Bab 3

Vina yang merasa kelelahan karena terus berjalan memutuskan duduk di kursi taman, di sandarkannya tubuhnya sambil menutup matanya, Vina berharap dirinya bisa melupakan apa yang di lihatnya tadi.

"Kak Vina" sapa suara pria tepat di samping Vina.

Vina membuka matanya menatap pria muda yang berdiri di sampingnya, senyum pria itu seakan membuat Vina merasa tidak asing dengan pria yang menyapanya itu.

"Kak Vina, ini aku Andreas" ucap pria muda itu sambil terus menatap Vina.

"Andreas" sahut Vina. Vina mencoba mengingat kembali di mana dia pernah bertemu pria bernama Andreas.

"Aku adik kelas kakak" ucap Andreas.

"Oh" sahut Vina singkat, pantas saja dirinya merasa tidak asing ternyata Andreas adalah mantan adik kelasnya.

"Kakak kenapa?" tanya Andreas sambil menatap mata Vina yang terlihat bengkak.

"Tidak ada apa-apa" sahut Vina yang langsung memalingkan wajahnya.

Andreas bisa melihat dengan jelas bahwa Vina baru saja selesai menangis, Andreas yang merasa kasihan dengan Vina langsung menarik tangannya membawa masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Vina.

Andreas tidak menjawab pertanyaan Vina, karena jika Vina tahu dirinya membawa ke rumahnya Vina tidak akan mau mengikutinya.

Tidak butuh waktu lama Andreas memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah besar, Andreas membuka pintu mobil Vina sambil tersenyum.

"Ini rumahku, aku tinggal dengan paman ku" ucap Andreas yang langsung menarik tangan Vina.

Vina hanya diam melihat Andreas menarik tangannya dengan penuh semangat, Andreas meminta Vina duduk di ruang tamu, setelah itu dirinya bergegas pergi meninggalkan Vina sendirian.

Andreas kembali menghampiri Vina membawa sebaskom air hangat dan kain, Andreas duduk di samping Vina sambil memeras kain yang baru di celupkannya ke air hangat.

"Tidak perlu, aku tidak apa-apa" ucap Vina menahan tangan Andreas.

"Aku hanya tidak ingin melihat mata Kakak bengkak" sahut Andreas.

"Kalau begitu aku akan melakukannya sendiri" ucap Vina yang langsung mengambil kain di tangan Andreas.

Vina bergegas mengusap matanya dengan kain tanpa menoleh ke arah Andreas, setelah tiga usapan Vina menaruh kembali kain ke dalam baskom di depannya.

"Terima kasih, aku pergi dulu" ucap Vina yang langsung berdiri.

"Tunggu, aku baru saja ingin masak, Kakak tinggal sebentar di sini setelah makan aku akan mengantar Kak Vina" sahut Andreas, memasang wajah memohonnya.

"Kalau begitu maaf merepotkan mu" ucap Vina sambil kembali duduk.

Andreas tersenyum lalu berjalan pergi, saat di sekolah dulu Vina terkenal sebagai cewek baik yang tidak tegaan, Andreas merasa sangat senang rencananya membuat Vina tinggal lebih lama berhasil.

"Haaaaah" Vina menghela nafas sambil menyandarkan tubuhnya.

Vina yang baru saja menyandarkan tubuhnya tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang berjalan ke arahnya, tidak lama dari suara yang di dengarnya seorang pria berdiri di depannya menatapnya dengan tajam.

"Siapa kamu?" tanya Rengga yang ternyata paman Andreas.

"Aku" sahut Vina yang langsung berdiri.

"Aku penasaran bagaimana bisa pencuri berhasil memasuki rumah ku" ucap Rengga.

"Aku bukan pencuri" sahut Vina sambil mengepalkan tangannya.

"Kalau bukan pencuri lalu apa, atau kamu mata-mata yang di kirim pesaing ku" ucap Rengga yang langsung mencekik leher Vina.

"A ku" lehernya yang di cekik Rengga membuatnya tidak bisa berbicara, Vina tidak menyangka hari ini ternyata bukan hanya hari kesialannya namun juga hari kematiannya.

"Paman lepaskan teman ku" teriak Andreas yang menarik tangan Rengga.

"Apa maksudmu, bagaimana bisa kamu membawa wanita murahan ke dalam rumah" sahut Rengga sambil menatap Andreas dengan tajam.

Vina yang tidak ingin menambah beban untuk Andreas langsung berlari keluar, Vina merasa itu memang kesalahannya bagaimanapun juga dia tidak dekat dengan Andreas kenapa tadi dia pasrah mengikuti Anderas yang membawanya ke rumahnya.

"Paman keterlaluan dia teman ku, mau aku bawa siapa saja itu urusanku" teriak Andreas.

"Bagus, ternyata kamu sekarang berani berteriak di depan ku" sahut Rengga.

"Cih"

Andreas meninggalkan Rengga sambil mengepalkan tangannya, Andreas merasa semakin kasihan sama Vina karena dirinya hari Vina menjadi tambah buruk.

Di dalam kamarnya Rengga merasa sangat kesal, Rengga tidak menyangka Andreas berani berteriak padanya hanya karena seorang wanita.

"Wanita murahan sialan, aku tidak akan melepaskan mu" ucap Rengga.

Di tempat lain, Vina berjalan sambil memegangi lehernya yang masih terasa sangat sakit. Vina bergidik ngeri sepanjang jalan, dirinya tidak menyangka ada pria yang sangat kejam seperti Rengga.

Vina yang masih terus berjalan tiba-tiba di hadang sebuah mobil berwarna hitam, tiga pria berbadan besar yang keluar dari mobil berjalan ke arahnya bersiap menangkapnya.

"Kalian siapa?" tanya Vina yang langsung berjalan mundur.

Ketiga pria yang berjalan ke arah Vina tidak menjawab apa yang di tanya Vina, salah satu pria itu langsung membius Vina hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

"Bos, kami sudah berhasil membawanya" ucap salah satu pria itu yang berbicara di telepon.

"Bagus, bawa dia ke gudang" sahut suara di telepon yang langsung mematikan teleponnya.

Ketiga pria yang membawa Vina tidak lagi berbicara, mereka bergegas membawa Vina ke sebuah gudang yang menjadi markas persembunyian mereka.

Terpopuler

Comments

Erma Wahyuni

Erma Wahyuni

apa rengga ga kenal sama vina🤔kan dia yg mengambil perawannya vina,😠😠😠

2021-08-11

0

Pipit Sopiah

Pipit Sopiah

masih lanjut

2021-06-28

0

Siti Aisyah

Siti Aisyah

lah Vinanya juga murahan

2021-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!