...Dan Rabb-mu menyuruh manusia untuk beribadah kepada-Nya dan selalu berbuat baik kepada orang tua. Jika salah satu atau keduanya berusia lanjut maka jangan mengatakan 'Ah' dan membentaknya...
...( Al- Isra’ : 23 )...
...Happy Reading...
Altaf bingung dengan perkataan abi, bukan hanya Altaf saja tetapi kedua wanita yang saat ini sedang berdiri di samping abi.
" Maksud abi. " Tanya Altaf bingung.
" Abi ingin menitipkan Nafisah kepadamu, abi percaya kamu akan menjaga Nafisah sebaik mungkin. Kamu juga enggak akan mengecewakan abi, abi hanya minta satu permintaan nikahilah Nafisah dan bahagiakan dia jan__." Abi tak bisa berucap banyak, abi mulai sesak. Nafisah khawatir.
Tyas menghentikan Nafisah yang mau memanggil dokter, ia memberi tau biar dia saja. Tyas berlari memanggil dokter.
Tyas berlalu pergi, Altaf masih belum bisa mencerna ucapan abi seakan telinga nya itu tak membiarkannya untuk mendengar. Ia khawatir dan ia hanya berdiri sambil menahan air mata nya.
" Hiks abi, abi harus kuat untuk fisah. " Ucap Nafisah menggenggam tangan abi.
" Fisah bantu abi. " Ucap abi lemas
" Bantu apa bi. " Tanya Nafisah sesekali menghapus air mata nya.
" Bantu Abi mengucapkan syahadat. " Ucap abi.
Tangisan Nafisah semakin pecah ia menggeleng bukannya tak mau tapi ia tak suka dengan ucapan abi nya yang seperti siap untuk meninggal.
" Nak bantu Abi. " Mohon abi dengan suara yang menahan kesakitan.
Nafisah menangis membelakangi abi. Altaf yang melihat itu memaklumi. Altaf mencoba membantu abi untuk mengucapkan kalimat itu. Nafisah yang mendengarnya tak tahan air mata nya terus mengalir deras. Walaupun membelakangi abi nya, ia tetap merasakan bagaimana wajah abi nya ketika menahan rasa sakit nya.
" Inna illahi wa inna ilaihi raji'un. "
Mendengar Altaf mengucapkan kalimat itu membuat Nafisah berbalik.
Abi nya pun menutup matanya untuk terakhir kalinya. Nafisah memeluk abi nya dengan tangisan yang pecah. Ternyata mengikhlaskan seseorang yang kita cintai untuk kedua kali nya itu sangat menyakitkan.
Nafisah menangis sejadi-jadinya. Ia menerima apa yang allah berikan tetapi untuk saat ini ia hanya ingin menangis, hanya itu yang Nafisah bisa lakukan.
Menangis, menggenggam tangan abi nya dan memeluk abi nya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Air mata Altaf pun terjatuh ternyata pria yang dia anggap sebagai ayah nya sendiri sudah meninggalkan dunia allah SWT.
Yah, Altaf sudah mengganggap abi nya Nafisah sebagai ayahnya sendiri. Altaf sangat menyayangi abi seperti altaf menyayangi kedua kedua orang tua nya sendiri karena sejak ia kecil yang altaf tau hanya kedua orang tua nya bersahabat baik dengan orang tua nya Nafisah. Jadi baik Altaf dan Nafisah berhubungan baik kepada kedua orang tua mereka masing-masing.
Abi nya Nafisah banyak membantu keluarga Altaf sejak dulu.
" Innalilahi wainailaihi raji'un. " Ucap Nafisah. Nafisah merasa seakan mulut nya tak bisa berucap lagi, kakinya sudah mulai lemas hanya air mata yang mampu ia keluarkan.
" Assalamualaikum. " Salam kedua orang tuanya Altaf. Mereka pun masuk, Bunda nya Altaf menghampiri dan memeluk Nafisah, Nafisah membalas nya karena sekarang Nafisah hanya butuh pundak untuk melepaskan tangis nya.
