5

November, diawali oleh diklat pecinta alam atau asipa, mahasiswa pecinta alam tepat tanggal satu hari jumat malam mereka berangkat. Namun, para peserta diklat diharuskan datang lebih awal, yaitu sesudah zuhur.

Hamra datang tepat waktu pukul setengah dua, bertepatan saat Hamra sampai di gerbang kampus muncul Arka yang baru sampai juga, sepertinya jadwal siang.

“Assalamualaikum, pak,” salam Hamra, Arka melihat Hamra dari bawah hingga atas, wajar saja karena sekarang Hamra menggunakan celana PDL dan kaos hitam dan menggunakan sepatu gunung, sedangkan biasanya Hamra menggunakan rok atau gamis.

“Waalaikumussalam, Hamra. Mau kemana kamu?” tanya Arka.

“Mau diklat asipa pak, beda ya pak aku kayak gini, kelihatan tomboy ya?”

“Semangat ya, iya sedikit terlihat tomboy tapi tetap lucu kok.”

Blush.

Hamra langsung memalingkan muka karena tidak mau terlihat sedang blushing walau sepertinya Arka sudah melihatnya.

“Iya pak makasih. Em... bapak ngajar siang?” tanya Hamra basa-basi sebenarnya Hamra masih ingin berbicara dengan Arka.

“Iya hari jumat saya ngajar siang, kamu harus tahu jadwal saya ya,” ujar Arka membuat Hamra loading dengan perkataan Arka.

Kamu harus tahu jadwal saya.

“Gimana pak maksudnya?”

“Ah gak gimana gimana, ya sudah saya kedalam duluan ya. Kamu hati-hati di jalan.” Lalu Arka pun pergi dari hadapan Hamra  membuat Hamra termenung menatap kepergian Arka.

Kenapa udah kangen lagi sih, baru aja tadi ngobrol, batin Hamra. Sedang asik melamun Hamra dikejutkan oleh salah satu temannya yang mengikuti diklat.

“Hamra,” panggil Azri, Hamra pun menengok ke arah Azri, lalu Azri melambaikan tangannya tanda agar Hamra menghampirinya.

“Udah pdkt-an nya?” tanya Azri.

“Apa sih Zri, siapa juga yang pdkt,” elak Hamra.

“Gak ngaku lagi, udah ayo kumpul sama yang lain,” ajak Azri. Hamra  pun kumpul dengan peserta diklat yang lain, jumlah mahasiswa yang mengikuti diklat pecinta alam ini ada 9 orang dan itu pun perempuannya hanya satu, yaitu Hamra saja.

Setelah diberikan materi mereka diberi waktu bebas, karena berangkat malam dan sekarang masih pukul setengah lima sore. Hamra bergabung dengan laki-laki walaupun mereka merokok Hamra tidak bisa melarang dan mereka pun mengerti jika Hamra tidak menyukai asap rokok, jadi mereka meniupkan asapnya tidak mengarah ke Hamra.

Sesudah melaksanakan sholat magrib dan isya waktunya pelepasan dari kampus untuk yang akan melaksanakan diklat. Setelah itu kami menaiki mobil angkutan umum untuk menuju Gunung Puntang.

Hamra duduk di belakang supir, sebenarnya Hamra dititah untuk duduk di depan tepatnya di sebelah supir, namun, Hamra tidak mau ia memilih duduk di belakang supir. Menurutnya itu tempat favoritnya saat masih duduk di bangku sekolah menengah.

Selama perjalanan tidak ada yang begitu menarik, hingga mobil memasuki tol dan saat di tengah  perjalanan Hamra mendengar suara yang sangat tidak ingin Hamra dengar, suara ambulan. Hamra langsung menutup telinganya sambil menutup matanya.

Ternyata pergerakan Hamra tidak lepas dari penglihatan Zidan, salah satu anggota asipa yang duduk di sebelah Hamra.

“Kenapa? Takut?” tanya Zidan. Hamra hanya mengangguk sambil perlahan-lahan membuka mata dan melepas kedua tangan yang menutupi telinganya. Tak ada obrolan lagi dan yang lain pun memilih untuk memejamkan matanya, jadi Hamra pun memilih tidur sebelum  melakukan perjalanan yang lebih melelahkan dari ini.

Tepat pukul sembilan malam kami sampai di Cimaung, mereka diturunkan disitu, memang itu perintah dari pembina asipa, bukan karena supir yang tidak mau mengantarkan sampai gerbang Gunung Puntang.

Setelah pengarahan mereka diperintahkan untuk berjalan kaki dengan membawa carrier –tas ransel untuk kemah- dengan jarak kurang lebih sebelas kilometer.

Awal perjalanan Hamra ditempatkan kedua dari depan dan yang di depan adalah Azri dan sudah menjadi rahasia umum jika Hamra dan Azri sedang dekat tapi tidak menjalin hubungan.

“Itu yang didepan malah pacaran,” teriak Fauzan saat itu Hamra sedang membantu Azri untung menyampirkan jaket untuk menutupi carrier. Hamra dan Azri tidak menanggapi teriakan dari Fauzan.

