Tidak ada lagi kesempatan

"Holeee, aunty cantik datang." teriak Darren senang. dia memang begitu senang jika kedua auntynya datang kekediamannya.

"Halo cantik." ucap Darren pada dua Auntynya. Ia memang selalu menyala bibinya seperti itu, karna itu adalah ajaran dari Fandra. Seringkali Rania kesal akan suaminya karna selalu mengajari Darren dan Daffa yang tidak-tidak. Tapi Rania bersyukur saat hanya Darren yang mengikuti ucapan Fandra, dan tidak untuk Daffa.

"Halo keponakan aunty yang tampan, kau sudah sehat ya?" tanya Kinan berjongkok di depan Darren, ia mengalihkan rasa canggungnya pada Darren.

Darren mengangguk cepat sambil tersenyum lebar menampakan deretan gigi susunya yang rapi." Hmmm, tentu saja aunty, tapi sekalang Daffa yang sakit. Dia lemah, tidak sepelti aku yang sangat kuat ini." ucap Darren dengan nada sombong.

"Iya-iua kau memang kuat sayang. Tapi Daffa juga sama kuatnya kok, dia hanya lebih lembut darimu yang keras kepala." Kinan mencubit gemas hidung Darren,keponakannya itu memang sangat pintar.

Darren mengerucutkan bibir mungilnya, tangannya bersilang ke dada pertanda jika dia tidak trima akan ucapan Kinan yang mangatainya keras kepala.

"Kau memang keras kepala Darren, dan sama persis seperti bibimu ini." sela Alin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Kinan.

"Hmmm Itu benar, jagoan paman memang sama persis seperti aunty Kinan, jadi kau tidak usah marah. Karna ada orang yang sama keras kepalanya denganmu." Timpal Dika, sambil mengacak gemas rambut Darren.

Kinan semakin kesal di buatnya, pasalnya ucapannya kini menjadi bumerang baginya. Kinan memutar matanya malas, dan tanpa sengaja pandangan matanya dan mata Devan kembali bertemu. Kinan merasa tubuhnya kaku, ia merasa debar jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Kinan yang gugup mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kalian memang menyebalkan." seru Kinan pada Alin dan Dika, ia sengaja mengatakan hal itu untuk mengurangi kegugupannya.

"Ouhhh sory." Alin terkekeh mendapat tatapan tajam dari Kinan. Ia sangat tau jika Kinan tidak suka di sebut keras kepala, padahal itu memang kenyataannya.

Sementara itu pandangan mata Devan tidak berhenti mengawasi Kinan yang terlihat begitu gugup. Devan yang biasanya ikut mengerjai Kinan kini hanya bisa memandangnya dari jauh. Di dalam hatinya ingin sekali ia berlari dan langsung memeluk Kinan yang begitu ia rindukan.Tapi ke'egoisannya mengalahkan rasa rindunya, ia ingin menghukum gadis yang sudah membuatnya tidak bisa mengalihkan hatinya untuk wanita lain. Merasakan apa yang Devan rasakan tiga tahun ini.

Tepukan di bahu Devan mengalihkan pandangannya. Ia melihat Fandra berdiri di belakangnya dengan senyum tipis penuh arti.

"Kau masih ingin membalas sakit hatimu pada adikku Dev? Tidakkah kau melihat ia sudah menyesali perbuatannya. Apa itu belum cukup bagimu?" tanya Fandra cepat. Fandra memang tau apa yang sebenarnya terjadi, ia tidak ingin ikut campur urusan pribadi mereka, karna Fandra tau jika Devan tidak akan pernah kelewatan menghukum adiknya.

""Maaf kak, aku masih belum bisa melupakan kejadian itu. Jika kakak tidak terima, kakak bisa menghajarku sampai puas, aku tidak akan keberatan." ucap Devan cepat

Fandra terkekeh mendengar ucapan Devan."Aku percaya padamu, jika kau tidak akan kelewatan. Tapi jika kau membuat adikku sakit hati melebihi batasan yang aku berikan, maka kau akan tau akibatnya. Dan aku pastikan kau tidak akan pernah melihat Kinan lagi." acam Fandra. Kali ini Fandra sedikit tegas, itu pertanda jika ia tidak main-main akan ucapannya.

"Aku tidak akan melewati batasanku kak. Karna seperti yang aku katakan, jika aku melampaui batasanku maka kau boleh mengajarku sampai mati." tegas Devan tanpa ada rasa ragu dalam ucapannya.

"Baiklah, hanya sampai batas waktu yang sudah di tentukan." ucap Fandra lalu melangkah pergi ke ke dalam rumahnya.

Sementara itu, Kinan, Alin dan Fani sudah mulai terlihat akrab. Mereka terlihat berbincang ringan, tapi Kinan masih terlihat canggung. Ia masih belum bisa menata hatinya untuk menerima kenyataan jika Fani saat ini adalah kekasih Devan.

****

Pukul 5 sore Devan, Fani dan Rangga memutuskan untuk pulang, karna Rangga memiliki pekerjaan yang harus di selesaikan.

"Kami pulang dulu ya, kapan-kapan kita berbincang lagi. Dan juga ajak Nessa, aku ingin mengenalnya juga." ucap Fani pada Kinan dan Alin.

"Tentu saja, kita akan menjadi teman yang baik pastinya." ucap Alin penuh semangat

"Hati-hati di jalan." hanya itu yang bisa Kinan ucapkan.

