Ternyata orang yang menculikku adalah Darrel Kaveleri. Ya aku mengenalnya, dia adalah teman sekelas ku dulu sebelum aku pindah sekolah.
Kelas 1 SMA tepat sebelum kejadian memalukan itu, aku memang satu kelas dengan Darrel. Dia anak yang pendiam, juga tidak banyak bicara. Tapi aku sekarang benar-benar sadar, kadang orang yang pendiam adalah orang yang berbahaya.
"Darrel! Kau yang menculikku!" teriakku sambil sedikit meronta.
Dia hanya menatapku dengan tenang, bahkan menatapku biasa saja. MENYERAMKAN!.
"Aku tidak menculikmu, aku hanya membawamu kemari," kata Darrel dengan wajah tidak pedulinya, bahkan saat aku berusaha meronta-ronta.
"Tanpa persetujuan ku! Itu sama saja penculikan Darrel, sekarang lepaskan aku!" teriakku keras sambil terus meronta-ronta.
"Ti... Tidak mau, nanti jika aku melepaskanmu kau akan lari," ucapnya sedikit terbata.
'Memang itu yang akan aku lakukan' kataku batin, sambil menatap malas Darrel.
Tak lama kemudian Darrel mulai membalikan tubuhku, bukan dengan tangannya tapi dengan kakinya. Aku di gelindingkan layaknya sebuah bola. Seketika tubuhku terbalik, dan sekarang mengarah ke pintu.
Tepat di depanku, aku melihat nasi dengan lauknya. Entah apa yang di pikirkan Darrel sekarang, justru dia mendekatkan nasi itu kepadaku.
"Kau terlihat sangat kurus, bahkan susah untuk berdiri... Makanlah," ucap Darrel sambil mendekatkan nasi tersebut padaku.
"Darrel tanganku terikat, bagaimana aku bisa makan!" kataku.
Aku berharap Darrel melepaskan ikatan pada tubuhku. Setidaknya aku lebih leluasa bergerak, dan memikirkan caranya untuk kabur dari tempat ini.
"Kau hanya perlu makan dengan mulut bukan tangan," kata Darrel sambil menyodorkan kepalaku pada nasi tersebut.
Sial! Dia tidak berniat melepaskan ikatannya. Dan lebih parah lagi sekarang, justru aku harus makan dengan mulutku langsung, tanpa dari tangan.
"Cepat makan Dea! Kau tak ingin menyia-nyiakan nasinya" ucap Darrel kembali sambil benar-benar membenamkan mukaku dalam nasi.
Dengan perlahan aku mulai menurut, dan memakan nasinya. Aku sedikit kesusahan, dan kadang tersedak apalagi dengan tatapan Darrel padaku.
"Kau sudah selesai, aku tinggal sebentar kamu baik-baik saja disini, dan anggap seperti rumah sendiri," kata Darrel kemudian pergi.
Dengan bersusah payah, akhirnya aku dapat duduk dengan tangan yang masih terikat di belakang. Aku merasa sangat kesakitan, ikatan ini benar-benar sangat kuat.
Sesekali aku mencoba melepaskan nya, tapi justru itu membuat rasa sakit semakin terasa. Aku heran dengan tali yang di gunakan Darrel untuk mengikatku. Ini seperti bukan tali, ini berwarna hitam, dan bahkan lebih terlihat seperti sabuk.
Tak lama kemudian, terdengar kembali suara langkah kaki. Aku tau jika itu adalah Darrel yang datang, jadi aku harus memikirkan bagaimana caranya untuk kabur dari sini. Ini benar-benar seperti penjara tanpa ventilasi, ataupun jendela.
"Kau butuh sesuatu," tanya Darrel saat dia sudah kembali.
Aku diam sejenak, memikirkan caranya keluar dari sini. Hingga Darrel membuatku terkejut, dengan memegang pundakku dari belakang.
"Aku tanya apakah kau butuh sesuatu," ucap Darrel kembali.
Wajahnya pucat, menatap ke arahku. Matanya tajam, sungguh itu adalah hal yang menakutkan.
"Jika tidak aku ingin menunjukkan sesuatu," kata Darrel sambil membawaku ke arah salah satu sisi ruangan.
Disana aku baru sadar jika terdapat gerbang biasa, layaknya di bagasi mobil. Dengan perlahan Darrel membuka gerbangnya, kemudian aku juga melihat Seorang wanita dengan posisi terikat sama sepertiku. Yang membedakan hanya, dia hampir telanjang dengan bra dan dalaman bagian bawah saja. Juga dia di ikat di sebuah kursi dengan posisi terduduk, dengan mulutnya ditutup.
"ELLIS! KAU DI SINI JUGA!" teriakku kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Nacita
kenapa d gelindingin sih 😂
2022-06-24
1
Chiisa♑
Hmmm
2021-01-31
3
AUXkeren
Lah, aku kira mau diapain, ternyata cuma digelindingin toh, otak w masih traveling :v
2020-12-17
6