Hari ini Suci bangun lebih awal dari biasanya.
Dia melakukan pemanasan perenggangan otot kaki dan lengannya.
Suci sudah terbiasa latihan sendiri, karena biasanya dia sibuk disekolah dan tidak sempat untuk pergi ke dojang (tempat latihan dalam bahasa korea) sehingga sabeum (panggilan untuk pelatih dalam bahasa korea)nya menyuruh Suci untuk latihan di sendiri di rumah.
Hanya beberapa teknik yang Suci pelajari dan asah lebih dalam lagi, seperti balchagi, deolyochagi, dan dwi chagi.
Sembari melatih tendangan dia juga melatih kuda-kuda dan pukulannya. Dengan berat badan yang selalu under membuat Suci lebih mengasah kecepatnnya.
Setelah dirasa cukup Suci pun menghentikan latihannya. Dia beristirahat sebentar dan setelah itu mandi dan bersiap-siap untuk sholat subuh.
Setelah semua kegiatan selesai Suci kembali masuk kedalam kamar dan mengambil ponselnya dan menelpon ibunya.
"Assalamualaikum halo bu."
"Waalaikumsalam, halo juga sayang."
"Ibu sedang apa?"
"Ibu baru selesai sholat, Nci sudah sholat?"
"Sudah bu, baru saja selesai, Nci juga tadi sudah latihan."
"Bagus, semangat ya sayang, lakukan yang tebaik ya, kalaupun kalah jangan putus semangat."
"Iya bu, doain nci ya, semoga bisa menang."
"Aamiin, iya sayang semangat ya."
"Iya bu, ya sudah nci siap-siap dulu ya."
"Iya sayang, bye sayang assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, bye bu, love you."
"Love you to."
Panggilan pun berakhir, Suci melihat jam dan ternyata masih jam 5 lewat 20 menit.
Suci menyiapkan semua persiapan yang akan dia gunakan dan bawa untuk pertandingan nanti, setelah selesai Suci melihat kembali jam dan ternyata masih jam 6 kurang.
Suci pun memanfaatkan waktu untuk istirahat kembali, dan dia memasang alarm jam 7 pagi.
.
.
.
.
Saat ini Suci sudah siap, Suci Masih menggunakan kaos hitam dan celana traningnya, tak lupa sepatu kats dan tas dukung yang sudah terisi dengan semua keperluan yang nantinya akan dia gunakan.
Tak lama Sandra pun datang bersama kedua orang tuanya.
"Cik, sudah siap?" Tanya Sandra.
"Sudah, ayo." Ucap Suci.
"Pagi sayang." Ucap mama Sandra ramah pada Suci.
"Pagi juga ma, pagi pa." Balas Suci.
"Pagi sayang." Balas papa Sandra.
"Sudah siap semua?
"Sudah pa."
"Baiklah berangkat." Ucap papa sLSandra.
"Nci sudah sarapan?" Tanya mama Sandra.
"Sudah tadi ma, Nci sengaja sarapan sedikit, soalnya nanti takut kekenyangan." Ucap Suci sambil terkekeh.
"Baiklah, mama juga sudah menyiapkan bekal untuk nci, jadi Nci fokus saja nanti ya, semangat." Ucap mama Sandra.
"Baik ma, Nci pasti akan berusaha semaksimal mungkin." Ucap Suci penuh dengan semangat.
Setelah cukup lama diperjalanan akhirnya mereka pun sampai di tempat pertandingan.
Mereka turun dari mobil dan segera masuk ke dalam tempat pertandingan. Suci langsung minta izin untuk berkumpul dengan timnya.
"Pa, ma Ci gabung kesana dulu ya." Ucap Suci.
"Iya sayang." Balas mereka.
Suci pun segera pergi menuju tempat timnya berkumpul.
"Ini pertama kalianya kuta datang ke pertandingan Suci ya kan ma." Ucap papa Sandra.
"Iya, mama tidak sabar melihat dia tanding." Balas mama Sandra dengan penuh antusias.
Sandra yang melihat itu pun sedikit terkekeh, pasalnya Sandra yang sudah terbiasa melihat Suci bertanding tau betul seperti apa ganas dan bringasnya Suci di lapangan, semua image manis tentang Suci hilang saat sudah di lapangan.
"Pesan ku, nanti kalian jangan teriak-teriak jika Suci kena tendang atau pukul." Ucap Sandra mengingatkan, karena jujur waktu pertama kali dia menonton pertandingan Suci, dia sampai marah pada orang yang menendang Suci.
