Radit telah selesai dengan urusannya di Rumah sakit, akhir-akhir ini ia memang jarang menangani pasien, ia hanya mengecek keadaan pasien dan juga perkembangan Rumah sakit, itupun tak lama.
Hanya pada keadaan urgent lah Radit akan berada lebih lama bersama pasien-pasiennya.
Radit menghampiri Rain yang sedari tadi ia tinggal di Taman.
"Ayo, Rain. Maaf membuatmu menunggu lama. Mendadak saya tadi harus mengecek pasien saya dulu," ucap Radit yang baru saja sampai di taman Rumah sakit dimana Rain menunggunya.
"Tak apa pak, saya paham!" ucap Rain kemudian ikut berdiri.
Radit dan Rain berjalan beriringan menuju parkiran, sebelum pada akhirnya mereka pergi meninggalkan Rumah sakit.
***
Rain mencoba menetralkan detak jantungnya, bukan hanya sekali ia pergi bersama Radit, namun akhir-akhir ini ia merasakan jantungnya bermasalah ketika bersama dokter tampan itu.
"Rain...." panggil Radit memecah keheningan, akan tetapi pandangannya masih fokus mengemudikan mobil.
"Iya pak?" jawab singkat Rain.
Radit menghela nafas kasar, sulit sekali menghilangkan kecanggungan saat ini.
"Rain, bisakah tak memanggilku bapak. Aku merasa terlihat tua, sedangkan usia kita hampir setara."
Sontak Rain terkekeh pelan, "bukankah dari dulu saya terbiasa memanggil bapak, tapi kenapa baru protes sekarang?"
"Itu kan dulu Rain, gimana kita bisa akrab kalo kamu masih terus memanggil saya bapak." Radit mendekus kesal.
"Iya-iya mas Radit bawel." Rain mengulas senyum.
"Apa? ulangi lagi." titah Radit.
Rain nyengir kuda, " enggak ah, saya malu."
Tanpa terasa mobil telah berhenti di parkiran Mall xx yang menjulang tinggi.
Radit membuka belt pengaman Rain, sejenak memakas jarak diantara mereka.
Matanya menatap lekat Rain yang kini hanya berjarak lima senti dari wajahnya.
Rain bergetar, segera ia memalingkan wajahnya.
" Apa yang mas Radit lakukan?" tanya Rain gugup.
"Tentu membantumu, apa kau fikir aku akan menciummu? kenapa wajahmu memerah." Radit terkekeh.
"Itu - emmt, tidak ada."
"Apa kau belum pernah pacaran sebelumnya, kau terlihat gugup ketika dekat denganku." Kini Radit tak lagi bicara formal.
"Saya pernah pacaran, tapi hanya sebatas jalan bareng," ucap Rain
"Ck! kau polos sekali Rain."
"Memang kenapa,? tanya Rain heran.
"Ck! sudahlah ayo turun." titah Radit.
Rain hanya mengangguk, kemudian turun dari mobil.
Setelah sampai di loby mall, Rain berdecak kagum.
Dulu ia memang pernah beberapa kali ke mall, tapi bukan mall besar seperti ini.
"Kau belum pernah kesini?"
tanya Radit yang melihat raut wajah Rain yang berbinar.
"Belum mas, ayo kita masuk." tanpa sadar Rain melingkarkan tangannya di lengan Radit, membuat laki-laki itu mengulas senyum.
Rain bahkan jauh lebih polos dari Kenia..
" Kita kemana, Mas?" tanya Rain yang kini sudah memasuki area mall.
Radit membawa Rain ke salah satu toko perhiasan.
Berbagai macam perhiasan terpampang indah didepan mata,
menyilaukan.
"Pilihlah satu mana yang bagus untukmu." titah Radit.
Rain menatap tanpa berkedip, matanya masih begitu silau.
Namun, ia sadar ini terlalu mahal untuknya.
"Enggak mas, ini terlalu berlebihan. Kamu ngajak aku keliling mall aja udah seneng banget aku," ucapnya mengulas senyum.
Lagi-lagi Radit dibuat kagum oleh Rain, Rain yang polos dan sederhana.
"Mbak..." teriak Radit memanggil pegawai toko perhiasan tersebut.
"Saya ambil ini," ucap Radit menunjuk sebuah kalung berbandul hati dengan berlian kecil di tengahnya.
"Baik pak, apa mau langsung di pakai ?" tanya pegawai tersebut.
Sedangkan Rain menatap heran Radit.
"Bungkus aja mbak, ini....." Radit menyodorkan blackcardnya agar pegawai tersebut langsung mengurus pembayaran tanpa menyebutkan nominalnya di depan Rain.