Saat hampir sampai tiba-tiba ada yang salah dengan kaki Hamra.

“Eh bentar bentar kaki aku kram,” ucap Hamra hingga menghentikan perjalanan mereka, lagi.

“Duduk dulu, lepas carriernya,” ucap Zidan. Setelah Hamra duduk dengan menyelonjorkan kakinya Zidan langsung mengobati kaki Hamra. Cukup lama hingga Hamra harus membuka kaos kakinya. Setelah selesai Hamra mencoba berjalan. Namun, baru saja dua langkah kaki Hamra kembali kram bagian kiri.

“Mau di panggilin aja si akangnya? Biar kamu naik motor,” tawar Vano.

“Gak usah a, masa kalian jalan aku naik motor udah gak usah bentar lagi juga sembuh kayaknya,” ucap Hamra, Hamra memanggil Vano, Aa karena Hamra sudah mengaggap Vano seperti kakak walau mereka seumuran.

“Udah gak usah ngeyel,” ucap Shidiq sambil terus menyambungkan walkie talkie, namun tak kunjung menyambung.

“Udah gak usah ini udah kok,” ucap Hamra sambil bangkit setelah menggunakan sepatu.

“Yakin?” tanya Vano memastikan yang di balas anggukan oleh Hamra, setelah itu perjalanan pun di lanjutkan kembali.

Mereka tiba di perkemahan yang sudah disediakan oleh panitia tepat pukul dua malam, sesuai dengan perkiraan.

Mereka diperintahkan untuk mengeluarkan barang-barang yang sudah tercatat wajib di bawa.

“Udah yuk duduk melingkar, sama ini kopinya diminum diputer ya  harus habis,” ucap pembina asipa, Bang Yoga. Awalnya Hamra bingung karena ia perempuan satu-satunya, masa minum satu tempat oleh delapan laki-laki satu perempuan. Namun, karena ini sedang diklat mau tidak mau Hamra meminum kopi tersebut satu wadah dengan laki-laki, dan untung saja bukan gelas wadah yang digunakannya.

Tepat pukul setengah tiga pagi mereka diperintahkan untuk tidur sebelumnya mereka diberikan materi atau lebih tepatnya sharing. Hamra tidur di tenda panitia perempuan sedangkan para lelaki memasang tenda lebih dulu.

***

“Bangun, bangun sholat subuh dulu.”

Hamra langung bangun, biasanya ia susah untuk dibangunkan tapi sekarang beda karena Hamra kurang nyaman tidur dengan menggunakan sepatu.

Hamra keluar tenda bertepatan dengan para lelaki pun keluar dari tenda. Seperti putri yang harus mereka jaga, Hamra benar-benar di perioritaskan.

“Aku dulu ya yang ke airnya,” ucap Hamra yang hanya di balas gumaman oleh para lelaki.

Mereka baru selesai dan baru melaksanakan sholat subuh saat matahari akan muncul, karena kamar mandi hanya satu jadi mereka bergantian.

“Sok kumpul sesuai kelompoknya,”  perintah Tisa,  salah satu panitia perempuan yang satu tenda dengan Hamra. Setelah dipastikan telah berkumpul sesuai kelompok Tisa memberikan kopi yang disambut baik oleh para lelaki.

Sejujurnya Hamra tidak mau meminum kopi karena semalam pun maagnya kambuh.

Yang pertama meminum kopi adalah Edzard yang langsung memuntahkan kopi tersebut karena penasaran Zidan langsung merebut cup kopi dan meminumnya reaksinya pun sama langsung memuntahkan kopi tersebut.

“Kenapa sih? Mana sini aku coba,”  pinta Hamra. “Kopi lada, anggap we kopi jahe,” sambung Hamra setelah mencoba kopi yang diberikan Tisa.

Hamra yang notabenenya menyukai pedas ia pun meminum kopi pedas itu, walau kadang bergantian dengan yang lain, sebenarnya jika yang lain meminum itu tidak benar-benar diminum.

Ini mah maag ku bakal kambuh, udah mah kopi terus pedes, pagi-pagi lagi. Batin Hamra.

Setelah kopi itu habis mereka diberikan materi membuat bivak ­–tenda yang dibuat menggunakan ponco yang hanya cukup untuk sendiri- sambil menunggu makanan matang. Karena nanti malam akan dilaksanakan solobivak, kemah sendiri. Setelah penjelas-an tentang bivak selesai makanan pun tak kunjung matang, akhirnya kami diberi sharing pengalaman oleh panitia yang lebih senior.

Kurang lebih limabelas menit akhirnya makanan pun datang, kami makan dengan beralaskan trashbag dan diperintahkan untuk makan dalam waktu duapuluh detik. Saat memulai makan Hamra merasakan ada yang aneh dengan nasinya, seperti belum matang tapi lembek, namun Hamra mengabaikan saja.

Kelompok 2 atau kelompok Hamra menyelesaikan makan tepat saat hitungan ke duapuluh. Setelah itu mereka diberi hidangan penutup berupa agar-agar.