"Tenang saja, kami tidak norak." Ucap orang tua Sandra. Sandra yang mendengar itupun hanya tersenyum mengejek.
.
.
"Kamu sudah latihan tadi?" Tanya sabeum Suci yang bernama Anisa.
"Sudah beum, tapi tadi sebelum sholat subuh." Ucap Suci jujur.
"Yasudah, kamu kan masih punya waktu cukup banyak, nanti latihan lagi dengan Zidan."
"Oke beum." Balas Suci.
Zidan adalah asisten sabeum Nisa, Zidan dan Suci juga cukup dekat, bahkan di club ini mereka adalah pasangan yang sering di jodoh-jodohkan.
Saat ini semua tim sedang bersiap untuk pembukaan, Suci pun sudah mengganti bajunya. Riki dan ibunya pun juga sudah datang.
Setelah pembukaan selesai makan acara pertandingan pun langsung dimulai. Gedung ini pun sekarang ramai oleh suara sorakan penonton dan pendukung clubmya masing-masing.
.
.
"Nci masih lama?" Tanya mama Sandra.
"Iya ma, paling sekitaran jam 10." Ucap Suci.
"Baiklah, semangat sayang." Ucap ibu Sandra lagi.
"Baik ma, eh tante, sudah lama datangnya?" Tanya Suci pada ibu Riki.
"Belum terlalu lama sayang, semangat ya nanti tandingnya." Ucap ibu Riki.
"Siap tante." Ucap Suci.
"Yasudah suci kesana dulu ya, mau latihan lagi." Ucap Suci.
"Iya." Ucap mereka berbarengan.
.
.
.
"Kau sudah pemanasan?" Tanya Zidan.
"Sudah tadi, tapi sepertinya belum cukup." Ucap Suci.
"Oke kita pemanasan lagi." Ucap Zidan.
Suci dan Zidan pun akhirnya melakukan pemanasan bersama.
Setelah itu Zidan membantu Suci untuk berlatih tendangan, Zidan memegang target dan memeberi aba-aba pada Suci.
Kebiasaan Suci dan Zidan ketika mereka memegang target dan yang menendang lambat adalah mendapat pukulan dilengannya. Dan bisa dilihat disini Suci sudah beberapa kali di pukul dengan target oleh Zidan.
"oke tendangan terakhir." Ucap Zidan.
"Junbi, ha." Ucap Zidan memberi aba-aba, dan puk, tendangan Suci malah mengenai tangan Zidan.
"Akh." Pekik Zidan.
"Ya ampun dan, maaf-maaf." Ucap Suci sambil tertawa.
"Dasar, sakit tau." Rengek Zidan.
Hanya Suci lah yang bisa melihat sifat asli Zidan, karena jika didepan yang lain, Zidan hanya akan menunjukan sifat coolnya.
"Yakan tidak sengaja." Ucap Suci.
"Mana sini lihat tangan kamu." Lanjut Suci sambil memegang tangan Zidan yang terkena tendangannya tadi.
Suci pun memegang tangan Zidan dan mengusapnya lembut sambil mengatakan maaf, dan menyalahkan Zidan kenapa memberi target yang terlalu tinggi.
"Kamu sudah menendang tangan ku dan kamu masih menyalahkan ku!" Ucap Zidan.
"Bercanda-bercanda, maaf iy maaf." Ucap Suci lagi.
Setelah insiden itu pun, Suci kembali ketempat Sandra.
"Kapan kamu tanding?" Tanya Riki.
"Sebentar lagi." Jawab Suci.
"Butuh sesuatu?" Tanya Riki lagi.
"Tidak ada, sepertinya sudah semua." Tawab Suci.
Suci pun menyiapkan diri dan menuju ke kursi tunggu, ditemani dengan sabeum Nisa dan Zidan.
"Jangan gerogi, santai aja, anggap ini latihan." Ucap beum Nisa.
"Iya beum, Suci gak gerogi kok." Balas Suci.
"Awas saja kalau sampai tidak main maksimal, tangan ku sudah jadi tumbal tadi." Ucap Zidan.
"Siap pak bos." Balas Suci.
"Sini duduk dibawah." Suruh Zidan pada suci. Suci pun menurut dan duduk di bawah di depan kursi Zidan. Zidan melakukan pijatan ringan di pundak Suci agar Suci sedikit rileks.
"Sepertinya kamu harus ubah profesi." Ucap Suci sambil terkekeh.
