Sudah tiga bulan aku dikelas ini, aku sudah bisa beradaptasi dan dekat dengan beberapa teman. Ini semua berkat dukungan Eric. Tiap pagi dia hanya mengunjungiku sebentar untuk mengecek kehadiranku. Setelah itu dia pergi ke kelasnya dan membiarkanku memiliki waktu dengan teman-teman sekelasku. Istirahat pun aku sudah mulai bergabung dengan 3 teman perempuanku Olin, Grace dan Ria. Jadi waktu aku dan Eric hanya ketika pulang sekolah. Itu pun sebentar hanya 30 menit sebelum angkutan umum melewati gang rumahku.
Dua hari yang lalu, kelasku kedatangan murid baru pindahan dari sekolah swasta di kota ini juga. Namanya Nando, orangnya pendiam dan kaku. Bukan cuma itu, baru beberapa hari sekolah saja, dia sudah tidur di kelas. Entah bagaimana caranya, dia bisa masuk ke kelas kami. Soal nilai jangan diragukan lagi, yang namanya tidur dikelas, nyimak pun tidak mungkin, apalagi menjawab soal.
Dan hari ini kami kedatangan 1 teman baru lagi, pindahan dari SMA swasta terkenal di kota ini. Dia duduk diantara Nando dan aku . Tepat di kursi kosong yang dari awal meja ini di ubah tidak pernah satupun ada yang duduki. Tadi kudengar namanya Dion,hampir sama dengan Nando dia pendiam dan tidak banyak bicara. Tapi beda soal tidur. Dion tentu tidak tidur dikelas atau mungkin belum.
Hari ini ulangan Kimia. Nando sibuk mencari jawaban dari Olan teman di samping kursinya.
Bu Jessie guru fisika kami berkata
"yang sudah maju kedepan dan kumpulkan. Lalu boleh istirahat".
Hampir seluruh siswa sudah keluar. Tinggal aku, Nando,Andi dan Dion. Aku bukannya belum kelar, aku sedang mengecek lembar jawabanku apakah sudah tepat, kuhitung ulang. Akhirnya aku selesai, namun ku lihat Dion duduk diam saja. Tersirat dibenakku Nando saja begitu tidak mampunya, pasti anak baru ini juga sama.
"Nih ikutin jawabannya"
ku sodorkan lembar jawabanku kepada Dion.
"Udah kok" jawabnya perlahan.
"Lu bilang apa? udah ikutin aja. Biar abis ini istirahat"
Paksaku antara sombong dan baik hati.
Dion membuka lembar jawabannya dihadapanku. Dia mengerjakan semua lebih sempurna dariku. Malu rasanya tadi merasa lebih pintar darinya. Ternyata dia jauh berbeda dengan Nando. Kami mengumpulkan lembar jawaban bersama dan aku kembali ke kursiku. Aku bawa bekal hari ini.
"Lu gak istirahat? Keluar gerbang belok kiri banyak tukang makanan kok"
Jelasku pada Dion.
"Gak, gue bawa bekel kok"
Jawab Dion padaku.
Kami akhirnya makan bersama. Lain kali aku tidak akan mudah menyimpulkan dua orang berbeda menjadi sama.
Aku cukup mudah dekat dengan Dion. Karakter kami hampir sama. Kami agak susah membuka diri kepada orang yang baru kami kenal, kecuali 1 frekuensi. Dion bercerita banyak padaku tentang kepindahannya. Bahkan ia bercerita bahwa di sekolah yang lama ia harus tinggal kelas. what?? Anak sepinter ini gak naik kelas?apa kabar gue yang ngerjain PR aja disekolah. gerutuku dalam hati.
Setiap hari kuhabiskan waktuku dengan Dion dikelas. Dion menjadi sahabat pertamaku dikelas ini. Sudah beberapa minggu Dion dekat denganku tapi tak sekalipun ia tau tentang Eric. Bukan karena Eric tak menampakkan wujudnya. Tapi karena mereka tak pernah bertemu. Dion selalu datang 5 menit menjelang bel berbunyi. sedangkan Eric menemuiku hanya 10 menit setelah aku sampai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Lulu_djie
wah.. wah.. emily berani juga ya kasih contekan.. ga takut ketahuan.. secara cuma tinggal ber4..
terus kenapa dion doang yg dikasih contekan, koq nando ga dikasih??
jelas2 nando ga bisa ngerjain..😁😁😁
2021-01-06
1
anggita
tmbah like.ben author smngat brkrya, 💪
2020-12-20
1