Vina turun dari pesawat di bandara Singapura, tanpa tas dan baju yang di bawanya membuat Vina keluar dari bandara dengan sangat cepat.
"Hay Nona, Anda mau kemana?" tanya seorang supir taksi wanita sambil menatap Vina.
Vina menatap balik supir taksi itu dengan penuh kebingungan, Vina bingung ke mana dirinya harus pergi sedangkan dirinya baru pertama kali menginjakan kaki di Singapura.
Sang supir taksi yang bisa membaca raut wajah Vina langsung turun dari mobilnya, setelah berbisik di telinga Vina supir taksi itu kembali masuk ke dalam mobilnya.
Vina menyusul supir taksi itu masuk ke dalam mobil, tidak lama sang supir bergegas pergi meninggalkan bandara membawa Vina bersamanya.
"Wanita seperti kamu ini menjadi incaran banyak orang, jika tadi kamu pergi sama yang lain aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Nona" ucap supir wanita itu.
"Aku baru pertama kalinya ke sini, aku tidak tahu jalan bahkan aku tidak tahu harus tinggal di mana" sahut Vina.
"Kalau begitu tinggal di rumahku saja bagaimana?" tanya supir wanita itu.
Vina menolehkan wajahnya menatap wanita di sampingnya, Vina merasa ragu ingin menerima tawaran wanita yang baru di temuinya beberapa saat yang lalu.
"Tenang saja aku bukan orang jahat, aku menawarkan tinggal di rumah ku tentu saja tidak gratis. Kamu bisa membantuku membayar air dan lampu, hitung-hitung mengurangi pengeluaran ku" ucap wanita itu sambil tersenyum.
"Kalau begitu baiklah" sahut Vina.
"Nama ku Gladi, nama kamu siapa?" wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Vina" ucap Vina.
Gladi memarkir mobil taksinya di halaman rumahnya, tanpa banyak bicara Gladi membuka pintu rumahnya dan meminta Vina masuk ke dalamnya.
"Di atas ada satu kamar kosong sudah ada kamar mandinya di dalam, kamu bisa langsung memakainya" ucap Gladi sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Rumah sebesar ini hanya kamu sendiri yang menempatinya?" tanya Vina yang langsung duduk di sebelah Gladi.
"Rumah peninggalan orangtua ku, dulu aku tinggal sama kedua orangtua ku tapi keduanya sudah meninggal" sahut Gladi.
"Oh, maaf membuatmu mengingatnya" ucap Vina menutup mulutnya.
"Tidak masalah, ngomong-ngomong wajah mu terlihat bengkak, kenapa?" tanya Gladi balik sambil menatap Vina.
"Nasib buruk, pria kejam itu suatu saat aku pasti membalasnya" sahut Vina.
"Kalau begitu kamu mandi saja dulu nanti aku pinjamkan baju ku, aku melihatmu sepertinya tidak membawa baju ganti" ucap Gladi.
"Maaf merepotkan mu" sahut Vina yang yang langsung memasuki kamarnya.
Di tempat berbeda, Rengga meminta Ian bergegas mengirim Andreas ke Singapura, Rengga tidak ingin dia bertemu lagi dengan Vina dan membuat Andreas semakin tidak bisa di aturnya.
Berbeda satu hari setelah keberangkatan Vina, Andreas sampai di Singapura dengan tiga pengawal yang sudah siap menjemputnya di bandara. Andreas mendatangi rumah yang baru saja di beli Rengga untuknya dengan penuh rasa kesal.
"Awas saja jika paman berani menyentuh kak Vina lagi, aku tidak akan memaafkannya" ucap Andreas yang langsung membaringkan tubuhnya di kamarnya.
Haciuuu...
Rengga yang memimpin rapat di kantornya tiba-tiba bersin, Rengga mengucek hidungnya sambil berpikir siapa yang berani membicarakannya.
"Rapat selesai, semua kembali kerja" ucap Rengga sambil berjalan keluar ruangan.