" Al, kamu harus menuruti ucapan abi nya Nafisah. " Suara ayah cukup membuat Nafisah kaget tetapi mulut nya seperti tak mau berucap sepatah katapun.
Altaf semakin bingung ia pun memijit pelipisnya
" Al kamu dengar ayah, kamu harus turuti kemauan Abi Hermawan. " Ucap Ayah lagi.
" Tapi yah, Altaf enggak bisa yah. " Altaf menatap ayahnya. Ia tak mau menyakiti atau mengecewakan Tyas, sudah hampir tiga tahun mereka menjalani hubungan tak ada masalah yang terjadi.
Kenapa masalah itu datang tanpa di ketahui.
" Kamu enggak boleh nolak, Al. " Ucap ayah tegas.
" Udah ya yah Altaf capek, ayah enggak bisa memaksa Altaf sampai kapan pun Altaf enggak bakal nikahi Nafisah. Altaf tidak mencintainya." Ucap Altaf datar.
" Enggak ada alasan bagimu untuk menolak, ayah tidak suka dengan penolakan. " Ayah meninggikan suaranya.
" Altaf enggak bisa yah, lagian kenapa ayah tidak carikan saja pria lain untuk Nafisah. Masih banyak pria yang lebih baik daripada Altaf, kenapa kehadiran dia masalah jadi muncul. " Altaf meninggikan suaranya dengan menunjuk ke arah Nafisah.
Hati Nafisah seakan sakit. Apa Altaf menganggap masalah yang terjadi karena ulahnya.
Nafisah juga tidak mau menikahi Altaf tetapi ini kemauan abi nya untuk yang terakhir kali nya.
" Cukup ALTAF, pokoknya kamu enggak boleh menolak... ini permintaan ayah. " Ucap ayah lalu berjalan menghampiri abi.
" Ayah Altaf engga bisa. " Ayah menoleh kearah Altaf dengan muka datar.
" Altaf sudah mem__." Ucapan Altaf terpotong saat melihat ke arah pintu, Tyas dan dokter sedang berdiri menatap mereka. Tyas seketika mengeluarkan air matanya dan berlari.
Altaf dengan hati yang sakit dan kakinya yang lemas seakan tak mau bergerak tetapi ia tetap mengejar Tyas.
" Tyas kamu mau ke mana. " Teriak Altaf.
Kelihatannya Tyas menangis, Tyas terus berlari seakan tak mendengar perkataan Altaf.
" Tyas tunggu. " Altaf menggenggam tangan Tyas, ia menghentikan langkah kekasihnya.
" Sayang maafkan aku, aku janji enggak akan menikahi Nafisah. " Altaf memeluk erat Tyas. Tyas tak berbicara, ia hanya terdiam sambil menangis. Kenapa masalah mereka datang saat mereka lagi merasakan kebahagiaan.
" Kamu jangan menangis, kalau kamu menangis aku akan merasa bersalah padamu Tyas. " Ucap Altaf sambil mencium kepala Tyas dengan sayang.
" Al, apakah kamu mencintai ku. " Tanya Tyas, Altaf mengangguk dan tersenyum.
" Turuti ucapan ayahmu. "
Hati Altaf serasa tertusuk. Apa yang dikatakan kekasihnya itu, Altaf menggeleng karena tak pernah terpikirkan olehnya sekalipun untuk menduakan Tyas. Cintanya hanya untuk dua wanita saja, Bunda nya dan Tyas.
" Tidak Al kamu harus turuti orang tua mu, aku ikhlas dengan semuanya. " Tyas menangis dan menunduk, ia berusaha tersenyum tetapi di mata Altaf senyuman itu terpaksa.
" Aku yang tidak akan mau Tyas. " Altaf duduk di kursi dengan perasaan kesal, sedih dan bahagia. Kenapa saat ia ingin memperkenalkan tyas selalu saja ada halangan. Altaf hanya bisa menahan kesedihan, dia tidak mau terlihat lemah di mata kekasihnya.
Sedangkan di lain sisi Nafisah juga sedang menangis, bunda nya Altaf terus mencoba menenangkannya. Ayahnya Altaf sudah mempersiapkan pemakaman dan abi akan segara di bawa pulang langsung dan pemakamannya akan dilaksanakan besok siang.
