Setelah menyelesaikan mandinya. Riella segera turun dari kamar, menuju lantai satu rumahnya, ia menyapa anggota keluarga yang sudah berada di meja makan, kecuali Kalun yang tidak terlihat di kursi yang biasa ia tempati, karena tengah sibuk menghubungi Kayra. Hari ini adalah weekend, jadi semua orang berada di rumah. Meski mereka disibukkan dengan kegiatannya masing-masing.
Riella menarik kursi di depan Erik, ingin menikmati sarapan yang sudah disiapkan oleh mamanya. Tidak memperhatikan mata Erik yang terus menatap curiga ke arahnya.
“Papa ngapain lihat Riella begitu?” tanya Riella setelah sadar akan tatapan Erik.
“Nggak papa. Makanlah!” perintah Erik, memusnahkan apa yang ada di pikiranya pagi ini. Sejenak semua yang hadir di sana menikmati sarapan dengan hening, hanya terdengar suara air putih yang Ella tuangkan ke dalam gelas suaminya.
“Apa kamu kemarin bertemu Kenzo?” tanya Erik setelah mulutnya tidak terisi makanan. Riella mendongak menatap ke arah Erik, lalu memperhatikan adiknya yang juga mengunyah roti yang baru saja mamanya berikan.
“Nggak, dia nggak datang!”
“Siapa bilang? Dia datang kok! Tante Nindi bilang sendiri ke mama, dia langsung bertolak ke Jakarta setelah kedatangannya dari Singapura.” Sahut Ella yang sudah duduk di samping Erik. “Bahkan dia hanya 2 jam saja di rumah,” lanjutnya.
“Tapi dia tidak menemui Riella, Ma. Jadi, anggap saja tidak datang,” ucap Riella acuh, ia tidak begitu mempedulikan dengan kehadiran Kenzo di acaranya kemarin. Ella hanya mengangguk malas ke arah Riella, saat mendengar ucapan anaknya, harapannya musnah untuk berbesanan dengan sahabatnya.
“Sudah sehat kamu?” tanya Erik menatap Riella lagi.
“Iya, cuma kelahan saja Pa, nggak perlu mengkhawatirkan aku.” setelah itu semuanya menutup mulutnya, menikmati apa yang ada di tangannya, hingga kedatangan Kalun mengubah suasana meja makan.
“Kemarin kamu ke mana?” tanya Kalun yang sudah duduk di samping Riella.
“Di rumah sakit.”
“Bohong!” ucap Kalun tegas, sambil menatap Riella penuh selidik. Membuat Riella panik, karena takut jika Kalun mengetahui ke mana ia pergi. Tatapan Kalun masih menatap tajam ke Riella menanti jawaban dari adiknya.
“Emm a-ada kok, be-benar aku di rumah sakit.” Riella kesusahan menjawab pertanyaan Kalun, dia tidak mampu membalas tatapan Kalun yang terus memperhatikannya.
Setelah itu terdengar suara kekehan kecil yang keluar dari bibir Kalun, diikuti tangannya yang mengacak tatanan rambut Riella, “lanjutkan makanmu, tak usah panik begitu! Kakak cuma khawatir karena setelah pesta kemarin kakak tidak melihatmu.” Kalun lalu beralih menatap makanan yang sudah disiapkan mamanya, menikmati sarapannya dengan diam.
Berbeda dengan Riella yang hanya mampu menunduk karena takut kesalahannya diketahui orang lain.
“Ma, setelah sarapan Riella mau ke rumah Eva, ya?”
“Yakin? Kamu habis demam loh, istirahat dulu di rumah, La. Mama takut kamu kenapa- kenapa?”
“Nggak papa, Ma. Riella sudah sehat kok, cuma sebentar nggak sampai malam.” Jelas Riella meyakinkan Ella.
“Pergilah! Lagian Emil tadi bilang juga mau datang, jadi lebih baik kamu pergi saja!” sambar Kalun yang memotong perbincangan mereka. Membuat Riella melirik ke arah Kalun yang tengah tersenyum jahil dengan lelaki di depannya.
“Dua lelaki ini. Selalu menyembunyikan dari para wanita. Apa rencanamu Pa?” tanya Ella, saat memperhatikan wajah Erik dan Kalun seperti merencanakan kejahilan.
“Rencana apa sih, Ma? Nggak ada apa-apa kok. Lanjutkan sarapanmu!” Erik tersenyum tipis ke arah Ella yang tengah menatapnya curiga.
