Kejadian 1

" Prraangg " suara gelas jatuh.

" Astagafirullah, kok gelasnya jatuh? Apa tanganku bermasalah, nggak bisa megang ya?" gumam Ana yang memijit-mijit tanganya.

" Ada apa de? Kok gelasnya jatuh?" tanya suster yang menjaga Ana.

" Nggak kok tante sus, tanganku aja yang kepeleset nggak bisa megang gelas" ucap Ana dengan memperlihatkan tangannya yang kecil mungil.

" Tangannya baik-baik aja kok, tante sus mau bersihin dulu ya pecahan gelasnya. Ana nggak boleh turun nanti kakinya kena pecahan dan terluka" ucap suster sambil menggenggam tangan mungil Ana.

" Iya tante sus, Ana tunggu di sini tapi jangan lama-lama, Ana takut sendirian." ucap Ana.

Suster itu pun pergi mengambil alat untuk membersihkan pecahan gelas yang berada di lantai.

" Mama kok lama ya? Kenapa hati Ana kayak tak enak ya?" gumam Ana yang merasa hatinya tak enak.

......................

Kriingg..krriiingg..kriingg

" Hallo, Asalamu Alaikum" ucap seorang pria yang mengangkat dering handponenya.

" Iya benar, apaaa?" ucap pria itu lagi yang kaget.

" Baik, saya segera ke sana melihatnya" ucapnya menutup telfonnya.

" Ada apa pa?" tanya istrinya yang duduk di samping dan kedua anaknya yang tengah menatapnya terlihat bingung.

" Ma! Papa mau pergi dulu, papa nggak bisa mengantar anak-anak ma. Papa punya urusan yang sangat mendadak" ucap pria itu kepada istrinya.

" Anak-anak papa boleh Mang Ujang dulu yang antar kalian hari ini kesekolah" ucap pria itu kepada kedua anaknya.

"Iya pa" jawab mereka bersamaan.

Setelah kepergian kedua anaknya, pria itu pun berpamitan kepada istrinya.

......................

Pria yang berparawakan tinggi yang bernama Rahdian Pramudita sangat tergesa-gesa melangkah ke ruangan yang sudah di katakan suster padanya.

" Clara" panggil Dian yang baru memasuki ruangan UGD yang terdapat sosok yang fi kenalnya.

" Apa yang terjadi padamu Cla" ucap Dian yang sudah menitikkan air matanya melihat kondisi Clara yang sangat memprihatinkan.

" Mass tolong jaga dan sayangi Ana" ucap Clara kata-katanya setengah melemah.

" Apa yang kamu katakan Clara?" ucap Dian yang masih belum mengerti.

" Waktuku nggak lama lagi, tolong sayangi Ana mas. Berikan ini pada Ana di saat umurnya 23 tahun." ucap Clara memberikan sebuah kalung emas.

" Ini tabunganku mas untuk Ana sekolah nanti mas."ucapnya kembali mengatur nafasnya yang semakin melemah.

" Aku akan menjaganya" ucap Dian yang sesegukan.

" Terima kasih mas sudah sering menolongku, janji ya mas jaga Ana dengan bai_k" ucap Clara yang tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya.

" Cla!! Clara!!" panggil Dian sambil menggoyangkan tubuh Clara. Namun jawaban dari mulut Clara tak ada jawaban.

" Suster !! Dokteer!! " teriak Dian memanggil suster dan dokter. Suster dan dokter berlari ke arah Clara yang sudah tak bernyawa.

" Maaf Pak, istri anda sudah meninggal kami tak bisa menyelamatkan nyawanya. Luka yang di alami istri anda cukup parah, itu yang membuatnya tak bisa di selamatkan" ucap dokter yang mengira Clara adalah istri Dian.

Dian yang mendengar ucapan dokter langsung melorot kebawah.

" Apa yang harus aku katakan pada mawarku Cla."ucap Dian.

" Hiks hiks hiks Clara." tangis Dian yang begitu sedih kehilangan orang yang begitu di sayanginya.

" Bapak bisa keluar sebentar? kami akan membersihkan jenazahnya." ucap salah satu suster.

Dian beranjak berdiri namun langkahnya berhenti berbalik ke suster itu lagi.

