Cinta dan Benci

Tatapan tajam mengarah pada orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan Fandra. Kinan, dia baru saja datang, padahal Fandra sudah menunggunya sejak tadi.

"Darimana saja kau Kinan? kau tau kakak sudah menunggumu sejak tadi, apa kau lupa hari ini kita ada meeting penting." ucap Fandra dengan nada kesal, pasalnya Kinan baru tiba setelah jam menunjukan pukul 9 pagi.

"Maaf kak, sepertinya aku tidak bisa ikut kakak meeting hari ini, aku tidak sengaja menabrak kak Devan dan tanganku sekarang terkilir." ucap Kinan menatap pergelangan tangan yang masih terlihat merah karna pijatan Devan tadi.

Fandra yang mendengar adiknya terluka langsung beranjak dari duduknya. Ia menghampiri Kinan dengan begitu khawatir.

"Kau terluka, apa masih sakit, Devan benar-benar keterlaluan." ucap Fandra cepat sambil memeriksa pergelangan tangan Kinan

"Hanya sedikit sakit kak, ini tidak apa-apa. Lagi pula ini bukan kesalahan kak Devan, aku yang terlalu terburu-buru sampai tidak bisa melihatnya dan menabraknya dengan tidak sengaja." ucap Kinan meyakinkan kakaknya agar tidak marah pada Devan

"Baiklah, kau pulang saja. Biar kakak yang meng'handle semuanya. Kakak akan menyuruh supir untuk mengantarmu pulang." ucap Fandra yang langsung di angguki Kinan.

Kinan pulang ke kediaman Sanjaya dengan supir pribadi Fandra. Di perjalanan pulang Kinan hanya diam, ia masih memikirkan sikap Devan yang begitu membuat Kinan tidak bisa berhenti memikirkannya.

"Non, kita sudah sampai." ucap supir Fandra tanpa melihat Kinan. tapi beberapa menit kemudian Kinan masih belum juga turun.

"Non, kita sudah sampai." ucap supir Fandra lebih keras hingga membuat Kinan sedikit tersentak kaget.

"Maaf, saya mengagetkan non Kinan, tapi kita sudah sampai non." ucap Supir itu lagi

"Ahhhh, tidak apa-apa pak, trimakasih sudah mengantar saya." Kinan turun dari dalam mobil kakaknya lalu masuk ke dalam rumah.

Kinan yang terlihat lesu tidak memperhatikan sekelilingnya sama sekali. Sampai suara yang begitu ia kenal membuatnya berhenti melangkah.

"Sayang, ada apa? kenapa wajahmu terlihat pucat?" tanya Anel saat melihat putrinya begitu lesu

"Mama, kapan mama sampai?" tanya Kinan yang kaget karna ada mamanya di rumah.

"Baru saja Mama, Nessa dan papa sampai sayang, Mama kangen kalian, makanya Mama sama Papa pulang." jawab Anel cepat." Kamu kenapa jam segini udah di rumah, kamu sakit sayang?" tanya Anel lagi, ia sedikit khawatir melihat wajah pucat putrinya itu.

"Gak ma, Kinan hanya capek aja. Tadi di kantor Kinan gak sengaja nabrak kak Devan, jadi dech tangan Kinan terkilir karna jatoh." jelas Kinan yang membuat dahi Anel berkerut

"Devan di Indonesia? kapan dia pulang?" tanya Anel cepat

"Iya ma, kak Devan pulang pas perayaan ulang tahun Aunty Amel." jelas Kinan

"Ohhh, Mama kira dia sudah tidak ingat pulang." ucap Anel terkekeh."Oh ya, tadi kamu bilang tangan kamu terkilir, mana yang sakit sayang? Mama akan panggil tukang pijit untuk kamu." ucap Anel sedikit panik saat mengingat ucapan putrinya

"Tidak apa-apa ma, Kinan baik-baik saja. Tadi udah di urut kok sama kak Devan." jelas Kinan yang membuat Anel sedikit lega.

"Yaudah, kamu sekarang istirahat yah. Mama mau nyiapin makan siang sama bibi di dapur." ucap Anel yang langsung di angguki Kinan. Ia berjalan ke atas meninggalkan Anel yang masih setia dengan majalah di tangannya.

***

Sementara di tempat lain Devan tengah sibuk dengan tugas yang di berikan oleh papanya. Ia fikir setelah pulang ia bisa sedikit beristirahat, taunya papanya malah mengalihkan pekerjaannya pada Devan. Dan disinilah ia saat ini, memimpin rapat tahunan yang di adakan oleh perusahaan setiap tahunnya.

