Aku sedang bersiap. Mematut diriku di cermin. Kaos lengan panjang berwarna putih dengan gambar Judika yang khusus ku sablon beberapa hari yang lalu, rok levis biru setinggi lima senti di atas lutut, tas selempang kecil, dan flatshoes putih. Sedikit bedak dan liptint. Jepit rambut silver di rambutku. Perfect!
Nanda, Sofia, dan Nayara. Akan menjemputku malam ini, di temani Edgar tentunya, abangnya si Sofia. Bodyguard kami saat kami ada acara seperti malam ini. Judika i'm come!!!
Suara klakson sudah terdengar dari luar beberapa kali. Sudah pasti itu mereka, aku sudah hapal itu!
Sedikit berlari aku menuruni tangga.
"Anye jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak mama yang melihatku dari arah dapur.
Aku mendekat ke arah mama untuk menyalimi mama.
"Sofia sudah datang?" tanya mama lalu mengikutiku keluar. Aku berjalan melewati dua sejoli yang sedang duduk bersebelahan di ruang tamu. Ini malam minggu, dan dua sejoli ini hanya menghabiskan waktunya di rumah. Padahal keluar saja bisa kan? Jangan bikin yang lain bete!
"Anye jadi pergi?" tanya kak Melati.
"Iya dong kak. Bye kak!" aku berdadah ria dengan kakakku, dan ku lihat dari belakang punggung kakakku, tangan Devan juga melambai, juga dengan senyuman tipis di bibirnya. Cihh, dasar!!
"Anye!!!" Seru ketiga sahabatku serentak sambil berhambur memelukku. Ish dasar. Padahal tadi di sekolah juga kami bertemu, tapi mereka memelukku seperti sudah tidak bertemu aku setahun saja!
Edgar datang dengan cool-nya, mengeluarkan tangannya dari dalam saku celana dan menyalimi mama.
"Kalian bukannya salim sama mama Anye!" celetuk Edgar membuat ketiga sahabatku nyengir persis kambing.
"Hehe, lupa tan. Terlanjur senang." ucap Sofia lalu menyalimi mama di susul dengan kedua yang lainnya.
"Titip Anye ya Ed! Maaf ngerepotin!" seru mama.
Ish mama nih, aku kan bukan anak kecil lagi! Bukan barang juga yang bisa di titip-titip.
"Gak pa-pa, tan. Ed pasti akan jagain Anye dengan baik kok!" jahil! Tangan Edgar tidak pernah mau diam kalau bertemu denganku! Rambutku yang rapi seketika seperti kena angin ribut! Berantakan!!
"Ed, aku udah susah payah sisir rambut sampai rapi juga!" rutukku sambil meninju lengan Edgar. Lalu merapikan kembali rambutku.
"Anye sopan dikit. Edgar itu lebih tua dari kamu!" mama mengingatkan.
"Iya ma. Maafkan aku Pak Tua!" ucapku sambil menangkupkan kedua tanganku di depan dada. Edgar dan mama melotot bersamaan sedangkan yang lain tertawa melihat kami.
Kami langsung meluncur ke jalanan yang ramai dengan kendaraan. Ini sabtu malam, banyak muda mudi menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan atau nongkrong di luar.
Lagu Judika menemani perjalanan kami. Kami berempat menyanyikannya dengan lancar, sedangkan Edgar sesekali menutupi telinganya saat nada suara kami melengking mengikuti nada tinggi Judika, tapi lebih terdengar seperti suara angsa yang akan menyosor mangsanya. Dan kami tidak peduli, saat di peringati malah kami sengaja berteriak dengan kompak lalu tertawa melihat wajah Edgar yang terlihat kesal.
Sampai di tempat tujuan. Sudah banyak orang dengan niatan yang sama seprti kami. Saling berdesakan untuk bisa masuk ke dalam sana.
Susah payah akhirnya kami berlima berhasil masuk. Meskipun kami punya tiket, kebiasaan di negara kami adalah saling berdesakan dan tidak mau mengantri, padahal pihak penyelenggara juga sudah memperkirakan kapasitas penonton di dalam studio kan?
Konser di mulai Judika sudah keluar dengan gaya yang WOW. Ah, meskipun dia hanya memakai kaos hitam dengan jeans biru dan jangan lupa aksesories rantai yang melingkar di setengah pinggangnya.