" Fisah, Nafisah harus sabar jika Nafisah sedih abi mu pasti akan ikut sedih. Maaf atas perkataan bunda ya. " Bunda memeluk Nafisah erat, sudah sejak lama dia menganggap Nafisah sebagai anaknya bahkan dia juga mengharapkan Nafisah agar menjadi menantu nya.
" Bunda, Fisah bingung. Apa yang harus Nafisah lakukan. " Tanya Nafisah.
...•••...
Pemakaman sudah selesai siang tadi. Mata Nafisah sembab ia berusaha ikhlas tetapi hatinya tak tahan untuk menahan kesedihan. Nafisah tak tau harus apa.
" Al, ayah sudah menentukan tanggal dan hari pernikahannya. Besok pernikahan kalian akan di laksanakan. " Ucap Ayah.
Mereka sedang berada di ruangan keluarga. Abi dimakamkan di samping makam Ummah yang berada dekat dengan rumah keluarga Altaf.
Jadi sekarang Nafisah berada di rumah ayah dan bunda nya Altaf di sana juga ada Altaf yang hanya terdiam.
Hari sudah malam sedangkan pemakamannya tadi di laksanakan pada siang hari.
" Baiklah Altaf akan menerimanya. " Ucap Altaf menunduk saat mengucapkan itu. Nafisah tau bahwa ucapan Altaf tadi terpaksa.
" Altaf juga minta maaf sudah berbicara seperti itu kepada ayah. " Altaf pergi dan naik ke lantai atas, Nafisah menatap punggung Altaf yang mulai menjauh.
Maaf itu sungguh dengan hati tulus tetapi saat mengucapkan ia menyetujui pernikahan itu seakan ucapan itu palsu bukan dengan hati yang tulus tetapi ada keterpaksaan yang membuatnya menerima ini semua.
Nafisah juga pamit untuk istirahat di kamar yang sudah bunda dan ayah Altaf siapkan untuknya. Nafisah sudah lelah dan butuh istirahat untuk saat ini, ia hanya bisa diam saat membicarakan soal pernikahan. Karena ini semua permintaan abi nya, ia pun tak bisa apa-apa.
Saat di kamar Nafisah mengunci pintu dan membuka hijab nya. Ia merebahkan tubuhnya dan kembali menangis.
Teringat akan ucapan Altaf yang sepertinya menyalahkan Nafisah atas semua masalah ini, ya mungkin memang gara ia semua nya terjadi tetapi ia berusaha tegar mengikuti alur cerita yang di berikan Allah SWT.
...•••...
Suara adzan berkumandang membangunkan Nafisah dari alam mimpinya. Nafisah mengambil wudhu dan menjalankan sholat subuh tak lupa ia membaca al-qur'an.
Setelah Nafisah selesai bersih-bersih di kamar, ia turun ke bawah.
" Assalamualaikum bunda. " Salam Nafisah saat melihat bunda dan bibi asisten rumah tangga di rumah ini yang sedang asik memasak.
" Waalaikumsalam. " Jawab mereka serentak.
" Non Nafisah sudah bangun. " Ucap bibi tersenyum.
" Ah ya bi. "
Bunda tersenyum kepada Nafisah lalu ia menghampiri Nafisah
" Sayang gimana keadaan mu sudah baikan." Tanya bunda.
" Alhamdulilah bunda, Fisah sudah lebih baikan. " Nafisah membalas senyuman bunda.
Lalu Nafisah pun membantu di dapur, bunda sempat menolak karena mengingat keadaan Nafisah yang belum cukup membaik tetapi Nafisah terus menyakinkan bunda hingga akhirnya bunda menyerah dan membiarkan Nafisah membantunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Siti Fatimah
knp ga nyambung dr cerita awal thor
2022-03-01
0
Irus Syarkia Nur Nur
kisah awal beda
2021-11-05
0
Yantidianurhasyanti
masih bertanya ibu tirinya fisah kemana y
2021-03-29
1