" Sus! Anaknya bu Clara di rawat di mana ya?" tanya Dian.

" Di ruangan Dahlia E pak, nanti bapak bertanya saja salah satu suster yang berada di situ." ucap suster.

" Baik, terima kasih." ucap Dian kembali berbalik dan melangkah menyusuri area rumah sakit untuk menemui Ana.

......................

" Kenapa mama lama sekali ya? kan jarak rumah ke rumah sakit nggak jauh-jauh amat. Paling sampai di sini hanya 2 jam saja ini sudah 3 jam. Tante sus lihat mama nggak?" tanya Ana kepada suster yang menjaganya.

" Anak manis, mamanya belum pulang sayang. Sabar ya? pasti mama sedikit lagi sampai." ucap suster sambil membelai rambut Ana.

" Tante sus, stok kesabaran Ana udah habis. Ana mau *****, nggak mau lama" ucap Ana kepada suster dengan colethnya anak kecil.

Suster bingung sendiri, kok udah 5 tahun lagi *****?, pikirnya.

"Klleekk" bunyi pintu terbuka.

Dian memasuki kamar inap Ana dan di lihat Ana tengah tersenyum menatap ke arahnya. Dian melangkah menghampiri Ana dan meraih tubuh Ana kedalam pelukannya. Ana yang bingung dengan ulah pamannya hanya menepuk punggung belakang Dian.

Ana menganggap Dian sebagai pamannya, Dian selalu datang di waktu senggang untuk bermain dengannya.

" Paman kenapa, kok nangis? Paman sudah besar nggak boleh nangis." ucap Ana sambil menghapus sisa air mata Dian.

" Sayang kamu harus kuat ya? demi mama." ucap Dian tanpa menjawab ucapan Ana. Dian kembali sesegukan takut Ana mengalami frutasi atas kehilangan ibunya.

" Hahaha paman nangis gara-gara aku nggak kuat? ish paman, aku udah kuat kalau minum ***** tapi mama belum pulang." jawab Ana masih tertawa kecil.

" Bukan sayang, aduh ini anak masih saja bercanda." gumamnya sambil memikirkan cara menyampaikan Ana.

" Mama Ana sudah pergi." ucap Dian dengan pelan-pelan. Namun tawa Ana lebih keras lagi yang membuatnya bingung atas ucapannya.

" Aduh paman, mama memang lagi pergi di rumah tapi mama belum kembali dari tadi. Ana udah haus mau *****." ucap Ana yang belum tahu maksud pamannya.

" Mama Ana pergi menghadap sang Illahi" ucap Dian yang menatap Ana. Ana yang mendengar ucapan pamannya nampak kaget bagai tersambar petir.

" Paman nggak bohongin Ana kan?" tanya Ana yang sudah menitikkan air mata. Dian menggelengkan kepalanya tanda ia tak berbohong.

" Nggak, mama nggak boleh tinggalin Ana" ucap Ana dengan tangisannya. Dian yang melihat Ana yang bercanda beberapa menit lalu kini sedang hancur hatinya.

Ibu yang begitu disayangi dan memanjakan Ana telah pergi untuk selama-lamanya. Yang selalu membacakan dongeng di waktu malam telah tiba. Kini siapa yang akan merawat dan mendengar cerita jika di jahili anak-anak sebayanya? Begitu hancur dan sepi tanpa seorang ibu.

" Mama! kenapa ninggalin Ana sendirian? hiks hiks hiks" ucap Ana sedang menangis di atas gundukan tanah ibunya.

" Ana nggak sendirian, ada paman disini" ucap Dian merangkul Ana.

" Paman aku ingin ibu" ucap Ana dalam tangisannya.

" Ana sayang mama?" tanya Dian. Ana pun menganggukan kepalanya.

" Kata mama Ana nggak boleh cengeng, Ana kan pintar dan manis" ucap Dian.

" Aku nggak manis paman, nanti semut-semut datang mencicipiku bila manis" ucap Ana yang masih saja bercanda walaupun dalam kesedihan. Dian pun tertawa kecil dengan ucapan Ana, dia senang Ana kembali bisa ceria walaupun tak ada yang tahu hatinya begitu hancur.