“Jangan tidur di rumah sakit lagi ya, nanti malam. Atau mama akan ikut menemanimu di sana!” kata Ella memperingatkan. Riella hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
Selesai sarapan Riella kembali ke kamar, bersiap untuk pergi ke rumah salah satu sahabatnya. Hatinya merasa tidak nyaman, jika tidak menceritakan kesalahannya pada orang lain. Tapi ia tidak bisa menceritakan kesalahan itu pada keluarganya. Dia takut papanya akan kecewa dengan dirinya, jika mengetahui semua dia sudah menyerahkan mahkotanya.
Riella masuk ke dalam mobil setelah selesai berpamitan dengan kedua orang tuanya. Dia menyalakan mobilnya, mengemudikan menuju rumah Eva. Saat hendak tiba di pintu gerbang rumah, dia berpapasan dengan mobil sport warna metalik, dia tahu siapa pemilik mobil sport tersebut, tapi dia lebih memilih untuk melanjutkan kemudinya. Riella menurunkan sedikit jendela kaca mobilnya ketika mobil Emil melewat di sampingnya, tak beda dengan Emil yang melakukan hal yang sama.
“Mau ke mana?” tanya Emil dengan wajah kecewa. Riella hanya menjawab dengan senyuman lebar ke arah kekasihnya.
“Ke rumah Eva.”
“Kok gitu?” tanya Emil sambil melepas kaca matanya, wajahnya nampak kecewa karena tidak bisa bertemu lebih lama lagi dengan Riella.
“Nanti aku akan meneleponmu. Simpan wajah kecewamu itu, Kak!” lirih Riella di balik setir kemudinya.
“Hati- hati cantik,” ucap Emil dengan senyuman masam, lalu menutup jendela kaca mobilnya.
Melihat itu Riella segera menginjak gas mobilnya, keluar dari halaman rumah. Berbeda dengan Emil yang kembali masuk ke rumah untuk menemui Kalun.
Dengan pelan Riella melajukan mobil warna putihnya menuju rumah Eva. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, hampir 30 menit dia menyetir mobilnya, hingga tampak perumahan elit terlihat di depan matanya, dia menekan klakson mobil, meminta satpam yang menjaga rumah Eva untuk membukakan pintu.
Salah satu sahabat Riella itu segera berlari keluar, menyambut kedatangan Riella. Mereka bersahabat cukup lama, sudah sejak dari SMP hubungan persahabatan itu terjalin, berbeda dengan Chika yang baru bergabung dengan mereka, ketika mereka menempuh Sekolah Menengah Atas. Dan sayangnya mereka mengambil pendidikan yang berbeda ketika mereka semua lulus SMA.
“Lusuh banget, mukamu?” Terdengar ucapan pertama dari Eva, ketika melihat tampang Riella yang tidak bersemangat. Riella mengalungkan tangannya ke leher Eva. Menggiring Eva menuju kamar yang ada di lantai 3.
Kedua orang tua Eva memang tidak berada di rumah. Dia sama dengan papanya, salah satu pebisnis sukses di kota ini, bedanya orangtua Eva bergerak di bidang transportasi. Tapi kehidupan Eva lebih rumit, karena papanya mempunyai dua istri, dan kedua wanita itu tinggal seatap dengannya, meski satu di lantai dua dan satunya di lantai tiga dan kebetulan ibu tiri Eva tengah mengunjungi saudaranya yang ada di Sorong, jadi hari ini rumah Eva terlihat sepi, hanya ada pembantunya saja.
“Aku lelah,” keluh Riella sambil merebahkan tubuhnya, menikmati aroma apel yang baru saja disemprotkan pengharum ruangan.
“Kamu habis ngapain? Disuruh nyangkul sama mamamu, Hah!” cibir Eva dengan kekehan kecil.
“Mami tirimu ada?” tanya Riella tanpa mempedulikan pertanyaan candaan Eva.
“Nggak ada, aku sendirian. Ketiganya pergi entah sampai kapan! Aku juga tidak berharap mereka kembali!” jawab Eva masih dengan suara tawa sumbang.
Suasana tampak lenggang setelah ucapan dari Eva. Terlihat Eva tengah merapikan ikatan rambutnya yang panjang, dan Riella yang tengah menatap langit-langit kamar Eva, mengumpulkan keberanian untuk berkata jujur dengan Eva.
“Aku melakukannya, Va.” Riella mengucapkan itu tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Membuat Eva yang tengah di depan meja nakas, segera mendekat ke arah Riella, karena tidak paham apa yang di ucapkan Riella.
🚑
Jangan lupa untuk like, komentar, dan vote ya🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Call Me Ella
next
2022-11-08
0
Lani Chayank
nasik udh menjadi bubur
2021-06-04
0
Darnishdd Nis Hdd
lanjut thor nyeselkan...berbuat g pikir panjang
2021-03-15
0