Tidak mau mengecewakan Tian. Arzam bergerak cepat. Mendatangi kantor Design Interior yang cukup populer. Punya reputasi bintang lima. Memberi hasil yang memuaskan bagi pelanggannya.
Saat memasuki kantor dengan suara gemericik air yang berasal dari kolam ikan dengan taman mini di dalam ruangan. Lengkap dengan meja dan kursi kayu menambah kesan alami.
“Ada yang bisa saya bantu.”
“Ya! tentu ada. Itu tujuan saya datang kesini.”
“Anda.. tetangga baru,” sahut Kalila.
“Aah! kalau begitu anda salah satu dari kelima gadis di balkon rumah depan tadi pagi.”
Kalila mengangguk dengan tersenyum manis. “Kalila..,” ucap Kalila memperkenalkan diri dan menyodorkan tangannya.
“Nama yang bagus. Saya Arzam,” puji Arzam menyambut tangan Kalila dan saling berjabat tangan.
“Untuk anda?”
“Tentu saja... bukan. Untuk Atasan saya.”
“Christian Admaja.”
“Tepat sekali. Kalila mengenalnya?”
“Pria pujaan para wanita. Siapa yang tidak mengenalnya. Arzam siapanya?
“Saya asisten pribadinya.”
“Oooh.. Jadi ruangan apa yang mau di design? atau mau seluruh rumah.”
“Saya suka semangat yang menggebu-gebu! tapi cukup ruang kerja saja. Sesuatu yang berbeda, unik, dan menarik.”
“Saya bisa memperlihatkan beberapa contoh! Silahkan duduk.”
Kalila memperlihatkan katalog berbagai macam model design.
“Jenius! saya sampai bingung harus memilih yang mana. Semua designnya sangat bagus. Sangat sulit menentukan pilihan.”
“Terima kasih untuk sanjungannya. Bagaimana bila saya menyarankan dibuat seperti di kantor ini. Sebuah kolam kecil atau dapat di ganti dengan aquarium. Suara air mengalir akan menenangkan jiwa dan tanaman hias seperti lidah mertua juga sirih gading dapat membersihkan udara menjadi lebih segar. Pikiran tenang.. ide datang..”
“Itu yang saya mau.”
“Ok Deal! saya akan memberikan diskon. Harga tetangga,” bisik Kalila.
“Itu yang saya suka.”
“Jadi mulai kapan saya bisa mulai.”
“Bagaimana bila nanti sore.”
“Sayang sekali.. jadwal saya hari ini cukup padat. Kemungkin sampai malam. Tidak mungkin saya menggedor pintu rumah anda tengah malam.”
“Bagaimana bila besok pagi.”
“Baiklah! saya akan langsung kesana besok pagi.”
💕💕💕
Tian menghampiri pak Parno yang sedang asyik menikmati ubi rebus dan segelas kopi hitam hangat. Duduk selonjoran di lantai menyandarkan badan ke pilar rumah.
“Menikmati hidup pak Parno,” sapa Tian sambil duduk di bangku dengan menyilangkan kaki.
“Nak Tian bagaimana sih! jelas-jelas saya sedang menikmati kopi dan ubi. Kok malah dibilang menikmati hidup,” balas pak Parno polos.
Sejak awal Mood Tian naik turun setiap berbicara dengan pak Parno. Malas berbincang lebih lanjut. Dia lebih memilih menikmati suasana hening komplek dengan alunan nyanyian jangkrik yang nyaring.
“Nak Tian beruntung mendapatkan rumah ini. Bapak-bapak disini pada berebut pengen beli tapi gak bisa.”
“Pasti karena harganya tidak cocok. Terlalu tinggi!”
“Gak dikasih sama istri-istri mereka,” ucap pak Parno tertawa kecil.
Bapak tua yang sudah keriput ini kerjanya cari perkara.
“Kenapa bisa begitu.”
“Apa lagi kalau bukan kerena kelima anak gadis yang tinggal di depan. Tapi berkat mereka bapak-bapak kompleks jadi rajin olah raga jalan pagi. Tapi tetap ujung-ujungnya berhenti di depan rumah ini. Mungkin kalau nak Tian buka warung kopi di depan rumah pasti bakal laris manis jadi tempat tongkrongan bapak-bapak kompleks.”
“Membuka warung kopi.. bagi direktur seperti saya. Sangat memalukan.”
“Yang pentingkan menghasilkan uang yang banyak. Itu prinsip pebisnis.”
“Jangan bicara ngawur.”
