Seorang gadis dengan tergesa-gesa melangkahkan kakinya untuk menuju ke SMA Tunas Bangsa. Namun sayangnya, gerbang sekolah itu sudah tertutup karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.30.
"Bagaimana sekarang?" Gumamnya dengan nada sedih.
Terlihat seorang satpam yang tengah melintas di area SMA tersebut. Dengan cepat gadis itu memanggilnya agar mendekat.
"Pak, pak satpam." Teriaknya, yang membuat satpam itu langsung berjalan menghampirinya.
"Pak, tolong bukain gerbangnya." Melasnya sembari menangkupkan kedua telapak tangannya di dada.
"Aduh neng. Gimana bisa telat sih?" Timpal pak satpam itu, yang bernama Gunawan.
"Tadi mobilnya mogok, pak."
Gunawan menghela nafasnya panjang. Merasa kasihan, dia lalu membukakan pintu gerbang tersebut untuk gadis itu.
"Cepetan masuk, neng. Awas gurunya ada yang liat."
Gadis itu mengangguk singkat sambil tersenyum kecil. "Terima kasih, pak."
Lalu dia berlari sangat kencang untuk menuju ke kelasnya. Ketika dia melihat ada guru yang akan lewat, dia segera bersembunyi di balik tembok.
"Huffttt.." Dia menghela nafasnya lega saat guru tersebut telah lewat.
Namun saat dia berbalik badan, matanya langsung membulat ketika melihat guru yang akan masuk ke kelasnya tengah berdiri sambil menatapnya tajam.
"Ariella, kesini kamu." Perintah bu Wulan, yang merupakan wali kelasnya.
Gadis yang bernama Ariella itu lekas berjalan mendekat ke arah gurunya sambil menundukkan kepalanya.
"Apa kamu tahu sudah jam berapa ini?"
Ariella hanya mengangguk kecil tanpa berani menatap gurunya yang sedang marah.
Bu Wulan menghembuskan nafasnya kasar.
"Kamu adalah siswi teladan di kelas ibu. Tapi kenapa kamu bisa telat seperti ini hemm?"
"Mobil Ara mogok, buk. Jadi Ara naik ojek tadi kesini." Jawab Ariella polos.
Bu Wulan tahu jika Ariella atau yang sering di sapa dengan nama Ara, adalah anak yang baik dan jujur. Tapi bagaimana pun, dia tidak boleh pilih kasih di antara muridnya.
Maupun murid tersebut adalah Ara yang terkenal dengan keteladanan dan kepintarannya.
"Maafin ibu ya. Ibu tetap harus menghukum kamu. Ibu gak mau nanti teman-teman kamu mengatakan jika ibu pilih kasih di antara kalian." Ucap bu Wulan lembut.
Ara hanya mengangguk pasrah.
"Kemarikan tas kamu." Ara segera memberikan tasnya pada bu Wulan tanpa banyak bertanya.
"Kamu lari lapangan basket sebanyak 2 kali. Setelah itu barulah kamu bisa masuk ke kelas."
Lagi-lagi Ara hanya bisa mengangguk menurut. Dengan langkah pelan, dia berjalan menuju ke lapangan basket yang ukurannya lumayan lebar.
"Untung gak ada yang lagi olahraga sekarang." Ara bernafas lega ketika melihat lapangan yang tengah kosong.
Setidaknya, dia tidak akan terlalu malu karena menjadi sorotan murid-murid yang biasanya tengah berolahraga di lapangan tersebut.
"Okey Ara. Semangat." Ucap Ara menyemangati dirinya.
Dia mulai berlari kecil mengelilingi lapangan basket itu. Baru saja satu putaran, dirinya sudah merasa lelah. Bahkan, keringat sudah mulai timbul di dahinya. Mungkin karena cuaca-nya yang memang panas pada pagi hari ini.
"Satu putaran lagi." Gumam Ara sembari terus berlari pelan untuk menyelesaikan hukumannya.
Dia tidak mau jika harus meninggalkan mata pelajarannya. Walaupun itu hanya satu pelajaran sekalipun.