" Ana mau ikut paman?" tanya Dian.

" Kemana paman?" tanya Ana.

" Tinggal sama paman" jawab Dian.

" Ana nggak mau paman" ucap Ana menundukkan kepalanya.

" Kenapa Ana nggak mau tinggal sama paman?" tanya Dian.

" Ana nggak mau mama sendirian paman" ucap Ana menitikkan air matanya kembali yang masih menunduk.

" Mama akan ikut sama Ana kok" ucap Dian. Ana menatap wajah pamannya yang masih bingung.

" Mama kan udah bobo di dalam, gimana mau ikut? Paman mau jadi pencuri mayat? Kasian mama paman nanti gentayangan." ucap Ana.

"Astaga ni anak" gumamnya.

" Bukan sayang, Mama Ana di dalam hati Ana yang selalu bersama Ana" ucap Dian.

" Benarkah?" tanya Ana yang tersenyum bahagia. Dian menganggukan kepalanya kepada Ana.

" Tapi Ana kan punya rumah, Ana mau tinggal di rumah saja." ucap Ana.

" Ana masih kecil, nggak ada orang yang jagain Ana bila ada orang jahat yang masuk kerumah Ana. Siapa yang mau menolong Ana?" ucap Dian. Ana nampak berpikir sejenak, kemudian menganggukan kepalanya tanda Ana mau ikut bersama pamannya.

" Kalau begitu mulai sekarang Ana panggil paman, paapaa" ucap Dian. Ana terdiam sejenak atas permintaan pamannya.

Ana dari dulu mencari tahu siapa ayahnya namun, Clara selalu memberi jawaban yang sama bila ayahnya pergi bekerja ditempat yang sangat jauh. Ana berpikir kalau pamannya itu adalah ayahnya tapi Ana takut bertanya kepada ibunya. Di setiap Ana bertanya pasti ada linangan air mata di kelopak mata ibunya. Dari situlah Ana tak ingin membuat ibunya menangis merindukan ayahnya. Tapi kenapa baru sekarang paman yang selalu datang bermain dengannya ingin di panggil sebagai papa? kenapa nggak dari dulu disaat Ana masih kecil? pikirnya.

" Ana" panggil Dian menunggu jawaban Ana. Ana tersadar dari lamunannya disaat mendengar seseorang memanggil namanya.

" Baik pam.. maaf papa " ucap Ana yang hampir salah memanggil.

" Anak pintar, sekarang kita berangkat mau ambil barang Ana, terus kita ke rumah paman." ucap Dian kepada Ana.

" Mama! Ana pamit ya? Mama di sana baik- baik aja. Jangan pikirkan Ana lagi, Ana udah dewasa. babay mama " ucap Ana sambil mencium batu nisan ibunya.

Mereka pun berangkat menuju kediaman Rahdian setelah mengambil barang-barang Ana. Ana juga sebelum pulang dari rumah sakit sudah di periksa oleh dokter dan kembali seminggu lagi untuk pemeriksaan selanjutnya.

" Asalamu Alaikum " ucap Dian memasuki ruangan keluarga yang terdapat istri dan kedua anaknya.

" Waalaikum salam" balas mereka bersamaan. Mereka bertiga pun mendekati Dian yang baru datang dan menyalami tangannya.

" Pintar anak-anak papa, anak-anak papa udah makan belum?" tanya Dian yang menatap kedua anaknya.

" Sudah papa" ucap kedua anaknya.

" Anak-anak papa mau punya teman?" tanya Dian tanpa basa-basi lagi. Janie bingung dengan ucapan suaminya.

" Mau pa" jawab kedua anaknya.

" Benarkah? Kalau begitu papa panggilkan teman baru kalian" ucap Dian kemudian berbalik ke arah pintu keluar. Ana yang berdiri di balik pintu sedang gugup karena baru kali ini dia datang di keluarga yang sudah di panggilnya papa sejam yang lalu.

" Ayo masuk sayang" ucap Dian yang berdiri menatapnya.

Ana melangkah pelan-pelan ke arah mereka yang tengah menatapnya.

" Kenalkan ini Ana, dia adik kalian juga" ucap Dian yang tersenyum ke arah keluarganya.

