“Dasar kau brengs*ek.” pekik Gara yang kini menyerang tubuh sahabatnya berkali-kali mendaratkan pukulan pada wajah pria itu.
“Cukup Gara, ini salah paham. Semua bukan seperti kau lihat.” teriak Reynka Naul sembari menarik keras lengan Gara.
Kemarahan Gara benar-benar terlihat menakutkan. Katroy yang sudah tidak berdaya kini hanya pasrah menerima pukulan Gara. Kekuatan Gara benar-benar tidak di ragukan lagi.
Reynka terus berteriak histeris menangis ia tidak tahu harus meminta pertolongan pada siapa. Semua terjadi di luar dugaannya, Reynka berfikir beberapa hari ia bersama Katroy baik-baik saja.
Ternyata semua salah, Gara yang begitu khawatir tidak mendengar kabar Reynka beberapa hari akhirnya memaksa datang ke Indonesia. Betapa terkejutnya Gara saat mendapat kabar kekasihnya yang tengah menikmati waktu bersama sahabatnya.
Setelah Gara selesai melampiaskan kemarahannya kini waktunya ia kembali menatap Reynka.
Matanya begitu menusuk dalam kedua mata Reynka. Sementara tangan Gara sudah terarah pada kepala Katroy dengan pistol yang siap menembak kapan pun ia mau.
Reynka menggelengkan kepalanya meneteskan air mata. “Tidak Sayang, kau tidak boleh melakukan itu.” ucap Reynka bergemetar.
Gara yan tersenyum dengan tenangnya menekan jari dan sukses terdengar suara tembakan.
“Tidaaaak...” teriak Reynka yang membungkam mulutnya.
Reynka segera berlari mendekat pada Katroy. “Apa yang kau lakukan? Dia sahabatmu.” teriak Reynka menyadarkan Gara.
“Kalian sama-sama sampah.” ucap Gara yang sudah menendang tubuh Reynka dengan kasarnya lalu beranjak pergi.
Gara sudah tidak bernyawa lagi matanya terlihat menatap pada Reynka. Kini wanita itu hanya menangis histeris.
“Kau jahat Gara, kau jahat.” teriak Reynka dengan tangis pecah.
“Bereskan dia.” ucap Gara pada beberapa pasukan yang ia bawa.
Setelah kemarahannya selesai Gara pergi kembali ke California. Matanya berkaca-kaca menahan sakit hatinya. Pria itu tetap berusaha menahan sesak di dadanya. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada bawahannya.
Di perjalanan Gara terus memukuli kursi di pesawat itu, semua pasukan yang ikut dengannya hanya tertunduk tanpa berani berkata apa pun. Gara yang masih tidak puas dengan memukuli kursi kini beranjak mendekat pada pasukannya.
Matanya menatap satu persatu pria itu. Seketika tangannya melayang di wajah mereka seakan melampiaskan kemarahannya.
Tidak ada yang berani melawan satu pun pada Gara. Ia terus memukuli satu persatu hingga kekesalannya benar-benar terlampiaskan.
***
Beberapa lama setelah kejadian perselingkuhan Katroy dengan Reynka kini Ibu Gara menghubungi putranya.
“Ada apa,Bu?” tanya Gara tanpa basa basi.
“Gara, apa kau tidak ingin bertanya keadaan Ibu sama Ayahmu Nak?” tanya Nyonya Harina.
“Bu, katakan saja ada apa? Gara sedang sibuk.” ucapnya datar.
“Ayahmu sakit, ia sangat menginginkan kau pulang ke Indonesia. Pulanglah Gara kasihan Ayahmu.” ucap Nyonya Harina terdengar menyedihkan.
“Bu, Gara tidak bisa pulang.” bantahnya perlahan.
“Mengapa tidak bisa? bukankah kau bisa sekalian melihat kekasihmu di sini? Bagaimana Reynka apa dia baik-baik saja? Kau bagaimana bisa membiarkan kekasihmu seorang diri di sini?” ucap Nyonya Harina tanpa tahu apa yang terjadi pada putranya.
“Lupakan wanita itu, Bu. Mereka semua sampah.” ucap Gara yang terdengar begitu kesalnya.
Nyonya Harina terkejut mendengar ucapan kasar putranya. Dulu ia begitu sangat menyayangi Reynka, apapun yang di inginkan wanita itu Gara selalu menurutinya hingga rela melawan Mr. Dave sekalipun.
