50 miliyar.* batin gue.
*Tapi benar kata Jordan, gue sama sekali gak pernah pakai uang sebanyak itu. Gue sangat jarang pakai uang yang gue hasilin sendiri.* batin gue.
"Ini, Tuan." ucap Jordan sambil memberikan gue cek itu kembali.
Setelah menerima cek itu, gue pun langsung menandatangi cek itu. Lalu memberikannya kembali ke Jordan.
"Oh ya, apa orang yang telah membunuh mereka sudah kalian bereskan?" sambung Gue.
"Sudah, Tuan. Tapi kami tidak langsung membunuhnya, karna kami tau, anda sendiri lah yang akan membunuhnya."
"Wah...kalian benar-benar bisa membaca pikiran ku." puji gue.
"Lalu, apa anjing-anjing kesayangan ku sudah di beri makan?" tanya Gue sambil menyeringai.
"Sudah, Tuan. Tapi seperti yang anda tau, mereka tidak pernah puas jika kami yang memberinya makan. Kecuali anda langsung yang turun tangan untuk itu." jelasnya.
"Wah...mereka memang sangat setia dengan ku. Akan ku balas kesetiaan mereka, dengan daging dan tulang yang sangat segar malam ini." ucap Gue dengan tersenyum puas, sambil memainkan senjata gue.
"Apa anda akan memberikannya manusia?" sahut Jordan.
"Tentu saja... aku sangat menyayangi mereka, maka dari itu aku memberikannya yang lebih spesial dari pada sapi ataupun ayam." jawab Gue.
"Membayangkannya saja, sudah membuat gue sangat senang." gumam gue.
Tapi tiba-tiba saja, supir gue menginjak rem, dan membuat gue hampir terjatuh kedepan.
"Sial!! apa-apaan ini? kamu ingin mati?!!" geram gue.
"Ma-maaf, Tuan. Tapi ada gadis yang tiba-tiba menyerang dan sepertinya saya mengenainya." jawab sang supir.
"Gadis? apa kamu bercanda?!!"
"Dia tidak bercanda, Tuan. Itu benar-benar seorang gadis." sambung Jordan.
"Tunggu apa lagi? cepat keluar." perintah gue, dan gue pun keluar dari mobil, lalu menghampiri gadis itu.
Jordan dan supir itu, sudah mulai mengecek keadaan gadis itu. Gue yang hanya berdiri sambil berusaha melihat wajah gadis itu.
"Dia baik-baik aja, Tuan. Tapi, sepertinya dia pingsan." ucap Jordan.
"Apa kita perlu membawanya kerumah sakit?" tanya supir itu.
"Tidak usah, bawa dia ke markas saja. Aku tidak ingin berurusan dengan polisi, dan juga pihak rumah sakit." jawab Gue.
"Cepat, bawa dia masuk ke dalam mobil!!" perintah gue.
"Baik, Tuan." ucap kedua pria itu, dan langsung mengangkat gadis itu, lalu menggendongnya masuk ke dalam mobil.
"Siapa gadis itu? kenapa dia pakai seragam dari sekolah yang sama kayak gue?" gumam gue.
"Sudah lah." ucap gue dan langsung masuk kedalam mobil kembali.
Benar-benar membuat gue terkejut, saat melihat wajah gadis itu dengan sangat jelas, yang terbaring di kursi mobil gue.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
twins 27
lebih bagus lagi kalau pake bahasa bakunya pas jadi mafia aja. sama temen dan keluarga pake 'gua-lu' juga ngak apa apa biar tekesan lebih akrab
2021-08-07
3
Kolor Fir'aun
Sedikit komen ni Author 😉. Tolong, jangan di banyakin bahasa gue, gue nya. karena menurut saya tidak terlalu enak untuk dibaca. lebih baik menggunakan bahasa yang baku. contoh mengganti kata 'gue' dengan nama si tokoh. "Lu mau gue bunuh, Jordan?" tanya gue. mungkin bisa diganti menjadi "Lu mau gue bunuh, Jordan?" tanyaku, atau tanya Reyhan~
maaf jika tidak mengenakan hati. hanya sebuah komen dari author pemula😉😄.
2021-02-08
15