Pertandingan 2

Suci istirahat sebentar sambil mengobrol bersama Sandra dan Riki.

"Kamu perlu sesuatu?" Tanya Sandra.

"Tidak, aku hanya butuh istirahat untuk memulihkan tenaga sebentar." Ucap Suci.

"Sini." Ucap Riki menyuruh Suci untuk berbaring di kakinya yang sudah ia alasi dengan tas.

Suci pun menurut ia merebahkan kepalanya di atas kaki Riki, Riki menagmbil kipas dan mengipasi Suci.

"Kalian berdua sangat serasi ya kalau diperhatikan." Ucap Sandra.

"Ya bagus kalau kami serasi, dari pada kamu belum dapat yang pasti." Ucap Riki.

"Yak, kamu ini, teganya sebenarnya aku ini sahabat mu atau musuh mu sih." Ucap Sandra yang pura-pura kesal.

"Astaga, sudah cukup, aku ingin istirahat." Ucap Suci sambil terkekeh.

"Iya, iya, istirahat lah." Ucap Riki.

Riki terlihat telaten mengipasi Suci, dia bahkan mengelap keringat yang ada diwajah Suci dengan tissu.

.

.

.

Setelah dirasa cukup Suci pun duduk dan merenggangkan ototnya, masih ada waktu sekitar 10 menit untuk persiapan.

"Yasudah aku kesana dulu ya, mau siap-siap." Ucap Suci.

"Iya, semangat."

.

.

Babak semifinal pun dimulai, Suci sudah bersiap, dan jika melihat lawannya kali ini, sepertinya peluang menang cukup besar.

"Main santai saja nanti." Ucap beum Nisa.

"Yang penting poin, dan jangan ngasih badan." Lanjutnya.

"Iya beum." Jawab Suci.

"Itu kaki bagaimana? Masih sakit?" Tanya beum Nisa.

"Lumayan, tapi sudah tidak separah tadi." Ucap Suci.

"Yasudah main aman dulu saja ya." Saran beum Nisa.

"Baik beum." Jawab Suci.

Dan benar saja, kali ini lawan Suci di semifinal justru lebih mudah dari yang tadi, tidak butuh waktu lama suci sudah memenangkan pertandingan dengan telak, dengan skor 60:1.

"Wuhuu, selamat, tinggal final." Ucap Zidan sambil mengusap rambut Suci.

"Iya dong." Jawab Suci.

"Awas kaki mu, hati-hati nanti, istirahat dulu, lepas peralatannya dulu." Ucap beum Nisa.

"Iya beum, semangat Dan." Ucap Suci menyemangati Zidan.

"Siap bu bos." Balas Zidan.

"Aku lepas ini dulu ya." Ucap Suci sambil menunjuk body protector yng masih ia pakai.

"Iya, jangan lupa nonton." Ucap Zidan.

"Sip."Jawab Suci lalu pergi dari arena.

.

.

.

Setelah melepas perlengkapan suci kemabli ketempat Sandra.

"Yeay, satu babak lagi, semoga menang." Ucap Sandra.

"Mama beneran takut liat kamu main tadi, mama kira bakal cedera lagi." Ucap mama Sandra.

"Tidak kok ma, tadi kan nci hati-hati." Ucap Suci.

"Kaki mu bagaimana?" atanya Riki.

"Enggak terlalu sakit lagi." Tawab Suci.

"Ini minum lah dulu." Riki memberikan minuman pada Suci.

"Terimakasih." Ucap Suci sambil mengambil minuman itu.

"Yasudah aku mau nonton Zidan tanding dulu." Ucap Suci.

"Kalian mau ikut?" Tanya Suci.

"Iya, aku mau lihat Zidan tanding." Ucap Sandra. Lalu mereka pun pergi untuk menonton diikuti oleh Riki.

"Zidannn semangatttt." Teriak Suci saat melihat Zidan sudah dilapangan.

"Go Zidan go Zidan go." Teriak supporter club samudra.

"Zidannn wee lovee youu." Teriak Suci lagi.

Seketika tempat itu sangat ramai, Suci bagaikan pemandu yang memandu semua supporter samudra untuk menyemangati Zidan.

Zidan yang melihat Suci pun tersenyum lembut dan melambaikan tangannya.

"Woahhh" Soarakan semua orang.

Bahakan yang bukan tergabung dalam club samudra pun menyemangati Zidan, alasannya sudah pasti karena Zidan tampan.

"SAMUDRA DI DADA ZIDAN DI HATI." Teriak anggota club samudra.