“Gara, Ayahmu sekarang semakin melemah. Kau satu-satunya orang yang akan meneruskan perusahaan itu, cepatlah pulang.” ucap Nyonya Harina berusaha lembut.
Gara menghembuskan nafasnya kasar, ia begitu tidak siap untuk kembali ke Indonesia mengingat semua kenangan buruk oleh Reynka. Bukan hanya kejadian di hotel itu saja, Gara sudah mendapat semua bukti jika Reynka selama dengannya juga menjalin hubungan dengan Katroy.
Tanpa Gara sadari kepercayaannya pada dua orang itu membuatnya buta jika di belakang Gara, mereka sudah mempermainkannya.
“Maaf, Bu. Gara belum bisa pulang jaga Ayah baik-baik.” ucap Gara segera mengakhiri telfonnya dan kembali merebahkan tubuhnya di kursi kerjanya.
“Ada apa, Gara? kau sakit karena wanita? bukankah sudah ku katakan jangan pernah luluh dengan makhluk seperti mereka? Kau selalu tidak percaya dengan omonganku bukan?”
Mr. Dave tiba-tiba datang menghampiri Gara setelah mendapat laporan dari beberapa pasukan Gara.
“Iya Mr, saya telah bodoh selama ini tidak mendengar ucapan anda.” jawab Gara dengan wajah penuh dendamnya.
“Bagus. Jangan pernah lagi berurusan dengan wanita. Semua wanita sama saja kecuali Ibumu. Dia adalah makhluk satu-satunya yang Tuhan ciptakan berbeda dari yang lainnya.” ucap Mr. Dave.
***
“Yah, biar Ibu temani ke kantornya.” ucap Nyonya Harina lembut.
“Tidak usah Bu, Ayah sudah baik-baik saja. Bagaimana dengan putra kita, kapan dia pulang?” tanya Tuan Teddy penuh rasa berharap.
Nyonya Harina menunduk ia merasa gagal membujuk putranya karena Gara hingga saat ini masih bersih keras untuk menetap di California.
Nyonya Harina menggelengkan kepalanya memberi isyarat pada suaminya. Jika putranya masih menolak untuk kembali.
“Sepertinya kita gagal mendidik putra kita, Bu.” ucap Tuan Tedi dengan wajah kecewanya.
“Ayah jangan bilang seperti itu, mungkin memang belum waktunya Gara kembali.” Nyonya Harina berusaha menenangkan suaminya dengan mengusap punggung Tuan Tedy.
Tuan Tedy pun pergi ke kantornya hari itu supir pribadinya kebetulan sedang sakit. Nyonya Harina yang ingin memanggil supirnya mengantar Tuan Tedy di cegah.
Nyonya Harina merasa kesal dengan sifat keras kepala suaminya, akhirnya setelah lama berdebat kini Tuan Tedy berhasil keluar dari rumah seorang diri.
Pria itu mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Di pertengahan jalan jantungnya kembali terasa sakit, ia mencari-cari air di mobil namun sayang tidak ada ia dapatkan.
Pria itu akhirnya memutuskan untuk membeli di pinggiran. Setelah Tuan Tedy membelinya tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan tubuh.
Seketika tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah. Wajahnya yang memerah membuat semua orang ketakutan. Tuan Tedy terus berteriak memegang dadanya.
“Ada apa yah disana?” Suara gadis kecil yang penasaran.
Ia melangkah mendekati kerumunan orang di pinggir jalan.
“Pak, anda tidak apa-apa?” tanya gadis itu dengan wajah panik.
“Ayo bantu saya.” teriak gadis itu.
Dia, yah Kharisa Agatha yang saat itu masih menduduki SMA kelas tiga. Dengan seragam sekolahnya yang tampak kusam berusaha meminta bantuan pada beberapa orang untuk membawa Tuan Tedy ke rumah sakit.
“Pak, bertahanlah anda akan sampai di rumah sakit sebentar lagi.” ucap Kharisa dengan paniknya.
Tuan Tedy terus berteriak kesakitan tanpa bisa bicara lagi. Beberapa kali tangannya semakin menekan dadanya.
Kharisa yang terus meminta supir taksi melaju tanpa sadar meneteskan air matanya. Ia takut jika pria yang di pangkuannya kali ini tidak bisa terselamatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Bunda Seprai
lanjuuuut
2021-03-27
0
Marnigiecell
lanjut
2021-02-24
0
Yoo_Rachel
lanjutttt
2021-02-11
0