Setelah tiga orang itu pergi,mereka semua masuk ke dalam. Dika menggendong Darren sedangkan Daffa berada di gendongan Kinan. Mereka berdua mengajak dua jagoan Sanjaya itu ke kamarnya intuk di mandikan.

Setiap sore Dika dan Kinan lah yang memandikan si kembar, itu kebiasaan yang mereka lakukan sejak dua bocah itu menginjak umur dua tahun. Dika saat ini mengelola bisnis yang Fandra juga kelola. Karna peusahaan yang ad di Paris sudah mereka alihkan,Sedangkan Nathan dan Anel sedang berada di Singapura, mereka membawa Nessa untuk melakukan terapi sambil menunggu donor mata untuk Nessa. Tapi sesekali mereka juga akan pulang jika mereka merindukan si kembar.

*****

Pagi ini Kinan bersiap untuk pergi ke kantor, ia harus kembali bekerja karna itu adalah kewajibannya sebagai pegawai. Kinan bekerja di perusahaan Sanjaya yang di pimpin oleh kakaknya sendiri. Disana Kinan menggantikan Nessa sebagai sekertaris Fandra, bukan tanpa alsan Kinan menjadi sekertaris. Itu semua permintaan Fandra untuk mengajari Kinan bagaimana cara bertanggung jawab pada perusahaan, karna Fandra berancana memberikan salah satu perusahaan cabang yang ada di surabaya untuk ia kelola oleh Kinan.

Kinan berjalan dengan tergesa menuju loby kantor, saking tergesannya Rania sampai menabrak seseorang tanpa sengaja. Tubuh Kinan terpental ke lantai.

Brukkk

Semua berkas yang Kinan bawa berhamburan di lantai, Kinan yang terpental ke lantai merasakan sakit pada pergelangan tangannya karna menopang tubuhnya yang terjatuh.

"Ahhhh." Kinan meringis merasakan pergelangan tangannya yang sakit.

"Kau tidak apa-apa." Suara yang begitu Kinan kenal membuat Kinan rerpaku. Tubuhnya menegang saat mendengar suara itu.

Kinan mendongakan kepalanya. Kali ini wajah mereka sangat dekat, degup jantung Kinan kembali berpacu dengan cepat.

"Kak_Devan." ucap Kinan lirih

Ya, orang yang baru saja Kinan tabrak adalah Devan. Devan menatap Kinan dengan rasa khawatir. ia tidak pernah bisa melihat gadis itu terluka .

"Ki, kau tidak apa-apa?" Devan kembali bertanya, karna Kinan masih menatapnya dalam diam. Ini pertama kalinya Devan kembali menyebut nama Kinan setelah kepulangannya.

"Iy_a kak, aku tidak apa-apa." jawab Kinan dan mencoba bangkit. Tapi Kinan kembali merasa sakit di pergelangannya

"Akhhh." jerit Kinan tertahan.

Devan yang khawatir langsung memegang tangan Kinan."Kau tidak baik-baik saja Kinan." Devan membantu Kinan bangun."Aku akan mengobatimu." ucap Devan kembali dingin.

"Tapi Berkas nya."

"Aku akan menyuruh OB untuk membereskan semuanya, jadi diamlah dan ikut saja." Devan membawa Kinan menuju mobilnya.

"Masuk." ucap Devan tegas.

"Ta_pi, kita mau kemana kak?" tanya Kinan ragu

"Aku sudah bilang akan mengobati tangamu, aku tidak akan membawamu kemanapun. Karna itu akan membuang waktu berlibur ku." ucapan Devan seakan menohok tepat di dadanya. Kinan hanya menunduk lalu masuk ke dalam mobil Devan mengikuti perintah pria itu.

Setelah Kinan masuk, Devan pun ikut masuk ke dalam mobilnya. Ia mengambil minyak urut yang ada di mobilnya. Devan mengoleskan minyak itu lalu mengurut bagian tangan Kinan yang sakit. Sesekali Kinan menjerit tertahan saat Devan mengurut bagian tangannya yang sakit . Selang beberapa menit, Kinan merasakan tangannya sudah lebih baik.

"Trimakasih kak, maaf sudah merepotkanmu." ucap Kinan mencoba berani menatap wajah Devan.

"Turunlah, aku harus segera pergi, Fani sudah menungguku." ucapan Devan membuat Kinan sadar jika sikap baik Devan hanya karna kepedulian sesama manusia.

"Kak, boleh kita bicara sebentar?"

"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, cepatlah turun. Aku tidak ingin sampai kekasihku menunggu." Devan sengaja menekankan kata kekasih, karna dia tidak ingin Kinan sampai berharap lagi padanya.

"Hahhh." Kinan menghela nafasnya, Dia benar-benar tidak bisa bicara apapun lagi.

Kinan turun tanpa mengatakan apapun lagi. Dia tau jika sudah tidak ada kesempatan untuknya. Bahkan untuk menjelaskannya.

[Bersambung]

🍃Jangan lupa like, vote dan komentar kalian ya sayang.Karna itu akan membuat Author semakin semangat dalam menulis🙏

Terpopuler

Comments

Rosdelita Siregar

Rosdelita Siregar

aduhhh
sakit ku rasakan juga

2021-06-11

0

EztheR

EztheR

hhh sbar sj kinan.kmu thu gk slh

2020-12-17

0

En'trisna

En'trisna

nextttt

2020-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!