...Ijab Qobul...
...Dalam suatu hadits, Rasulullah Shallallahu'alaihi WaSallam bersabda:...
..." Hendaklah Kalian menikah supaya jumlah kalian banyak, karena aku akan membanggakan kalian di hadapan umat-umat yang lain di hari kiamat. "...
...( HR. Ibnu Hibban dalam shahinya )...
...Happy Reading...
Waktu berjalan begitu cepat. Hari ini adalah waktu di mana Nafisah akan melepas masa lajang dia dan berganti status menjadi istri Altaf.
Ijab Qabul nya sudah mau di laksanakan Nafisah terduduk dengan riasan natural dan gaun panjang yang berwarna merah senada dengan hijab nya yang menutup dada.
Nafisah tak pernah mengharapkan pernikahan seperti ini, Nafisah selalu memimpikan pernikahan sederhana bersama dengan pria yang tulus menikahi dan mencintainya.
Tetapi ternyata yang ia harapkan sebaliknya, Nafisah hanya mengikuti alur cerita yang di berikan Allah SWT kepadanya. Nafisah percaya bahwa keputusan nya yang terbaik meskipun mungkin hatinya nanti akan sakit atau bahagia ia akan menerimanya.
Nafisah sedih dia di nikahi oleh pria dengan keterpaksaan bahkan tanpa dasar cinta atau tujuan tetapi Nafisah lakukan ini demi menuruti kemauan abi nya untuk terakhir kali nya.
" Fisah, sayang kamu kenapa?. " Tanya bunda
Nafisah di dampingi oleh bunda dan Nisha adiknya Altaf yang baru tadi pagi sampai, ia libur pas hari pernikahan mas nya. Nisha sekolah di salah satu pesantren jawa timur.
" Ah tidak apa-apa bunda hanya saja Nafisah sedang terharu. " Alibi Nafisah.
" Maafkan Fisah sudah berbohong sama bunda."
Mungkin saat ini hati dan mulut Nafisah berkata lain.
" Sayang, bunda bahagia sekali kamu mau menikah dengan Altaf. Jaga dia bimbing dia kejalan allah. Bunda percaya dan yakin kamu bisa membimbing dia ke jalan yang benar, jika kalian bertengkar bicarakan baik-baik karena setiap rumah tangga itu pasti ada pertengkaran. Sayangilah Altaf, bunda tau kalian menikah tanpa dasar cinta tetapi terimalah Altaf dengan hati yang tulus. " Nasihat bunda, Nafisah mengangguk dan memeluk bunda.
" Terima kasih bunda, Fisah bahagia sekali mempunyai keluarga yang baik. Fisah seperti merasakan kembali kasih sayang Ummah, makasih bunda sudah menerima Nafisah di keluarga ini. " mata Nafisah berkaca-kaca.
Tak lama setelah pembacaan ayat suci pernikahan, terdengar suara Altaf yang mengucap kan Ijab Qabul dengan lancar. Air mata Nafisah meminta mengalir saat Altaf mengucap Ijab Qabul.
Sah
Terdengarlah kata sah dari para saksi, Nafisah sudah tak bisa menahan air mata nya. Apakah ia bisa bahagia bersama Altaf yang tidak mencintai nya. Apalagi Altaf sudah memiliki kekasih yang sangat ia cintai.
" Ayo sayang kita temui suamimu. " Ucap bunda.
Suami
Kata yang tak pernah terbayangkan dalam benak Nafisah, dengan kehendak allah dia sudah menjadi kekasih halal bagi Altaf yang sudah halal untuknya. Altaf pria yang sudah mengucapkan Ijab Qabul barusan.
Nafisah mengangguk mereka pun bangkit dan berjalan menuruni tangga. Hati Nafisah sedih di saat hari bahagia dia abi dan ummah nya tidak menemani nya.
Nafisah duduk di samping Altaf yang sudah sah menjadi suami nya. Nafisah dan Altaf di suruh menandatangani surat pernikahannya.