Zidan pun bertanding dengan baik, bahkan sesi penyisihan ini di babat dengan nilai 60:0, dia tidak membiarkan musuhnya mendapatkan nilai bahkan 1 poin pun.

Saat Zidan sudah keluar dari arena pertandingan Suci pun menghampirinya.

"Woahh bukan lagi, keren banget sumpah." Puji Suci.

"Makasih sudah dukung, ini semua berkat kalian, dan lagi masih 3 babak lagi." Ucap Zidan.

"Pasti bisa, yakin dan usaha." Ucap Suci.

Lalu mereka pun duduk di tempat club mereka.

Sandra dan Riki tidak mengikuti Suci karena mereka tidak kenal dengan orang-orang yang ada disekitar Suci ini.

"Kaki mu bagaimana?" Tanya Zidan.

"Masih sakit, bahkan lebih sakit dari waktu awal tadi." Keluh Suci.

"Mana coba lihat." Ucap Zidan.

Suci pun memperlihatkan pergelangan kakinya yang sudah membengkak, dan beberapa daerah di kakinya yang berwarna balu.

"Astagfirullah Ci, kamu main bagaimna sih tadi, kenapa bisa jadi separah ini." Omel Zidan pada Suci.

"Mana aku tau, aku hanya menendang saja, dan ternyata waktu sudah selesai, jadi begini." Ucap Suci.

Zidan yang merasa sikap Suci itu lucu pun hanya mencubit pipi Suci.

"Akh.. Sakit." Keluh Suci.

Setelah itu Suci menemani Zidan istirahat.

Suci dan Zidan memang seperti itu, Suci sudah menganggap Zidan sebagai sahabat terbaiknya, tapi dia tidak tau seperti apa Zidan menganggapnya.

Terkadang hubungan mereka bisa deket seperti kakak adik, terkadang bisa romantis seperti orang pacaran.

Bukan tanpa alasan mereka begitu dekat, Suci yang sudah sejak kelas 2 smp ikut bela diri taekwondo dan masuk di dojang yang sama dengan Zidan membuat keduanya akrab sampai sekarang.

"Suci nanti di final lakukan sebisanya saja, sabeum tau kalau kaki kamu sudah sakit, kamu tidak akan bisa main maksimal." Ucap sabeum Nisa.

Sudah lama mengenal Suci, beum Nisa tau betul kondisi Suci jika sudah mengalami cedera di pergelangan kakinya, jika dia paksa maka cederanya akan semakin parah.

Dulu pernah Suci terlalu memaksa kakinya, dan hasilnya memarnya tambah parah.

"Iya beum, tidak akan terlalu aku paksa." Ucap Suci.

"Omdo, nanti juga kamu paksa." Ucap beum Nisa.

"Kan sakit kalau kalah sudah terluka parah seperti ini beum." Balas Suci sambil terkekeh.

"Dasar kamu ya." Ucap beum Nisa.

Setelah itu beum Nisa pun memijat pelan pergelangan kaki Suci yang sudah terlihat membengkak itu.

.

.

.

"2 kali pertandingan lagi habis itu kak Suci main." Ucap salah satu junior Suci.

"Suci di sudut apa?" Tanya beum Nisa.

"Sudut merah beum." Jawab junior itu.

"Oke." Ucap beum Nisa.

Setelah itu Suci pun siap-siap dan menggunakan semua perlengkapan, setelah itu dia dan sabeum nisa masuk ke ruang tunggu, Zidan juga ikut, dia bilang dia ingin menyemangati Suci dari dekat.

.

.

"Semangat." Ucap Riki saat Suci berjalan di depannya.

"Siap pak bos." Balas Suci.

Lalu kembali berjalan menuju ruang tunggu.

"Jangan gugup." Ucap Zidan saat mereka sudah mengantri.

"Iya." Balas Suci.

"Lakukan yang terbaik, kamu hebat, kamu harus percaya itu." Ucap Zidan menyemangati.

Suci hanya mengangguk tanda paham.

"Baiklah babak semi final junior putri under 52, disudut biru Arina dari PN dan disudut merah ada Suci dari samudra." Ucap panita pemanggilan.

Suci pun masuk ke lapangan bersama sabeum Nisa.

"Santai, kamu bisa, sabeum percaya." Ucap beum Nisa.

"Iya beum." Ucap Suci.

"SUCI SEMANGAT SUCI PASTI BISA."

"GO MERAH GO MERAH GO."

"SAMUDRA DI DADA SUCI JUARA."

begitulah teriakan dari supporter samudra club dan orang-orang yang mendukung Suci.

Pertandingan pun dimulai.