Setelah selesai, pegawai tersebut mengulas senyum serta memberikan kotak kecil dan blackcardnya kembali.
Radit mengajak Rain ke caffe yang berada di supermarket area mall tersebut.
Radit memilih tempat duduk dan memesan dua capucinno untuknya dan Rain.
"Kamu tau Rain, caffe ini menyimpan kenangan buruk." Radit terkekeh, dulu ia sangat tak ingin mengingat Kenia.
Namun ia justru menceritakan kepada Rain tentang mantannya itu.
"Kenangan tentang Kenia ya mas?" tebak Rain.
Radit mengangguk, " malam sebelum aku mabuk di Blackzone, waktu kamu menolongku. Aku bertemu Kenia dan Shaka disini. Padahal waktu itu aku sedang ingin menghindarinya."
"Pasti berat mas jadi kamu, entah kenapa waktu itu aku merasa kasian melihatmu merancau tak jelas." Kini Rain menatap lekat Radit.
Tiba-tiba pelayan datang membawa dua gelas capucinno.
Radit mengesap capucinnonya, lalu kembali menatap Rain.
"Apa kau memperdulikanku hanya karena kasian?" tanya Radit.
Rain terkekeh, "apa aku harus mengatakan yang lain? Bagaimana dengan perasaanmu sekarang, apa Kenia masih menempati bagian spesial hatimu?" tanya Rain kali ini membuat Radit terdiam sejenak.
Seperkian menit Radit tersenyum, Ia mengeluarkan kotak kecil berisi kalung yang tadi dibelinya.
Kemudian ia meraih kalung tersebut, "lihat ini Rain, indah bukan? akan terlihat cantik jika kau memakainya."
Segera Radit beranjak, kini posisinya berdiri di belakang Rain.
Seketika ia memakaikan kalung berliontin hati tersebut di leher jenjang Rain.
Kemudian Radit kembali duduk di kursinya.
"Aku belum pernah mendapat hadiah seindah ini, bukankah ini mahal sekali." ucap Rain polos.
"Tak apa, aku ingin kau memakainya."
"Terima kasih mas." ucap Rain.
Radit mengacak rambut Rain gemas.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi dokter Radit," ucap Rain.
Lagi-lagi Radit tersenyum.
"Sudah tidak, mana mungkin aku masih menyukai istri orang. Memangnya tak ada lagi wanita di dunia ini?" jawab Radit tanpa menatap Rain.
"Satu lagi mas, ada satu yang belum aku tau. Jika kau tak menceritakan padaku, aku tak mau menerima hadiahmu ini." ancam Rain.
Radit menghela nafas sejenak, sedangkan Rain memilih mengesap capucinnonya sebelum ia melontarkan pertanyaan yang mengganggu fikirannya pada Radit.
"Apa yang ingin kau tau Rain?"
"Apa? emhhh.. apa yang membuat kalian berpisah? maksudku Kenia meninggalkanmu dan menikah dengan Shaka?" tanya Rain penasaran."
"Ohhh itu, itu karena Kenia dijodohkan!kebetulan Shaka mencintainya jauh sebelum aku bersama Kenia. Lagi pula aku yang memintanya menerima Shaka!" jawab Radit.
" Ohh begitu ceritanya." Rain mengangguk paham.
"Apa kau ingin makan?" tanya Radit kemudian.
"Emmt nanti aja, aku sangat ingin makan di pinggir jalan." ucap Rain.
"Baiklah." ucap Radit mengiyakan.
Mereka akhirnya memilih menghabiskan capucinnonya.
Setelah selesai, Radit segera membayar tagihan dan mengajak Rain keluar area caffe menuju parkiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
HIAT DOLO "🅱🅸🅱🅰🅷🦈
sudahlah pak Radit jangan di sesali mungkin sama kenia gak jodoh, sekarang kejar lah rain ya.. semangat pak dokter 💪🏻😀
2022-09-13
0
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰❶﷽⍣⃝కꫝ🎸᭄꧂
kasihan Radit, tapi mungkin emang bukan jodoh, itu jalan kalian untuk berpisah, dan mungkin Rain, lah yang akan menjadi pengganti. 😌😌
2022-09-12
0
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🅲🅰🅷🅰🆈🅰﷽🌹 ⃞⃝⃟꧂
periksakan saja Rain, jantung mu kepada dokter Radit, jangan sia-siakan ada dokter disamping mu.. siapa tau emang sedang bermasalah jantung mu, dan obatnya ada di Radit.. 🤭🤭🤭
2022-09-12
0