Sudah beberapa botol wine mereka habiskan, Rain merasakan sakit di kepalanya, ia memang sering minum namun tak sampai semabuk ini. Dion merancau tak jelas kemana dan hanya Radit yang masih memiliki sedikit kesadaran.
'Dasar Dion payah, apa iya dia mau balas dendam karena aku sering merepotkannya, huh! dasar.'
Radit terus mengumpat kesal pada Dion, ia mengantar Dion ke ruang istirahatnya di salah satu sudut club.
Lalu meminta salah satu pelayan bernama Andre untuk mengurusnya.
Kembali lagi Radit ke ruangan VIP dimana Rain berada.
"Argghhh.. kepalaku.." erang Rain kesakitan.
"Biar aku membantumu, kau terlalu banyak minum," ucap Radit, kemudian tangannya meraih tubuh Rain dan menggendongnya ala bridal style.
Belum sempat Radit keluar ruangan, Rain sudah tak sadarkan diri dalam gendongannya.
Para pelayan club memandang mereka sinis, lantaran Rain begitu dekat dengan banyak lelaki dan juga dengan Dion pemilik club Blackzone.
"Wah..wah.. wah! jangan-jangan pak Dion memanggilnya karena Rain mau di job sama laki - laki itu? menarik! akan jadi gosip hangat besok," celetuk salah satu pelayan yang tak lain adalah Neta.
"Bisa jadi Rain ngedeketin pak Bos juga karena kaya! widihh ngeri yah ternyata," timpal pelayan yang satunya.
Vio geram mendengarkan para ciwik yang suka iri dengan sahabatnya itu, ia mendekati Neta lalu menarik keras rambutnya.
"Mulut lo bisa dijaga gak? Kek yang udah maha sempurna aja ghibahin Rain!" Vio emosi.
"Denger baik-baik ya! kalo lo pada masih pengen kerja disini, jangan sekali-kali ngusik Rain atau pun gosipin gak jelas soal dia sama pak Dion," sungut Vio kemudian berlalu segera menyusul Radit tanpa mengindahkan umpatan kesal Neta padanya.
Radit menggelengkan kepala mendengar ucapan mereka, tak habis pikir jika kedekatan ia, Dion dan Rain akan menjadi masalah.
"Pak, maaf Rain mau dibawa kemana?" tanya Vio setengah berlari mengejar Radit yang membawa Rain masuk ke dalam mobilnya.
"Dia mabuk berat, aku akan mengantarkannya pulang. Lagipula aku ini kekasihnya.
Kamu gak usah khawatir, ia aman bersamaku..." Radit menjeda ucapannya, sebelum masuk ke dalam mobil ia menoleh ke arah Vio.
"Dan itu, Pak Bossmu mabuk berat! tolong kamu cek, tadi aku juga sudah menyuruh Andre mengurusnya."
"Baiklah kalo begitu pak, jagain Rain ya!" ucap Vio kemudian.
Radit mengangguk lalu pamit pergi, Rain sudah tak sadarkan diri sejak Radit kembali ke ruang VIP selepas mengantar Dion.
Radit mengemudikan mobilnya pelan mengingat ia juga dalam pengaruh alkohol.
'Payah kamu Rain, kalo gak kuat mabuk kenapa minum banyak? dasar ya kamu merepotkan! Terus sekarang saya harus bawa kamu kemana Rain? kamunya aja gak sadar gini.'
Radit mendekus kesal, ia menepikan mobilnya berharap menemukan alamat Rain di dalam tas atau dompetnya.
Nihil, alamat yang ada di KTP-nya pun masih alamat rumah Rain yang lama.
Radit kembali melajukan mobilnya, ia mengumpat kesal.
"Jangan salahkan saya kalo kamu saya bawa ke apartemen saya, Rain! Kamunya aja gak sadar-sadar."
**
Setelah sampai di Apartemen, Radit segera menekan sandi pintu lalu membawa Rain masuk setelah pintu terbuka otomatis.
Sialnya! hanya ada satu kamar di Apartemen Radit.
Radit membawa Rain ke kamarnya, untungnya Rain hanya mengeluh pusing ketika mabuk.
Radit merebahkan Rain diatas ranjang, lalu menyelimutinya sampai ke leher.
Radit menelan salivanya kasar, mungkin karena paniknya tadi tak menyadari jika Rain begitu seksi dan menggoda malam ini.
Hawa panas menjalar di sekujur tubuhnya, segera Radit membersihkan diri agar fikiran kotornya hilang, ia menyiapkan air dan obat pereda mabuk di atas nakas, jika sewaktu-waktu bangun Rain akan meminumnya.
Kemudian Radit merebahkan diri di samping Rain dengan guling sebagai pembatas.
***
Pukul dua dini hari, Rain tersadar dan bangun dari tidurnya.
"Akhhhh! Kepalaku sakit sekali, ini dimana? kenapa berputar-putar," keluh Rain.
Radit yang menyadari Rain sudah bangun segera beranjak meraih gelas dan obat di atas nakas.
"Minumlah!" ucap Radit namun dengan ekspresi dingin.
"Pak... Ra.. dit..???" Rain terbata, ia cukup terkejut melihat Radit berada satu kamar dengannya.
Rain menurunkan pandangannya ke bawah selimut, ia menghela nafas lega.
Tak ada yang terjadi dengannya, pakaiannya masih utuh meskipun seksi.
Rain meraih gelas dan obat di tangan Radit lalu meminumnya.
"Makasih pak," ucapnya kemudian.
"Dasar payah kamu Rain!" ucap Radit kemudian kembali merebahkan diri.
Rain masih belum ingat apa yang terjadi, perlahan ia kembali merebahkan diri di samping Radit, menarik lagi selimut tebal itu agar menutupi tubuhnya.
Perasaannya berdesir tak karuan, jantungnya berdetak cepat seperti sedang maraton.
Ini pertama kalinya ia tidur seranjang dan satu selimut dengan laki-laki.
Rain mencoba menepis fikiran horornya, berfikir positif jika Radit orang yang baik.
"Huh! tak akan ada apa-apa tenang Rain tenang! gak mungkin juga kan pak Radit ngapa-ngapain lo.'
Rain mencoba menenangkan hatinya lalu berusaha tidur lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
HIAT DOLO "🅱🅸🅱🅰🅷🦈
minum kebanyakan kaos mabuk lah rain, untung lah ada pak Radit smp membawa mu pulang
2022-09-13
0
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🆅🅸🅽🅰❶﷽⍣⃝కꫝ🎸᭄꧂
untungnya Radit, orang yang baik, bisa menjaga Rain. tanpa ada sesuatu yang kurang. dan dia masih bisa menahan diri, walaupun sesungguhnya dia sudah tergoda.. 😁😁
2022-09-12
0
💐⃞⃝⃟⍣⃝🌺﷽🅲🅰🅷🅰🆈🅰﷽🌹 ⃞⃝⃟꧂
waahh, aku suka Vio, tegas menghadapi teman-temannya yang usil terhadap Rain..🥰🥰🥰
2022-09-12
0