Janie yang berdiri kaget bagai tersambar petir hatinya hancur seketika. Suami yang di kenalnya begitu setia selama pernikahan mereka membuatnya hancur seketika. Ketika suaminya membawa anak dari perempuan lain. Kedua anaknya pun hanya saling bertatapan,bagaimana tidak seorang ayah yang menjadi panutan bagi mereka membuat mereka begitu kecewa.

" Papa mau bercanda ini bukan saatnya pa!" ucap istrinya yang masih belum percaya.

" Bram! Risa! ajak Ana bermain di taman. Papa mau bicara dengan mama dulu" ucap Dian kepada kedua anaknya.

Mereka berdua pun mengajak Ana bermain di taman dan meninggalkan kedua orang tuanya di ruang keluarga.

" Ma.."

" Jangan bilang papa berselingkuh dari mama" bentak istrinya yang langsung memotong ucapan suaminya.

" Aku tak akan sudi anak haram itu tinggal di sini pa" bentak janie kembali kearah suaminya. Dian yang tak terima atas tuduhan janie membuatnya reflek menampar istrinya.

Janie pun kaget dengan tamparan suaminya,Janie menoleh ke arah Dian yang mulai menitikkan air mata. Begitu tak percaya dengan sifat suaminya yang berubah.Selama menjalani pernikahannya dengan Dian tak pernah janie di perlakukan kasar seperti ini. Janie langsung berlari ke kamarnya meninggalkan Dian yang mematung menatap tangannya yang sudah begitu tega menampar istrinya.

Tanpa mereka ketahui sepasang mata menatap ke arah mereka yang bersembunyi di balik dinding pembatas.

" Gara-gara kehadiran si buruk rupa, kedua orang tuaku bertengkar. Kau akan mendapatkan pembalasanku atas kehancuran keluargaku" gumam seseorang menahan amarah dan timbul rasa benci dari dalam hatinya.

To

Continud.

...----------------...

***** \= Susu buatan ibunya.

Penasaran cerita selanjutnya?

Siapa yang akan membenci Ana?

Haii semua yang sudah mampir jangan lupa like dan votenya ya? Terima kasih juga yang sudah setia dengan ceritaku ini. Maaf ceritaku tak semenarik dari cerita kalian yang begitu indah tapi aku ingin jadi yang terbaik mengikuti jejak kalian.

Terpopuler

Comments

Afseen

Afseen

lagian main nuduh aja, harusnya nunggu pnjelasan dulu baru ngomong

2021-11-12

0

kang cilok

kang cilok

like.