Ian yang berdiri di depan pintu ruangan langsung menghampiri Rengga, Ian ingin bertanya pada Rengga apa dia jadi pergi ke makam Anggi.
"Tuan" panggil Ian.
"Kita pergi sekarang" sahut Rengga.
"Baik" ucap Ian yang langsung mengikuti Rengga dari belakang.
Ian yang sudah terbiasa berkunjung ke makam tidak lupa membeli bunga dan memberikannya ke Rengga, setelah sampai di pemakaman tempat Anggi di makamkan Rengga bergegas menghampiri makam Anggi dan menaruh bunga di atasnya.
"Kenapa kamu kejam padaku, aku sangat mencintaimu dan hanya dirimu yang ku cintai. Tapi kenapa, kenapa kamu pergi meninggalkan ku" ucap Rengga sambil menangis.
"Padahal dua bulan lagi kita akan menikah, setelah itu kita akan memiliki keluarga yang berbahagia, tapi sekarang aku harus menjalani kehidupan ku sendiri lagi" sambung Rengga.
"Tuan" ucap Ian yang langsung menepuk pundak Rengga.
"Kita pulang sekarang, Anggi semoga kamu tenang di alam sana" ucap Rengga sambil berjalan pergi di susul Ian dari belakang.
Di dalam mobil Ian bisa melihat air mata Rengga yang masih menetes, Ian turut merasa sedih kepergian Anggi membuat Rengga yang dulu mulai tenang kini kembali kejam seperti sebelumnya.
"Bawa aku ke Bar Aldo" ucap Rengga.
"Baik" sahut Ian yang langsung membawa mobilnya ke Bar.
Hari yang masih sore memperlihatkan Bar sangat sepi, Rengga meminta Ian kembali ke kantor sedangkan dirinya langsung masuk ke dalam menghampiri Aldo.
"Yo, apa yang membuat mu ke sini. Lihatlah matahari saja belum terbenam" ucap Aldo yang duduk sambil memperhatikan layar ponselnya.
"Cih, aku hanya ingin bertanya. Wanita yang tidur dengan ku waktu itu siapa namanya?" tanya Rengga yang langsung duduk di sebelah Aldo.
"Tidak tahu" sahut Aldo sambil mengangkat bahunya.
"Apa maksudmu, jangan bermain-main dengan ku" ucap Rengga.
"Aku tidak tahu siapa namanya, aku meminta anak buahku membiusnya dan saat dia sadar aku memberikannya uang untuk ganti rugi" sahut Aldo.
"Cih benar-benar membuatku kesal" ucap Rengga.
"Kesal kenapa?" tanya Aldo.
"Kamu seharusnya tahu aku tidak pernah berhubungan badan selain dengan Anggi, waktu itu aku meniduri wanita yang tidak ku kenal jika dia hamil bagaimana" ucap Rengga.
"Itu resikonya bukan" sahut Aldo santai.
"Kamu masih tidak mengerti juga, jika dia hamil itu seharusnya menjadi anak ku, bagaimana bisa wanita itu ku biarkan membesarkannya" ucap Rengga.
"Kamu yang tidur dengannya bagaimana, apa kamu bisa mengingat wajahnya?" tanya Aldo.
"Aku mabuk tentu saja aku tidak mengingatnya" sahut Rengga.
"Haaaaah, kalau begitu aku hanya bisa berusaha mencarinya. Tapi berhasil di temukannya atau tidak aku tidak bisa menjaminnya" ucap Aldo yang langsung berdiri.
"Kamu mau kemana?" tanya Rengga.
"Tentu saja tidur, lihatlah matahari belum terbenam sang pangeran kegelapan masih tidak bisa keluar" sahut Aldo sambil berjalan pergi meninggalkan Rengga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
lanjut lagi
2021-06-28
0
runma
masa gk inget ya rengga
2021-02-06
5
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
apa mksdnya sang pangeran masih tidak bisa keluar
2021-01-23
4