Setelah usai urusan Kharisa menebus kedua adiknya kini mereka menuju ke rumah sederhana yang selama ini Kharisa tinggali seorang diri.
Sepanjang jalan mereka saling melepas rindu. "Kak,bagaimana hidup Kakak selama di luar tanpa kami?" tanya Vino.
Vino Demian adalah adik kembar Kharisa yang pertama sementara Vano Demian adalah adik kembar yang kedua.
Kharisa terdiam sejenak, ia bingung harus mengatakan apa karena memang semua perjuangan hidupnya tidak ada yang indah selain kesengsaraan.
"Kakak hanya hidup biasa saja dan selama ini Kakak harus fokus berkuliah agar bisa membawa kalian ke rumah Kakak." ucap Kharisa tersenyum.
"Lalu Kakak tidak takut tinggal sendirian?" tanya Vino lagi.
"Tentu saja tidak, Kakak yakin kedua orangtua kita selalu menemani kita di manapun berada." bantah Kharisa tersenyum.
Tiba-tiba ia teringat dengan suatu kejadian dimana saat ia masih duduk di bangku SMA hampir saja tubuhnya menjadi santapan pria penguasa salah satu kawasan di Kota itu. Kharisa menangis histeris ia terus berteriak memanggil Papah dan Mamahnya.
Karena ketakutan ia tidak sadar jika kedua orangtuanya telah tiada, beruntung saat itu ada salah satu pemulung yang membantunya lolos dari terkaman pria jahat itu.
"Kak, mengapa Kakak melamun?" tanya Vino menyenggol tubuh Kharisa.
"Eh Kakak tidak apa-apa Vino, lihat adikmu hanya diam saja dari tadi apa kau tidak lelah terus bertanya?" sahut Kharisa yang meledek Vino.
Kharisa sangat tahu Vino yang sejak kecil selalu lebih aktif berbicara di bandingkan Vano sang adik. Mereka berdua memang kembar tapi tentang pribadinya mereka sangat berbeda bahkan saling bertolak belakang.
Perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka tempuh dengan cepat, Kharisa yang selama perjalanan terus melamun kini tersadarkan dengan Tante Dila.
"Apa Tante Dila selalu baik pada kalian?" tanya Kharisa penasaran.
Vano dan Vino kini saling bertatap muka, mereka masih teringat jelas apa yang selalu Tante Dila lakukan pada mereka.
"Kak, Tante Dila sangat jahat pada kami." Suara Vino seketika terhenti saat tangan Vano menutupnya dengan tangan miliknya.
"Ada apa Vano? biarkan Kakakmu bicara pada Kakak." sahut Kharisa.
Akhirnya Vano pun menurunkan tangannya dan membiarkan Vino berbicara pada Kharisa. "Tante Dila sering kali memukul kami, bahkan menyuruh kami memasakkan dia dan Paman." terang Vino yang membuat Kharisa tercengang.
"Bagaimana bisa? kalian kan masih kecil?" tanya Kharisa tidak percaya.
"Kami berdua sudah terbiasa Kak, selama ada kami di rumah itu Tante Dila sudah melatih kami dan seluruh pembantu di rumah itu sudah di berhentikan sejak lama." jelas Vino.
Kharisa kembali memeluk kedua adiknya bersamaan. "Maafkan Kakak yang sudah membiarkan kalian di sana yah? Kakak tidak tahu jika Tante Dila bisa sekejam itu." ucap Kharisa terdengar begitu menyedihkan.
Selama ini ia tidak berani menjenguk adeknya karena sesuai dengan perjanjiannya dengan Tante Dila, wanita itu tidak akan membiarkan Kharisa bertemu dengan kedua adik kembarnya jika tidak sekalian membawa mereka pulang. Karena itulah Kharisa terpaksa menahan diri tidak bertemu dengan mereka dan menunggu ia benar-benar bisa membawa pulang adiknya.
"Tante Dila benar-benar keterlaluan bagaimana ia bisa sampai setega itu pada keponakannya sendiri?" gumam Kharisa menggelengkan kepalanya.
Sesampainya di rumah kedua anak kembar itu segera turun di ikuti dengan Kharisa yang tersenyum bahagia. Kali ini hanya satu kebahagiaan yang Kharisa miliki yaitu tinggal bersama kedua adiknya.
"Ayo kita masuk, rumah Kakak tidak sebesar Tante Dila yah?" tanya Kharisa yang melihat tatapan kedua adiknya.
"Tidak Kak, kami hanya bingung Kakak beli rumah ini dari mana?" tanya Vano yang baru saja terdengar suaranya sejak tadi.
"Em...ayo masuk dulu kita di dalam santai sambil kalian dengarin cerita Kakak." ajak Kharisa.