Mereka menyadari ada yang tidak beres dengan agar-agar tersebut, selain encer agar-agar itu berwarna merah sedangkan yang diperintahkan mereka membawa agar-agar tanpa warna, dan ada biji cabainya.

Oh shit, ager pedes.

“Anggap aja ager jahe guys,” ucap Hamra kepada teman satu kelompoknya agar mereka memakan agar tersebut. Dengan hati yang berat mereka memakan agar tersebut walau di iringi oleh muntahan-muntahan para anak laki-laki, Hamra? Dia menikmatinya walau dengan setengah hati.

***

“Dari panitia siapa aja yang ikut ke curug?” tanya Bang Yoga, dari panitia yang ikut ke curug hanya tujuh orang, tiga perempuan, empat laki-laki.

Mereka melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, apalagi Hamra bagi Hamra ia satu-satunya perempuan yang mengikuti diklat, tas yang dibawanya pun cukup besar dan jalanan yang menanjak, baru saja berjalan beberapa meter Hamra sudah meminta istirahat, sungguh dia tidak kuat, tapi ia ingin menunjukkan kalau ia benar-benar wanita tangguh, yang selalu di sebut-sebutkan oleh panitia atau pun teman diklatnya.

“Ayo Hamra kamu pasti bisa, kamu kuat,” ucap Azri memberi semangat pada Hamra.

“Diem deh nanti aku baper.”

“Haha... gak jadi deh.”

***

Mereka sedang beristirahat, sebenarnya perjalanan masih sekitar satu setengah jam. Namun, karena mereka sudah lelah dan lapar akhirnya memilih beristirahat sambil mengering-kan sepatu. Hampir saja mereka salah jalan tadi, sebenarnya masih bisa. Namun, lebih jauh dan lebih banyak menanjak.

Untung saja Hamra membawa alat masak di dalam tasnya jadi mereka memasak lebih tepatnya merebus daun yang bisa di makan ditambah dengan penyedap rasa, bagi Hamra saat begini rebusan daun terasa enak karena kebersamaan.

“Ini gimana mau dilanjut atau ngga?” tanya salah satu panitia yang merupakan alumni di kampus Hamra.

“Aku sih pengen lanjut,” jawab Hamra yang membuat semua berdecak kagum.

“Oke, yang lain gimana, jujur aja.”

“Kalau menurut aku sih kang mending gak usah, cuaca mendung, terus kita udah bener-bener lemes, kecuali kalau gak bawa tas sih ayo-ayo aja,” ucap Zidan yang disetujui oleh yang lain.

“Ya itu bebas gimana kalian, tapi resiko dan alesan kalian yang tanggung.” Mereka pun turun kembali tapi kali ini jalannya tidak melewati jalur air seperti berangkat tadi. Sesampainya disana mereka memberikan alasan yang sekiranya logis dan untung saja mereka tidak diberi hukuman.

Setelah sholat ashar mereka diberi materi dari ketua BEM sambil harus menghabiskan bubur kacang, ditambah cabe lagi.

Setelahnya mereka diberi pilihan untuk memasak sendiri atau dimasakan, tentu mereka lebih memilih masak sendiri karena mereka takut diberi makanan yang aneh lagi. Selesai makan mereka langsung diberi tempat untuk solobivak.

Malam menyapa hujan pun turun tidak terlalu lebat tapi bisa langsung membuat basah kuyup seketika.

Hamra yang saat itu sedang membaca Al-Qur'an mendengar suara takbir dari arah bivak Zidan dan tidak berhenti, itu tandanya Zidan sedang dalam keadaan darurat. Dengan tergesa Hamra menggunakan jas hujannya. Namun, saat akan turun Bang Yoga datang membuat Hamra mengurungkan niatnya.

“Hamra aman?” tanya Bang Yoga memastikan.

“Aman terkendali,” balas Hamra dan kembali melanjutkan membaca Al-Quran.

Tak lama Zidan melintas dengan dipapah oleh Fauzan dan Edzard diikuti Bang Yoga dibelakang mereka.

“Hamra,” panggil Bang Yoga.

“Iya bang,” sahut Hamra.

“Keatas.” Langsung Hamra membereskan Qur'annya dan segera keatas ke tenda panitia.

Hamra terkejut karena saat tiba di atas, Zidan sedang memukul dadanya. Setelah bertanya ternyata ia diganggu oleh penunggu yang disana.

Tidak hanya itu, muncul kucing gunung. Merasa sudah tidak lagi kondusif akhirnya mereka diperintakan untuk membereskan barang-barang dan turun dari sana.

Karena kejadian tersebut mereka dipulang-kan lebih cepat yang seharusnya pulang pukul tiga sore menjadi pukul sembilan pagi.

Terpopuler

Comments

♡⃝🕊𝘿𝙃𝙀~aNNa✬͜͡࿐

♡⃝🕊𝘿𝙃𝙀~aNNa✬͜͡࿐

lanjut thor

2020-02-06

2

emilika apriliant134

emilika apriliant134

semangat thor

2020-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!