"Yah, nanti kamu akan jadi pelanggan setia ku." Balas Zidan. Lalu kemudian mereka tertawa.
Sabeum anisa yang memang tau kedekatan Suci dan Zidan hanya diam saja. Sebenarnya beum nisa sudah tau kalau Zidan menyukai Suci, karena sikap yang Zidan tujukan pada orang lain dan pada Suci sangat jauh berbeda, tapi mungkin Zidan malu untuk mengakui perasaannya, dan lagi pula dalam club ini ada larangan untuk pacaran sesama atlit, jadi mungkin itu juga menjadi alasan kenapa Zidan tidak menyatakan perasaannya pada Suci.
.
.
.
Disisi lain Riki dan Sandra yang sedari tadi memperhatikan Suci terkekeh melihat kedekan Suci dan Zidan.
Apalagi Riki, Riki selama ini mengira hanya dia yang bisa dekat dengan Suci, ternyata ada orang lain.
"Sepertinya mereka sangat dekat." Celetuk Riki. Sandra yang mendengar itu pun melihat kearah Riki, bukan tanpa sebab, sudah lama mengenal Riki, dia tau betul sifat Riki, jika sudah begini tandanya...
"Kau cemburu?" Tanya Sandra.
"Cemburu, mana ada." Elak Riki.
"Mereka hanya teman, tapi bukan berarti hubungan mereka tidak bisa lebih dari teman." Ucap Sandra memancing Riki. Riki yang mendengar itu pun menoleh kearah Sandra.
"Dia bebas memilih." Ucap Riki.
"Kau tidak mau jadi salah satu orang yang masuk dalam pilihannya?" Tanya Sandra mencoba menggali seberapa besar Riki menyukai Suci.
"Tidak, bagi ku dia selalu ada disamping ku saja sudah cukup." Ucap Riki.
"Kau sangat menyukai Suci ternyata, sejak kapan?" Tanya Sandra.
Riki yang baru tersadar bahwa sedari tadi Sandra memancingnya pun terdiam.
"Sudahlah jangan dibahas." Ucap Riki.
"Tidak, ini harus dibahas, aku akan lebih tenang jika Suci bersama orang yang sudah kenal." Ucap Sandra.
"Lihat lah dia, dia terlihat kuat, hanya orang yang benar-benar kenal dengannya yang tau serapuh apa Suci." Lanjut Sandra.
Benar hanya orang terdekat Suci lah yang tau seberapa tebal topeng yang Suci pasang selama ini. Suci selalu berhasil menampakan wajah bahagianya dan menghibur semua orang.
"Jika kau menyukainya, tidak ada salahnya untuk mencoba bukan." Ucap Sandra lagi.
Riki memandang Sandra dan terdiam.
Baiklah babak selanjutnya di sudut biru ada Suci dari club samudra dan di sudut merah ada Rina dari club tiger's.
"Sudah mulai pa, ayo lihat-lihat." Ucap mama Sandra yang membuat Sandra dan Riki tersadar dari pembahasan mereka.
Suci dan beum Nisa pun masuk ke area pertandingan. Dan mulai lah terdengar sorakan pendukung Suci dan Rina.
(cheryeop, kyeongrek.... Jumbi, sijak)
Pertandingan dimulai.
Suci bermain santai dengan taktik dan teknik yang sudah dia siapkan.
Jump, jump, dan pukh.
Poin pertama Suci dapatkan dari tendangan kearah perut atau momtong deolyochagi dengan nilai 2.
Suci menjaga jarak dari lawannya, hal itu dikarenakan tingginya yang lebih dari lawannya, jika main jarak dekat maka dia akan sulit untuk meluncurkan tendangannya.
.
.
Pertandingan pun dinilai imbang, karena ada perlawanan dari Rina, dan beberapa kali mereka saling menendang kepala masing-masing.
Waktu pertandingan pun hanya tersisa 20 detik, dengan skor imbang yaitu 30:30.
"Suci siap, siap, tahan, lepasin aja." Ucap beum Nisa. Suci mendengarkan masukan dari beum Nisa dengan seksama. Suci tau jika di akhir-akhir seperti ini, jika dia salah langkah maka dia akan kalah.
"Jump suci jump, lihat sela, lihat gerakannya." Lanjut beum Nisa.
10, 9, 8, 7, 6
"Ambil." Teriak beum Nisa dan bom, dwi hurigi pun masuk, dan Rina melakukan tendangan balchagi yang juga mengenai bagian kepala Suci sedikit.