Diawal pertandingan kedua pihak sepertinya imbanh, sama-sama sudah mengalami cidera membuat kedua pemain itu mencoba menjaga jarak aman.

Posisi poin nilai seimbang sampai akhirnya dwi chagi yang arina keluarkan telak mengenai bagian sekitar dada Suci yang membuat Suci terduduk dan mengatur nafasnya.

"Suci!"

"Akh."

Teriak beum Nisa, Zidan dan supporter lainnya.

"Masih kuat?" Tanya wasit.

Wasit pun mulai menghitung, jika sampai hitungan selesai dan Suci belum berdiri maka dia dianggap kalah.

"Hana, dul, set, net, daseot, yeosot, ilgob, yeodolb.." Hitungannya belum genap sepuluh Suci akhirnya berdiri dari duduknya, seketika wajahnya terlihat pucat pasih.

Beum nisa yang melihat itu sangat khawatir, apalagi Zidan yang sedari tadi mendengar keluh Suci.

"Suci sudah jangan dipaksa." Teriak beum Nisa.

"Oke, oke." Ucap wasit.

"Iya." Balas Suci.

"Oke!" Ucap wasit lagi.

"Suci teriak!" Ucap beum Nisa yang saat ini sudah sudah menerima keputusan Suci untuk lanjut.

"Hah!" Teriak Suci, yang sontak membuat semua penonton bertepuk tangan.

Bukan tanpa alasan mereka memberi tepuk tangan pada Suci. Kondisi Suci saat ini benar-benar sudah seperti kalah telak, dari cidera pergelangan kaki, sampai sesak nafas, tapi dia masih bisa berdiri dan melanjutkan pertandingan.

.

.

"Sijak." Ucap wasit.

Pertandingan pun di lanjutkan, Suci yang awalnya bermain santai sepertinya sekarang mulai menunjukan keganasannya lagi.

Suci adalah tipe orang yang tidak bisa dipancing, jika di pancing, apalagi samlai di lukai seperti tadi, dia akan membalas.

"Main teknik, jangan gegabah." Ucap beum Nisa.

"Ayo Ci bisa yok bisa." Ucap Zidan menyemangati.

Sepertinya dwi chagi telak tadi membuat singa didalam diri Suci bangun, dia bermain menggunakan power dan juga kecepatan, nyawanya seperti terkumpul kembali.

Beberapa kali poin dolyeo Suci masuk bahkan tendangan perut yang di gencarkan Arina di balas Suci dengan balchagi.

Teott...

Bunyi tanda babak pertama usai dan diberi waktu 30 detik untuk istirahat.

"Mainnya santai, jangan ngabisin tenaga kamu, kamu sudah sampai batas maksimal, kamu paksa bisa drop kamu, poin kamu sudah unggul." Ucap beum Nisa.

Suci hanya mengangguk, jujur saat ini kepalanya sudah pusing karena tadi, dia bahkan susah mencerna masukan dari beum Nisa.

"Suci dengar, kamu bisa, kamu bisa, kamu bisa, jangan sampai drop, you're the best fighter." Ucap Zidan.

Waktu istirahat pun selesai. Kedua pemain kembali bertanding. Keduanya sudah terlihat lelah, tapi demi podium satu, dan nama club masing-masing mereka berjuang.

Mereka mengeluarkan semua teknik dan taktik yang mereka bisa, walaupun poin Suci saat ini lebih unggul, tapi bukan tidak mungkin bisa tersusul oleh lawannya, mengingat kondisi Suci saat ini benar-benar sudah parah, bahkan nafasnya pun sudah susah.

Berulang kali Suci meminta alat bantu pernafasan.

Para pendukung yang melihat kondisi Suci pun hanya bisa berdosa supaya usaha yang Suci lakukan tidak sia-sia.

20 detik terakhir, sepertinya Arina dengan sekuat tenaga mengincar poin yang hanya selisih 3, sementara Suci masih bertahan, di detik terakhir.

Boom, dwi chagi Arina masuk, bersamaan dengan dwi hyurigi yang Suci keluarkan, yang merupakan senjata andalan suci di setiap akhir babak.

Penonton masih bingung, apakah nilai Suci masuk atau tidak, karena tadi tidak lama setelah tendangan Suci masuk bel tanda pertandingan usai berbunyi.

Semua orang panik menunggu hasil dari cctv pertandingan. Karena jika poin Suci tidak masuk maka Arina lah yang menang.

Suci membungkukan badannya mencoba bernafas dengan stabil, karena kontrol pernafasannya hilang.