Nafisah menyalami tangan Altaf dan Altaf mencium dahi Nafisah untuk pertama kalinya setelah pertukaran cincin.
Selesai Ijab Qabul di lanjutkan dengan resepsi yang cukup megah bak ratu sehari. Dekorasinya begitu indah membuat Nafisah terharu.
Kedua sepasang kekasih sedang terduduk di pelaminan, Nafisah hanya bisa tersenyum menyambut para tamu yang berdatangan dan mengucapkan selamat tetapi lain untuk dengan Altaf yang hanya menunjukkan wajah datar nya.
Altaf hanya memperhatikan seorang wanita yang sedang tersenyum melihat mereka.
" Sayang maafkan aku. " ucap Altaf dalam hati.
...•••...
" Bunda ayah, Altaf pamit. Assalamualaikum. " Pamit Altaf menyalami tangan kedua orang tuanya di ikuti Nafisah.
Bunda memeluk Nafisah dan mencium dahinya sayang, mata Nafisah sudah berkaca-kaca ia merindukan sosok orang tua. Nafisah sangat bersyukur memiliki mertua yang sangat baik kepadanya tak lupa mereka mendengar nasihat kedua paruh baya itu.
" Mba Nafisah, Nisha bakalan rindu sama mba." Nisha adiknya Altaf memeluk Nafisah dengan sayang.
" Jangan rindu Sha berat biar mba saja." Ucap Nafisah membalas pelukan adik ipar nya.
Bunda dan ayah tersenyum
" Kaya dilan saja mba. " Nisha melepaskan pelukannya lalu terkekeh pelan.
" Tapi siapa yang tidak akan rindu dengan mba, ya kan bun. " Kata Nafisah melihat ke arah bunda nya.
" Ya dong, kami akan merindukan kalian." Bunda menghampiri Nafisah.
" Hehehe bunda bisa saja. "
" Bunda kalau begitu Altaf pamit. " Ucap Altaf lagi karena ia tak suka dengan Nafisah yang sok akrab dengan keluarganya.
Mereka pun menaiki mobil dan melaju kan dengan kecepatan sedang. Mereka akan pergi ke rumah baru yang ayah dan bunda sudah siapkan untuk mereka berdua.
Di sepanjang jalan tak ada yang memulai pembicaraan, suara adzan berkumandang.
" Eum mas sudah mau maghrib apa sebaiknya kita mampir ke masjid terdekat untuk sholat dulu. " Ucap Nafisah memecahkan keheningan.
Altaf tak menjawab ia hanya fokus ke depan tetapi ia berhenti di depan masjid.
Altaf turun dan langsung memasuki masjid lebih dulu. Apakah Nafisah akan mampu menghadapi sika Altaf yang seperti ini. Nafisah turun mengikuti suaminya mereka berpisah saat di depan pintu masjid.
Mereka menjalankan sholat dengan khusyuk.
" Mas aku belum buka puasa, boleh kita singgah di warung sebentar. " Ucap Nafisah tapi lagi dan lagi ucapannya di acuhkan, Altaf malah masuk ke dalam mobil.
" Ayo buruan masuk malah bengong aja, kamu tak mau makan. " Ucap Altaf yang menyadarkan Nafisah dari lamunannya. Nafisah senang akhirnya Altaf bicara juga, Nafisah berjalan sedikit berlari lalu memasuki mobil.
Melihat Altaf berbicara saja sudah membuat Nafisah senang. Altaf memarkirkan mobilnya di sebuah kafe terdekat.
" Kok di kafe aku kan tadi bilang di warung makan sederhana saja enggak apa-apa loh mas." Nafisah menoleh melihat wajah Altaf.
Tak menjawab, Altaf mengacuhkannya lagi. Sudahlah lebih baik ia diam saja percuma juga kan ia bicara. Altaf turun dari mobilnya di ikuti oleh Nafisah.