Rambutnya berdiri dengan kaku menjulang seperti duri-duri ikan di atas kepalanya. Tapi dia tetep the best! Aahhh Judika I Love You.
Kami berempat tidak mempedulikan sikap norak kami, berteriak dan menari. Toh yang lain juga tak kalah norak nya. Hehe. Kami tidak sendirian!
" JUDIKAAAA I LOVE YOUUUU!!!" seru Sofia berteriak dengan kedua telapak tangan di kedua sisi mulutnya.
"JUDIKAAAAA AKU DISINI MENANTIIII!!" Nayara tak kalah seru nya, melompat dam melambaikan tangan.
Nanda dan aku tidak mau kalah juga kami berteriak sampai tenggorokan kami sakit. Tapi kami tidak peduli!
Satu persatu teman Edgar datang menghampiri kami, pastilah Edgar juga mengajak mereka untuk menjaga kami. Tidak mudah mengurus kami berempat kalau sendirian katanya.
Jam baru menunjukan pukul sebelas, dan konser belum juga selesai. Mungkin dua jam lagi, karena di tambah juga dengan beberapa bintang tamu.
Meski lelah tapi kami masih tetap bersemangat!
Aku mengedarkan pandanganku, ketiga temanku tidak terlihat. Kemana mereka? Apa mereka ninggalin aku? Edgar juga tidak biasanya dia lengah!
Yang aku ingat tadi adalah kami berdesakan, dan aku sedikit terdorong!
Di apit oleh tiga laki-laki yang berada di kedua sisi dan belakangku. Aku menjadi takut seketika. Tubuh mereka tinggi dan tegap. Kemana aku melangkah mereka bergeser mengikuti. Hingga akhirnya aku berjalan menghalau orang-orang yang berada di depanku. Mereka mengumpat karena aku yang seenaknya saja melewati mereka. Mencari Sofia cs pun rasanya akan sulit mengingat sangat banyaknya penonton disini.
Tiba-tiba ada seseorang yang menarik ku. Tiga orang yang tadi. Satu orang menarik taganku, dan dua mencoba membuka jalan untuk kami lewat.
Aku memberontak, tapi percuma. Nyatanya tenaga lelaki itu sangat kuat, dan berteriak pun juga percuma suaraku kalah dengan suara teriakan orang-orang.
"Ikut kami nona. Anda akan aman!" suara seorang yang menarikku.
Bagaimana aku akan aman kalau aku saja tidak tahu siapa mereka! Bisa saja mereka salah satu sindikat penculik dan mafia yang akan menjual organ tubuhku kan?
Sampai di sebuah lorong. Aku tetap berusaha melepaskan diri dan berteriak, suara ku lantang, tapi tidak ada satu orang pun yang bisa menolongku. Hingga akhirnya kami berhenti di sebuah pintu. Salah satu pria itu membukakan pintu dan mendorongku masuk ke dalam.
Aku sungguh takut sekarang! Aku berbalik dan membuka handle pintu. Di kunci dari luar?
"Woyy, bukain pintu! Aku mau pulang!" teriakku suaraku serak karena terlalu keras berteriak tadi.
"Siapapun di luar, tolong. Aku di culik!!" ucapku sambil menggedor pintu. Tapi tidak ada yang membukakan pintu untukku.
Aku mengedarkan pandanganku. Ruangan ini luas dan gelap. Hanya ada kursi sofa dan siluet seseorang yang duduk disana, di depannya terlihat kaca besar persis menghadap ke panggung. Judika masih bernyanyi.
Siapa orang itu?
Seketika aku merasa takut. Apa aku sedang di jual seseorang pada pria hidung belang? Sindikat penjualan anak di bawah umur sedang marak akhir-akhir ini. Apa aku salah satu korban mereka?
Orang itu berdiri, dari bayangannya bisa kulihat dia punya perawakan yang tinggi, tubuh yang gagah, dengan rambut super rapi. Tapi aku tidak bisa jelas melihat wajahnya.
Note: Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Vote, komen, rating, dan likenya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 475 Episodes
Comments
gembulers
kyk cerita mafia aj
2023-02-08
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
siapa ini yang bikin penasaran 🤔🤔🤔
2022-09-24
0
Tina
waduh siapa ea? jngn" devan
2021-06-28
0