2021-10-23

0

R⃟Yanty AFC

R⃟Yanty AFC

mampir kak semangat

2021-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Kejadian
3 Kejadian 1
4 Topeng Pemberian Papa
5 Pertemuan
6 Siapa Gadis Itu?
7 Keputusan
8 Salon
9 Gaun
10 Pertemuan kembali
11 Mata Indah
12 CALMEN
13 Perjodohan
14 Episode 14
15 Si Betina
16 Menemui Ana
17 17
18 18
19 19
20 Jodohkan Aku
21 21
22 22
23 Melamar
24 Terima Lamaran
25 Kabar
26 Apa Aku Pantas?
27 5 Menit Saja
28 Cantik
29 Ana Nggak Kuat Ma!
30 Rem Blong
31 Kau Sudah Memperkosaku
32 Aku Mencintaimu Sa!
33 Terlihat Buruk Rupa
34 Akhirnya Kau Mati
35 Ana
36 Om-Om berperut Buncit
37 Anna Meninggal
38 Maafin Kakak
39 Kamu Nabrak Orang?
40 Jijik
41 Anna Tunggu Kakak
42 Annaaaaaa
43 Ngidam
44 Aku Hamil
45 Apa Ke Indonesia?
46 Aku Ingin Gugurin Anak Ini
47 Cantika
48 Kenapa Ibu Tega Ingin Membunuh Anna?
49 Kantor Polisi
50 Tunggu Aku 2
51 Bayangan
52 52
53 Menyerahkan Diri
54 Anna!
55 Gadis Kecil
56 Apa? Risa Hamil?
57 Mendapatkan Ide
58 Jadi Dia Bukan Anna?
59 Gladis masuk Ruang UGD
60 Jadi Gladis Adalah Anna?
61 61
62 62
63 63
64 Kau Adalah Anna Tunanganku
65 Liora
66 Aku Ingin Belajar Mencintaimu
67 Gadis Bar-Bar
68 68
69 69
70 70
71 Ingatan Anna Kembali
72 72
73 Penderitaan Clara
74 Penderitaan Clara 2
75 Penderitaan Clara 3
76 Perjodohan PC 1
77 Bertemu Dian
78 Surat Dari Clara
79 Jangan Amnesia Lagi Ya!
80 80
81 81
82 Aku Sayang Sama Mama
83 83
84 Maafkan Papa
85 Bodygart Tampan
86 Aku Mencintaimu Bram
87 87
88 Calon Istri Untuk Aiden
89 89
90 Alamat Palsu
91 Mengingat Kejadian itu
92 92
93 Mama Kecewa Dengan Papa
94 Jalan-Jalan
95 Maafkan Aku Anna
96 96
97 97
98 Perjodohan
99 Perjodohan 2
100 Sangat Mencintainya
101 Aku Mencintaimu Bram
102 102
103 103
104 Kemarahan Aiden
105 Mencari bukti
106 Kesalapahaman
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Perkenalan
2
Kejadian
3
Kejadian 1
4
Topeng Pemberian Papa
5
Pertemuan
6
Siapa Gadis Itu?
7
Keputusan
8
Salon
9
Gaun
10
Pertemuan kembali
11
Mata Indah
12
CALMEN
13
Perjodohan
14
Episode 14
15
Si Betina
16
Menemui Ana
17
17
18
18
19
19
20
Jodohkan Aku
21
21
22
22
23
Melamar
24
Terima Lamaran
25
Kabar
26
Apa Aku Pantas?
27
5 Menit Saja
28
Cantik
29
Ana Nggak Kuat Ma!
30
Rem Blong
31
Kau Sudah Memperkosaku
32
Aku Mencintaimu Sa!
33
Terlihat Buruk Rupa
34
Akhirnya Kau Mati
35
Ana
36
Om-Om berperut Buncit
37
Anna Meninggal
38
Maafin Kakak
39
Kamu Nabrak Orang?
40
Jijik
41
Anna Tunggu Kakak
42
Annaaaaaa
43
Ngidam
44
Aku Hamil
45
Apa Ke Indonesia?
46
Aku Ingin Gugurin Anak Ini
47
Cantika
48
Kenapa Ibu Tega Ingin Membunuh Anna?
49
Kantor Polisi
50
Tunggu Aku 2
51
Bayangan
52
52
53
Menyerahkan Diri
54
Anna!
55
Gadis Kecil
56
Apa? Risa Hamil?
57
Mendapatkan Ide
58
Jadi Dia Bukan Anna?
59
Gladis masuk Ruang UGD
60
Jadi Gladis Adalah Anna?
61
61
62
62
63
63
64
Kau Adalah Anna Tunanganku
65
Liora
66
Aku Ingin Belajar Mencintaimu
67
Gadis Bar-Bar
68
68
69
69
70
70
71
Ingatan Anna Kembali
72
72
73
Penderitaan Clara
74
Penderitaan Clara 2
75
Penderitaan Clara 3
76
Perjodohan PC 1
77
Bertemu Dian
78
Surat Dari Clara
79
Jangan Amnesia Lagi Ya!
80
80
81
81
82
Aku Sayang Sama Mama
83
83
84
Maafkan Papa
85
Bodygart Tampan
86
Aku Mencintaimu Bram
87
87
88
Calon Istri Untuk Aiden
89
89
90
Alamat Palsu
91
Mengingat Kejadian itu
92
92
93
Mama Kecewa Dengan Papa
94
Jalan-Jalan
95
Maafkan Aku Anna
96
96
97
97
98
Perjodohan
99
Perjodohan 2
100
Sangat Mencintainya
101
Aku Mencintaimu Bram
102
102
103
103
104
Kemarahan Aiden
105
Mencari bukti
106
Kesalapahaman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!