Mereka pun masuk dan saling bergandengan dan mendaratkan tubuhnya di sofa. Kharisa menatap tubuh kedua adiknya dari atas hingga ke bawah bergantian. Mereka sangat kurus-kurus sekali terlihat jelas tubuh yang selalu bekerja keras di mata Kharisa.
Tidak apa-apa yang terpenting saat ini mereka sudah bisa berkumpul lagi. Begitu ucap Kharisa dalam hati lalu tersenyum pada kedua adiknya.
Mereka kini saling bertukar cerita di mana Kharisa yang menceritakan tentang salah seorang pria paruh baya yang telah membantunya bertahan hidup hingga bisa menyelesaikan kuliahnya dan mendapat tempat tinggal. Kedua adiknya begitu antusias mendengarkan cerita sang Kakak.
Sayang Kharisa tidak menceritakan keseluruhannya, ia menceritakan sebuah pertolongan yang begitu berjasa dari Tuan Tedy.
"Dan kalian tahu? mulai besok Kakak sudah bekerja di sebuah perusahaan besar. Mulai besok kalian akan Kakak bawa ke sekolah agar bisa mendaftar yah." ucap Kharisa yang tak lupa dengan kewajibannya sebagai Kakak.
Vino dan Vano saling memandang mereka merasa tidak percaya diri dengan tubuhnya yang sudah besar namun belum bersekolah semenjak tinggal di rumah Tante Dila.
"Kak, kami harus sekolah yah?" tanya Vino ragu.
"Memangnya ada apa?" tanya Kharisa penasaran.
"Kami sudah sebesar ini dan kami harus melewati SD dulu?" tanya Vano lembut.
Kharisa tercengang. "Jadi kalian tidak di sekolahkan Tante Dila?" tanya Kharisa kaget tidak habis fikir.
"Iya Kak, kami tidak pernah bersekolah." sahut Vino cepat.
Kharisa terdiam seketika ia memijat perlahan keningnya, apa yang harus ia lakukan kali ini untuk kedua adiknya. Matanya menatap dalam kedua adik di hadapannya.
"Yasudah kalau begitu kalian akan Kakak berikan sekolah di rumah saja yah?" tanya Kharisa menemukan jalan keluarnya.
"Iya Kak, seperti itu rasanya lebih baik. Tapi apa Kakak punya uang untuk itu?" tanya Vano ragu.
Kharisa tersenyum menggelengkan kepalanya sungguh ia beruntung sekali memiliki adik yang begitu perduli padanya meskipun sempat ia tinggal begitu lama.
"Kakak sungguh beruntung memiliki adik seperti kalian, maafkan Kakak yang sudah meninggalkan kalian di rumah Tante Dila yah? Kakak benar-benar tidak punya pilihan saat itu." ucap Kharisa penuh penyesalan.
"Kak, kami yang sangat beruntung memiliki Kakak sebaik Kak Risa. Kami tahu Kakak di luar sangat kesulitan dan rela melindungi kami di tinggal di rumah Tante Dila agar kami tidak sengsara di luar sana." jelas Vano yang tampak terdengar sangat dewasa.
Kedua adik itu kini beranjak dari sofa dan memeluk tubuh Kharisa bersamaan.Kharisa pun membalas pelukan mereka sembari mengayun-ayunkan pelukannya.
"Papah sama Mamah pasti senang lihat kita akur seperti ini." ucap Vino yang membuat Vano dan Kharisa tersenyum dan kembali mengeratkan pelukan mereka.
Keesokan harinya Kharisa yang baru saja selesai menyiapkan sarapan kini sudah kedatangan salah seorang pria yang ia tunggu untuk mengajari kedua adiknya.
"Silahkan masuk." ucap Kharisa yang mempersilahkan pria itu.
Ia bingung melihat pria di hadapannya hanya terdiam mematung, matanya menatap Kharisa tanpa mengedipkan sekali pun.
"Halo." Suara Kharisa yang di ikuti lambaian tangannya di depan wajah pria itu.
"Eh iya. Maafkan saya." ucap pria itu gugup.
"Iya tidak apa-apa, ayo silahkan masuk adik saya masih bersiap-siap di dalam." ucap Kharisa yang mengajak pria itu duduk di sofa.
Kemudian ia masuk ke kamar dua adiknya. "Hey kalian sudah siap? itu di depan sudah ada gurunya, oia Kakak sudah siapin sarapan kalian dengannya juga. Kakak langsung pergi bekerja yah." ucap Kharisa yang bergegas memeluk dua adiknya bergantian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yoo_Rachel
next
2021-02-11
0
Machan
next kak
2021-01-11
0
Rosni Lim
Lanjut
2021-01-06
0