Lima belas menit kemudian
Nafisah dan Altaf sudah menyelesaikan makanannya.
" Assalamualaikum Al, loh kamu ada di sini juga. " Nafisah dan Altaf menoleh.
Nafisah kaget ia pun menunduk, Altaf tersenyum. Senyuman itu tak pernah sekalipun ia memperlihatkan kepada Nafisah.
" Waalaikumsalam, aku hanya singgah makan saja. " Altaf pun cipika cipiki kepada Tyas. Nafisah kaget ternyata mereka masih menjalani hubungan, Nafisah tak berani jika menasehati Altaf untuk tak menyentuh wanita yang bukan mahram nya. Tapi itu percuma saja ia menasehati Altaf pasti ia akan di acuhkan lagi.
Tyas menggunakan hijab seperti Nafisah ia sangat cantik karena ia blasteran arab dan dia juga baik, pastinya Altaf yang melihat nya akan terpesona.
" Ya allah kuatkan lah hamba mu. " Ucap Nafisah dalam hati.
" Assalamualaikum Nafisah gimana kabarnya." Tyas tersenyum kepada Nafisah, Nafisah membalasnya.
" Waalaikumsalam, alhamdulilah baik mba. " Nafisah mengangguk.
Altaf mempersilahkan Tyas duduk lalu mengobrol di iringi dengan candaan.
Nafisah hanya bisa diam, dia hanya menjadi obat nyamuk saja. Adzan berkumandang Nafisah bersyukur karena ia punya alasan untuk pergi dari sini.
" Mas aku pamit dulu. " Pamit Nafisah lalu bangkit dari duduknya.
" Mau kemana Fisah. " Tanya Tyas
" Aku mau sholat dulu mba memangnya kalian enggak sholat. " basa basi Nafisah.
" Aku lagi libur eum Al kamu enggak sholat. " Tanya Tyas ke Altaf
" Di rumah saja. " Ucap Altaf datar
Nafisah pergi dari tempat itu ia mencari mushola dan ia juga tadi sempat membayar makanan yang ia pesan.
" Mba tyas memang wanita yang baik tapi apakah mba Tasya ada kepikiran untuk merebut mas Al dari ku. " Pikir Nafisah.
Nafisah berusaha menghilangkan pikiran buruk terhadap Tyas.
" Sayang kenapa kamu bisa tersenyum seperti itu kepadanya. " Tanya Altaf kepada Tyas.
" Al, dia wanita baik aku enggak berani menyakiti hatinya. " Ucap Tyas kasihan kepada Nafisah.
" Udah cukup ya Yas, kamu jangan terlalu baik kepadanya dia yang sudah menghancurkan hubungan kita ingat itu. Kenapa kamu malah baik begitu kepadanya. " Tanya Altaf ia bingung dengan Tyas yang selalu ramah kepada Nafisah.
" Al cukup ini bukan salah dia, aku hanya minta satu sama kamu. Adil lah kepada Nafisah dia wanita baik Al, jika aku di posisi Nafisah aku akan tersakiti seperti dia sekarang, dia tak punya siapa-siapa sekarang hanya kamu Al yang dia harapkan. " Ucap Tyas menggenggam tangan Altaf.
" Tapi per___." Ucapan Altaf terpotong oleh Tyas yang menghentikan omongan Altaf.
" Insya allah aku akan jaga dia baik-baik, aku ikhlas Al yang penting kamu bisa adil terhadapnya. Dia istrimu Al dan dia butuh mu Al aku masih ada keluarga yang mengurusku sedangkan dia, dia tak punya siapa-siapa Al. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Me
Tyas berjilbab..tp cipika-cipiki
2021-07-31
0
Yantidianurhasyanti
begitu y seorang muslim memperlakukan istrinya🙈
2021-03-29
1
Marni Nizam
kasian Fisa yg sabar y
2021-03-26
0