...* * * *...
"Loe tuh mau kemana?" Tanya Marvell malas sambil terus mengiringi langkah Julian yang entah akan membawanya kemana.
"Yaa, ke kantinlah. Kan tadi gue udah bilang, kalau gue itu laper." Sahut Julian tanpa menolehkan kepalanya pada lawan bicara.
"Kalau loe gak mau makan. Ya udah, temenin gue aja." Tambah Julian.
Hening....
Tidak ada lagi suara dan gerutuan dari Marvell.
"Vell..?" Panggil Julian yang belum juga menolehkan kepalanya.
Tidak ada sahutan dari si Marvell. Dan itu membuat Julian heran.
"Marvell??" Julian segera membalikkan badannya, namun dia tak melihat batang hidung Marvell di belakangnya.
"Kemana lagi tuh anak?" Gumamnya bingung.
Dengan terpaksa, Julian kembali berjalan ke arah kelasnya. Matanya terus mencari keberadaan temannya itu.
Sampai suatu ketika, matanya tak sengaja menangkap sosok Marvell yang sedang berdiri di dekat tiang depan kelas 11, dengan matanya yang menatap lurus seorang gadis yang sedang berlari mengelilingi lapangan basket.
Julian lalu menghampiri Marvell dan berdiri di sebelahnya.
"Vell..?" Panggilnya.
Namun tak ada sahutan dari temannya itu.
Julian menarik nafasnya panjang, dan "Woyy.."
Marvell terperanjat dan lekas menatap Julian yang berdiri di sebelahnya dengan wajah bingungnya.
"Loe ngapain disini?" Tanya Julian sambil menatap Marvell dan Ara secara bergantian.
Marvell tidak menjawab. Dan memilih untuk menatap Ara kembali.
Julian berdecak sebal. Kemudian dia mengikuti arah mata Marvell.
"Loe suka sama dia?" Tanpa di beritahu, Marvell tahu siapa yang Julian maksud.
"Mungkin."
"Ya elah. Jawab aja 'Iya atau enggak'."
"Memangnya kenapa? Urusannya sama loe itu apa?"
Julian berdehem pelan, "Kalau loe suka, gue bakalan comblangin."
Marvell menatap Julian sinis, "Sejak kapan loe jadi Mak Comblang?"
Julian hanya mengendikkan bahunya acuh. Dan memilih untuk menatap Ara yang tampak kelelahan.
"Dia anak baru?" Julian menatap tidak percaya pada Marvell.
Benarkah Marvell tidak tahu jika Ara adalah adek kelas mereka?
"Dia udah lama sekolah disini. Bahkan dia sekarang udah kelas 11. Gimana sih loh, itu aja gak tau."
"Gue bukan loe, yang semua adek kelas loe pacarin." Timpal Marvell cuek.
"Ya, loe 'kan hobinya sama yang kakak kelas. Mangkanya loe gak tertarik buat jadiin adek kelas sebagai pacar loe." Perkataan Julian begitu menohok.
"Gue masih suka kalik sama adek kelas."
"Terserah loe." Balas Julian acuh. Jika tidak dia akhiri perdebatan mereka, maka itu tidak akan selesai.
"Dia kelas berapa dan jurusan apa?" Tanya Marvell lagi.
"Kelas 11 IPA 1."
Marvell berOh ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian saat dia teringat sesuatu, dia langsung menatap Julian heran.
"Loe tau darimana tentang tuh cewek?"
"Sahabat dia mantan gue." Jawab Julian malas.
Marvell terkekeh geli, "Mantan loe yang mana?"
"Walaupun gue cerita, loe gak bakalan tau." Setelah mengatakan itu, Julian pergi meninggalkan Marvell menuju ke kantin.
Sedangkan Marvell? Terus menatap Ara dengan senyum tipisnya. Entah mengapa dia merasa ada secercah cahaya ketika matanya melihat sosok Ara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
💞🎗Yannie🎗💞
Julian playboy cap kapak 😂😂😂😂😂😂
2021-01-12
1