Hampir dua jam Devan berada di ruang rapat, dan saat rapat itu berakhir, Devan bisa bernafas dengan lega. Ia meminta ijin pada asisten papanya untuk pulang terlebih dulu, karna badannya saat ini terasa sangat remuk. Devan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, karna jalanan cukup padat jika menghampiri jam makan siang.

Sekitar setengah jam perjalan, akhirnya mobil Devan tiba di rumah kediaman orang tuanya. Devan yang sangat lelah langsung masuk ke dalam rumah itu tanpa melihat kw sekelilingnya.

"Devan." panggil Amel saat melihat putranya berjalan dengan lesu

Devan melihat ke arah mamnya yang tengah duduk di sofa ruang tamu dengan menatapnya tajam."Iya mah, ada apa?" tanya Devan tanpa ingin mendekati mamanya. Di fikirannya saat ini adalah kamar, ia ingin segera merebahkan tubuhnya yang lelah.

"Kemarilah, mama ingin bicara denganmu." ucap Amel sambil menampakan senyumnya yang manis.

Devan berjalan dengan lemas ke arah Amel. Sungguh hari ini adalah hari yang sial untuknya. Pertama ia bertemu dengan Kinan dan tidak sengaja membuatnya terluka, hal itu bahkan menggangu fikirannya sampai saat ini. Ia begitu khawatir akan keadaan gadis itu. Kedua, ia harus memimpin rapat menggantikan ayahnya. Dan sekarang Devan harus mengurungkan niatnya untuk beristirahat karna di hadang oleh mamanya.

Devan duduk di sofa tepat di depan Amel. Devan melihat raut wajah Amel berubah serius.

"Kapan kamu akan menikahi Fani Van?" pertanyaan Amel sontak membuat Devan terkejut. Ia tidak menyangka mama nya akan menanyakan hal itu secepat ini.

"Mah, Devan belum ingin memikirkan hal itu. Devan masih ingin mengelola bisnis kakek agar lebih berkembang lagi."

"Tapi Van, umur kamu itu sudah lebih dari cukup untuk menikah. Lagi pula apa lagi yang kamu tunggu Van, mama ini sudah tua, dan mama juga ingin segera menggendong cucu mama seperti Anel, sahabat mama." ucap Amel mengutarakan keinginannya

"Tapi Devan belum siap mah, Devan belum ingin menikah." Devan ingin beranjak dari tempat ia duduk, tapi pertanyaan mamanya membuat langkahnya terhenti.

"Jika mama menikahkanmu dengan Kinan, apa kau juga belum siap?" Devan menatap wajah mamanya yang semakin terlihat serius, tidak ada keraguan sedikitpun dalam pertanyaannya.

"Iya ma Devan juga tidak siap dan Devan juga akan menolak. Karna Devan sudah memiliki Fani." setelah mengatakan itu Devan langsung naik ke atas. Fikiran nya kali ini begitu kacau, bagaimana bisa mamanya menyuruhnya menikah dengan wanita yang bahkan menolaknya mentah-mentah.

Devan merebahkan tubuhnya dengan kasar ke tempat tidur. Sesekali ia menghela nafasnya dengan berat. Ucapan mamanya sungguh masih terngiang di kepalanya. Kenapa tidak sejak dulu saja mereka di nikahkah, mungkin Kinan tidak akan menolaknya seperti dulu. Meskipun Kinan belum mencintainya, tapi setidaknya Devan masih bisa membuatnya jatuh cinta saat mereka sudah menikah.

Tapi saat ini Devan sudah terlanjut membenci gadis itu, walau tidak sepenuhnya. Tapi di dalam hati Devan kebencian itu ada, walaupun rasa cintanya masih sama besar. Devan tidak sadar jika cinta dan benci itu sungguh berbeda tipis.

[Bersambung]

🍃Jangan lupa selalu ringan tangan untuk sekedar meninggalkan jejak kalian sehabis membaca ya. Cuma sekedar Like, comment dan vote aja kok, dan itu gratis.

☺Trimakasih🙏

Terpopuler

Comments

Rosdelita Siregar

Rosdelita Siregar

semangat thor

walaupun kisah ini membuat hatiku rasa teriris
dibanding cp1 dan cp2

2021-06-11

0

EztheR

EztheR

mnyesl nnti devan

2020-12-18

0

Sanders

Sanders

suka, lanjuut

2020-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!