Sudah lewat tiga jam Marisha pingsa dan belum sadar juga, Dokter Mario menjelaskan karena Marisha terlalu syok jadi mungkin dia akan pingsan lebih lama.
Yustaf pun menjadi panik karena memikirkan Marisha yang hamil tua dan sebentar lagi melahirkan, sedangkan menantunya pun belum ada kabar.
"Yunus apa kamu belum mendapat kabar dari orang-orang kepercayaanmu?" tanya Yustaf.
"Maaf tuan, mereka masih berusaha." jawab Yunus.
"Baiklah semoga saja cepat ada kabar." kata Yustaf.
Yunus mengerahkan orang-orang kepercayaanya untuk mencari kabar Bram, setelah dengan susah payah mereka berusaha akhirnya orang kepercayaan Yunus membuahkan hasil, walau pun bukan hasil yang manis melaikan berita duka untuk keluarga Yustaf.
"Maaf tuan, tapi saya harus menyampaikan berita buruk kepada anda." kata Yunus sambil setengah berbisik.
"Kabar buruk apa?" tanya Yustaf.
"It,itu tuan, ini soal tuan Bram."
"Iya, cepat katakan jangan bertele-tele seperti itu."
"Tuan Bram sudah meninggal dalam kecelakaan tuan, anak buah saya sudah mengonfirmasi kepastian itu, dari plat mobil, ponsel dan tes Dna tuan Bram."
Bagai tersambar petir di siang hari berita duka itu pun terasa menyayat hati Yustaf, melihat putrinya yang sebentar lagi akan melahirkan namun harus kehilangan suami tercintanya.
"Cari tahu sampai ke akar-akarnya, penyebab kecelakaan menantuku itu disengaja atau murni kecelakaan!" perintah Yustaf dengan hati yang bercampur aduk.
Setelah prosesi di rumah sakit selesai jenazah Bram pun di bawa pulang ke kediaman Yustaf untuk di makam kan, namun Marisha masih terbaring pingsan.
Marisha belum mengetehui kebenaranya tentang suami tercintanya yang sudah meninggal.
Yustaf pun masih belum mau memakamkan menantunya karena Marisha belum sadar, ia tak mau membuat hati Marisha terluka lagi jadi dia berniat menunggu Marisha bangun.
Setelah menunggu agak lama Marisha tersadar dari pingsannya, melihat sekeliling menjadi sangat sepi.Marisha pun berniat turun keruang tamu untuk mencari keberadaan orang-orang di kediamannya.
Saat masih di ujung tangga Marisha di kejutkan dengan orang-orang yang berpakaian serba hitam dan mengelilingi sebuah peti.
"Ada apa ini? kenapa semua orang berpakaian hitam, lalu itu peti apa." suara Marisha yang memecah keheningan di ruang tersebut.
Marisha yang semakin penasaran karena tidak ada jawaban dari orang-orang pun, sedikit berlari mendekat sambil memegangi perutnya yang sudah besar.
"Sayang tenang dulu! ingat kamu sedang hamil besar." suara Yustaf mencoba menenangkan Marisha.
"Papa jawab Marisha dengan jujur, sebenarnya ini ada apa Pa, kenapa orang-orang berpakaian hitam?"tanya Marisha dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Kamu harus janji dulu sama papa, kamu akan menghadapi semua masalah apapun dengan tegar dan sabar." jawab Yustaf.
Marisha hanya mengangguk tanda mengerti.
"Sayang, Bram....dia sudah pergi."
"Pergi apa maksud papa? Mas Bram berjanji akan pulang setelah semua pekerjaanya di kantor selesai Pa, dia juga mengambi cuti untuk menemaniku waktu proses melahirkan nanti" kata Marisha dengan air mata yang masih berderai dengan derasnya.
Yustaf tidak tahu lagi bagaimana harus menjelaskan kepada Marisha bahwa suaminya telah pergi untuk selamanya. Yustaf pun merangkul pundak putrinya dengan penuh kasih sayang dan membawa Marisha mendekat ke jenazah suami tercintanya.
"Maafkan papa sayang, papa tidak bisa melindungi suamimu." kata Yustaf dengan penuh penyesalan.
Marisha yang di bawa sang papa mendekat ke jenazah suaminya, menjadi histeris menangis sejadi-jadinya. Marisha tidak percaya suaminya terbaring tak bernyawa di depan matanya.
Karena syok yang amat sangat berat membuat Marisha kontraksi dan pingsan. Yustaf yang melihat putrinya kesakitan sebelum pingsan langsung dengan cepat memanggil Dokter Mario untuk memeriksa kondisi putrinya.