“Nak Tian sudah berkenalan dengan mereka? Terutama dengan mbak Riena. Sang idola berbodi ukulele. Imut dan berisi.”
“Saat ini jangan membicarakan soal wanita. Saya sedang tidak tertarik.”
“Aneh.. lelaki kok tidak mau membicarakan wanita,” ucap pak Parno pelan sambil menyeruput kopi
💕💕💕
Meyra menghidangkan Sweet Potato Chip. Aromanya menggugah selera. Nesya, Riena dan Freya dengan cepat menyerbu. Mengunyah habis tanpa sisa.
“Doyan apa lapar,” bentar Meyra dengan mata melotot.
“Enak! lagian kamu bikinnya terlalu sedikit,” Nesya mengemut sisa bumbu yang menempel di jari.
“Mau banyak... beli.”
“Kalian menyantap makanan enak dan aku hanya kebagian aromanya saja,” sahut Kalila yang baru saja pulang.
“Bahkan aku yang memasaknya tidak mendapat jatah sedikitpun. Ketiga cewek bar-bar ini menghabiskannya dalam hitungan detik,” ucap Meyra kesal.
Nesya, Riena dan Freya hanya tertunduk malu. Salah tingkah.
“Aku gak ikutan..” sahut Kalila mengangkat kedua tangan. “Nesya.. bisa buatkan aku baju dan siap besok pagi.”
“Gila saja.. aku bukan peri di cerita cinderella yang bisa menyiapkan gaun dengan sekejab mata.”
“Tapi kan bukan gaun,” bantah Kalila.
“Sama saja.”
“Atau ada stok baju ukuranku?” tanya Kalila memohon.
“Untuk apa sih Lila!” ucap Meyra.
“Iya.. ngebet bener,” tambah Reina. Freya menyandarkan kepalanya kepangkuan Reina.
“Besok pagi aku mau ke rumah depan,” ucap Kalila dengan bangga.
“Depan!” Meyra memastikan.
“Aah.. Christian Admaja,” jerit Reina histeris. Mengagetkan Freya.
“Pelan.. kuping bisa budek,” protes Freya.
“Bagaimana bisa?” tanga Nesya dengan sedikit rasa kecewa.
“Tadi asistennya datang ke kantorku. Memintaku untuk mendesign ruang kerja untuk Christian.”
“Aaahh.. kamu selangkah lebih maju,” Nesya memanyunkan bibirnya. “Kalau begini ceritanya, aku membantu sainganku dong. Ogah!” Nesya menyilangkan tangan di dada dan memalingkan wajahnya.
“Sesama pengejar cinta harus saling membantu,” goda Meyra. Wajah Riena juga tampak cemberut.
“Ok! asal besok pagi aku ikut,” Nesya mencoba bernegosiasi sambil memainkan alisnya naik turun.
Kalila menghela nafas berat. “Ok!” jawabnya singkat dengan keterpaksaan.
“Uuuh.. Kalila emang paling T-O-P-B-G-T,” Nesya menepuk-nepuk pipi Kalila pelan. Sementara Kalila hanya bisa pasrah sambil menutup matanya separuh.
“Aku juga mau dibuatkan baju olehmu Nesya.. aku mau tampil sempurna dihadapan Christian,” rengek Riena.
Nesya menggeleng dengan tersenyum lebar.
“Kita kan Partner. Biasa juga gitu.”
“Tidak untuk kali ini.”
“Aku bayar dua kali lipat deh,” bujuk Riena.
“Maaf! urusan cinta tidak ada kata uang.”
“Mendengar berdebatan kalian membuat kepalaku pusing... lebih baik aku pergi tidur,” sahut Meyra. Mengambil piring yang kosong dan meletakkannya di dapur.
“Tiga kali lipat.”
“Tidak!”
“Empat kali lipat.”
“Tidak,” tolak Nesya tegas menggelengkan kepala.
“Sepuluh kali lipat.”
“Ok! Deal....”
“Pertahananmu sangat lemah. Mulai sekarang mari kita bersaing sehat untuk mendapatkan hati Christian.”
“Ok!” jawab Nesya dan Kalila berbarengan.
“Ok,” tambah Freya. Dan mendapat lirikan tajam dari Nesya, Kalila dan Riena
To be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Je Moeljani
✓mampir
✓2 like
gomawoo kak
from Hope for Happy Ending
2021-02-16
0
Nimranah AB
😂😂😂😍😍😍
2021-02-08
1
Fath Almabiekha
Lanjut kisah Kalilanya kak. Semangat
2020-12-08
1