Beum nisa sudah ingin membawa Suci keluar dari lapangan dan memberinya pengobatan, tapi mereka masih menunggu hasil, Suci sudah pasrah, begitupun yang lainnya, tapi ternyata.

"Hong 5 poin." Ucap wasit.

Dan pertandingan final junior putri under 52 dimenangkan oleh Suci dari club samudra.

Seketika Suci langsung terduduk lemas dia bahagia.

Beum nisa yang melihat kondisi Suci langsung memapah Suci keluar arena lapangan.

Zidan yang sedari tadi ada disana langsung berjalan menuju kearah beum nisa dan Suci.

"Sini naik." Ucap Zidan sambil berjongkok hendak mendukung Suci.

Suci pun diam dan hanya naik, karena jujur kakinya sangat lemas hanya untuk berjalan.

Zidan hendak mengantar Suci kembali ke rombongan, tapi Suci bialng dia ingin berkumpul di tempat sandra.

"Turunin disini aja nak." Ucap mama sandra yang khawatir dengan Suci.

"Astagfirullah Ci, kamu ini terlalu maksain." Ucap mama Riki yang mengomel.

"Lihat ini kaki sudah seperti kaki gajah memarnya." Omel mama Sandra lagi.

"Sudah, dia sedang lelah, jangan di ganggu dulu, biarkan dia istirahat dulu." Ucap papa Sandra.

"Ci ini pakai dulu." Ucap beum Nisa membawa alat bantu pernafasan.

Suci pun hanya menurut dan memakainya, berulang kali dia mengambil nafas panjang dan membuangnya.

"Makasih sudah berjuangan dengan hebat." Puji beum Nisa sambil mengusap kepala Suci.

Beum Nisa memang terkenal sangat, tapi sebenarnya dia adalah orang yang lembut dan perhatian ke sumua muridnya.

"Iya beum." Ucap Suci, Suci juga sangat senang saat ini, dia berhasil menang.

"Dan, coba ambil hot in cream, ini kaki dia kalau tidak di kasih obat sama di urut sedikit bisa lama sembuhnya." Ucap beum Nisa.

"Baik beum." Zidan pun pergi mengambil hot in cream, jarak yang tidak terlalu jauh membuatnya cepat kembali.

"Ini beum." Ucap Zidan.

Beum Nisa mengambilnya dan mulai mengoleskannya ke pergelangan kaki Suci yang sudah bengkak.

"Kamu jadi coach dulu dan, sabeum mau ngurus ni anak satu." Ucap beum Nisa.

"Oke beum, aku tinggal dulu." Ucap Zidan pada Suci. Suci hanya mengangguk, otaknya masih blank saat ini.

"Akh!" Pekik Suci saat beum nisa mengurut kakinya.

"Beum sakit beum, beum, akh, akh!" pekik Suci saat beum nisa mencari urat kakinya yang tegang.

"Tahan, ini kamu sendiri yang mencari penyakit." Ucap beum Nisa.

Riki, sandra dan orang tua mereka yang ada disana hanya bisa melihat Suci yang berteriak kesakitan karena di urut.

"Mangkanya jangan sampai memar kalau tanding." Ucap Sandra.

Suci hanya diam, dia mencoba menahan sakit saat beum nisa mengurut pergelangan kakinya, dia bahkan sampai menangis karena terlalu sakit.

"Beum, beum sudah beum, akh!" Rintih Suci.

"Sebentar, ini tinggal ngebalikin uratnya saja." Ucap beum Nisa.

"Pejamin mata kamu." Lanjutnya.

Suci pun memejamkan matanya dan

Krek!

"Akhhhh." Pekik Suci saat suara tulang terdengar dari kakinya, yang diurut oleh beum nisa.

Jujur itu sudah tidak terlalu sakit, tapi maish ada rasa sakitnya.

"Nah sudah, sudah enakan kan." Ucap beum Nisa.

"Iya beum, makasih beum." Ucap Suci yamg masih menangis karena sakit.

"Yasudah sabeum kesana dulu, kamu istirahat saja." Ucap beum Nisa.

"Oke beum." Balas Suci, setelah itu beum Nisa pun kembali ke lapangan untuk mengcoach lagi.

Terpopuler

Comments

@_M.B.U.L••••}{}-----

@_M.B.U.L••••}{}-----

like

2020-12-23

1

☘️⃟🆑Zaza

☘️⃟🆑Zaza

¢ємαηgαттт, ʝαη ℓυρα ραʝαкnya🏃😎👌💰💸

2020-12-23

1

Ci

Ci

Nyes mak, 😭😭😭

2020-12-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!