Mario yang masih berada di kediaman Yustaf dengan cepat memeriksa Marisha diruang rawat rumah Yustaf, Dokter Mario menyarankan untuk segera melakukan oprasi Caesar untuk mengeluarkan bayi yang ada di dalam perut Marisha.
Melihat kondisi Marisha yang sangat lemah dan mendapat syok berat, Yustaf pun mengizinkan Dokter Mario mengoprasi Caesar Marisha.
Sedangkan Yustaf memerintahkan Yunus untuk memproses pemakaman untuk Bram, tentu saja Yustaf yang menjadi keluarga Bram satu-satunya harus hadir dalam pemakaman tersebut.
Dan Marisha pun di percayakan kepada Dokter Mario dan Bibi Mery dalam proses oprasinya.
Tentu saja dengan penjagaan yang sangat amat ketat oleh orang-orang yang terpercaya oleh Yustaf dan Yunus.
Semua anggota kelompok King Knight hadir dalam pemakaman Bram. Dan tentu orang-orang yang berkerja di kantor Bram juga hadir semua.
Setelah beberapa saat proses pemakaman pun selesai Yustaf pun terburu-buru untuk pulang melihat kondisi putrinya. Saat tiba di kediamannya, Yustaf masih belum melihat Dokter Mario keluar dari ruangannya.
Bibi Mery masih setia menunggu Marisha di depan pintu.
"Mery apa Dokter Mario masib belum selesai?" tanya Yustaf.
"Belum tuan, Dokter Mario masih di dalam." jawab Mery.
"Apakah ada kendala saat oprasi berjalan?" tanya Yustaf.
"Dokter Mario hanya bilang kalau kondisi nyonya Marisha sangat lemah tuan " jawab Mery.
Setelah Yustaf dan orang-orang yang berada di kediaman menunggu dengan lama dan cemas, akhirnya terdengar tangisan seorang bayi dari dalam ruangan.
Mario menyuruh seorang suster untuk menyiapkan bayi tersebut dan suster lainya membantunya untuk merawat Marisha.
Bayi kecil itu pun akhirnya siap untuk bertemu dengan para keluarga yang menantinya.
"Tuan Yustaf selamat bidadari yang sangat cantik hadir dalam keluarga anda," kata suster yang membawa bayi Marisha keluar.
Yustaf yang melihat bayi mungil itu tak percaya bahwa ada kehidupan baru yang hadir setelah kepergian yang amat sangat menyedihkan.
"Tuan cucu anda sangat cantik dan lucu, apa saya boleh menggendongnyal." suara Mery memecahkan lamunan Yustaf.
"Dia cucuku, harus aku dulu yang menggendongnya." suara Yustaf sedikit tak terima jika mery menggendong cucunya terlebih dulu.
"Baiklah saya mengerti tuan." kata Mery sedikit kecewa.
"Tapi tuan kira-kira sudah ada nama untuk nona kecil belum?" tanya Mery.
"Oh iya, aku belum menyiapkan nama yang cocok untuk bidadari kecilku." kata Yustaf.
"Aku akan memikirkanya pelan-pelan,"tambah Yustaf.
Selang beberapa saat Dokter Mario pun keluar dari ruangan Marisha.
"Mario bagaimana kondisi putriku saat ini?" tanya Yustaf.
"Kondisi nona Marisha saat ini masih kritis akibat syok yang ia alami dan juga sepertinya nona Marisha sendiri enggan untuk bangun."kata Dokter Mario menjelaskan.
"Apakah putriku akan baik-baik saja?" tanya Yustaf lagi.
"Saya akan mengusahakan yang terbaik agar nona Marisha sadar kembali." jelas Dokter Mario.
"Baiklah, terima kasih kamu sudah sangat membantuku, istirahatlah terlebih dahulu."kata Yustaf.
"Tuan Yustaf tidak perlu berterima kasih itu sudah menjadi tugasku dan balas budiku kepada anda."kata Mario.
Yustaf hanya tersenyum menanggapi ucapan Mario, hatinya masih di penuhi dengan rasa yang bercampur aduk, antara sedih,terluka dan bahagia.
"**A**ku tidak akan memaafkan orang-orang yang membuatmu kehilangan ayahmu dan membuat ibumu terbaring sakit, kakek berjanji Nak." batin Yustaf dalam hati sambil memandang cucunya dengan sangat iba.
.
.
.
.
.
Like,coment n vote sangat membantu ya tman🙏🙏😊😊
selalu tunggu part selanjutnya ya, terimakasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Atika Mustika
Semangat
2021-01-27
0
IG harumini_12
Like 3 dari CUKUP! AKU DAN ANAKKU
2021-01-06
0
miyungg
like3❤️
2020-12-29
0