Tetttt, suara yang menandakan pertandingan berakhir dengan skor 35:33.
Suci pun memenangkan pertandingan di babak ini.
"Bagus." Ucap Zidan pada Suci.
"Dan, antar dulu Suci keluar, sabeum mau nge coach yang lain dulu." Suruh beum Nisa.
"Baik beum." Ucap Zidan lalu memapah Suci keluar arena.
.
.
.
"Sayang ya ampun, sini duduk sini duduk." Ucap mama Sandra yang khawatir dengan suci.
"Dia tidak apa-apa ma, itu sudah biasa." Ucap Sandra.
"Kan tadi sudah aku ingatkan jangan lebay." Lanjut Sandra. Yang mendapat pukulan ringan di lengannya oleh sang ibu.
"Aduh, mama sakit." Rintih Sandra.
Dan dihadiahi gelak tawa oleh yang lain.
"Itu kaki gak sakit?" Tanya papa Sandra.
"Enggak pa, sakit dikit aja." Ucap Suci yang tidak ingin membuat yang lain khawatir.
"Yasudah aku kesana dulu ya Ci, mari om tante." Ucap Zidan pamit.
"Iya dan, makasih." Ucap Suci.
Suci pun duduk di tikar yang sudah dibentang oleh mama Riki tadi.
Riki duduk di sebelah Suci.
"Ini yakin tidak sakit?" Tanya Riki saat orang tuanya dan Sandra sedang sibuk yang lain.
"Sakit sih, tapi ya itu kan resiko." Ucap Suci.
"Sini, aku kasih hot in crim." Ucap Riki.
Riki pun mengoleskannya ke kaki Suci yang terlihat mulai membengkak.
"Berapa kali tanding lagi?" Tanya Sandra.
"2 kali lagi, semifinal, kalau menang baru ke final." Ucap Suci.
"Banyak banget Ci, kamu yakin masih sanggup?" Tanya mama Riki.
"Iya tan, under Ci tadi banyak yang ikut, insyaallah sanggup tan." Ucap Suci.
"Jangan dipaksa y sayang." Ucap mama Sandra.
"Iya ma." Jawab Suci.
Jujur para orang tua ini khawatir pada Suci, mereka baru kali ini melihat suci tanding, jadi mereka terkejut melihat betapa ganas dan sangarnya Suci di lapangan.
Suci mengambil ponselnya dan melakukan panggilan video ke ibunya. Tak butuh waktu lama panggilan itu pun diangkat.
"Assalamualaikum bu."
"Assalamualaikum bu." Ucap Riki juga yang saat ini sedang duduk di samping Suci.
"Waalaikumsalam, eh ada nak Riki juga." Ucap ibu Suci.
"Bagaimana sayang? Menang?" Tanya Linda.
"Belum bu, masih 2 kali pertandingan lagi." Ucap Suci.
"Ada cedera?" Tanya Linda.
"Ada di bagain kaki, tapi tidak terlalu parah." Jawab Suci.
"Astagfirullah, main santai, jangan sampai melukai diri sendiri." Ucap ibu Suci.
"Iya bu, tadi itu tidak sengaja, Suci padahal sudah berusaha supaya tidak terjadi miss, tapi masih saja." Ucap Suci.
"Iya iya, nanti lebih hati-hati lagi, ya sudah istirahat dulu kamu, Riki ibu titip Suci ya." Ucap Linda.
"Iya bu, Riki jagain kok." Ucap Riki menurut.
"Yasudah bu, nanti Nci telpon lagi ya, bye bu, assalamualaikum." Ucap Suci.
"Bye bu, assalamualaikum." Kata Riki.
"Iya, waalaikumsalam."
Awalnya ibu Suci Linda tidak setuju Suci ikut bela diri, dia takut itu akan membahayakan Suci, tapi Suci bilang dia menyukai bela diri, sehingga Linda mau tidak mau harus menerima pilihan anaknya.
Prestasi yang Suci dapat pun bukan main-main, karena sejak awal Linda berpesan pada Suci, kalau memang suka tekuni dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada usaha yang mengkhianati hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
☘️⃟🆑HiatuS
udah like bebh........🤪🤪🤪😍😍😍
2020-12-25
1
ηαмιяαα
4 like mendarat beib... yuk next....
2020-12-22
1
@_M.B.U.L••••}{}-----
semangat thor
2020-12-22
1