DEVANYE. STILL LOVING YOU
"Ma, Anye berangkat dulu yaaa!" aku berteriak keras lalu bergegas untuk pergi sebelum mama keluar dari dalam rumah dan menyeretku untuk sarapan.
Akhir-akhir ini aku tidak suka sarapan karena berarti setelah sarapan aku akan berangkat dengan kak Melati. Bukan berarti aku tidak suka dengan kakakku itu ya, tapi aku tidak suka dengan lelaki yang akan menjemputnya, selalu menjemputnya, setiap hari!
Aku setengah berlari untuk menghentikan angkutan berwarna putih. Angkutan yang akan membawaku ke sekolah. Beberapa anak sekolah dengan seragam, putih -biru, dan putih-abu, juga ada beberapa ibu-ibu yang akan pergi ke pasar dengan keranjang anyaman di tangan mereka. Beruntung masih ada satu tempat untukku duduk walaupun sempit sekali.
Sampai di sekolah, dengan keringat yang mengucur karena udara panas di dalam angkot, aku turun dan membayar ongkos angkot. Baru saja akan melangkah, aku terdiam. Sial!!
"Anye!" suara kak Melati terdengar melengking di antara riuhnya suara siswa siswi dan kendaraan yang melintas. Dia melambaikan tangannya ke arahku.
Di sampingnya berdiri seorang pria yang tinggi menjulang, berwajah tampan dengan rambut di sisir rapi ke belakang, perawakan yang selalu terlihat seksi, sedang menatapku dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana bahannya. Tubuh tingginya ia sandarkan di pintu mobil hitam miliknya. Ish Sialan! Berhenti menatapku seperti itu atau akan aku colok mata kamu!
"Iya kak Mel?!" aku menyengir ria saat melihat dia berkacak pinggang dengan wajah yang di buat marah, tapi jujur dia sama sekali tidak menakutkan. Tidak masuk kriteria untuk menjadi sosok antagonis.
"Kamu ini ya, kebiasaan!" ucapnya sambil mengacak rambutku.
"Ih kak, berantakan lagi kan?!" sungutku sambil menepis tangannya dan merapikan rambutku yang berantakan.
"Ini, mama kasih bekal. Lain kali sarapan napa, Nye? Mama khawatir kalau maag kamu kumat lagi! Nanti kalau kamu pingsan gimana? kalau sampai masuk rumah sakit lagi kan kasihan mama.. bla..bla...bla..." ya ampun. Kakaku ini. Cerewet sekali.
"Kak Devan, cepat bawa kak Mel pergi deh. Kalau kak Mel terus nyerocos disini pasti bakal telat ke kantor. Kuping Anye juga udah mulai keriting dengar kak Mel, ini!" Aku tersenyum meringis pada sosok pendiam di belakang kak Melati.
"Apa kamu ya?! Hei kak Mel itu khawatir sama kamu, kamu malah gitu sama kakak?!" matanya melotot, membulat, lucu.
"Hehe, maaf kak Mel. Tapi udah ya, Anye juga udah mau masuk kelas ini! Bye kak! Kak Devan!" aku segera berlalu dengan kotak bekal di tanganku. Tidak peduli dengan kakakku yang masih terdengar menggerutu di belakangku.
Berlari ke dalam area sekolah lalu berhenti saat aku yakin aku sudah agak jauh dari kedua orang itu. Aku berbalik dan melihat Devan yang membukakan pintu untuk kak Melati. Lalu dia berjalan memutari mobil. Sebelum membuka pintu mobil dia menatapku, aku yakin itu karena dia juga tidak langsung masuk ke dalam. Pandangan mata kami saling bersinggungan. Aku segera membalikan tubuhku dan kembali berlari menuju ruang kelas.
Devan. Orang yang dulu sempat ada di dalam hatiku. Berpisah kerena dia sudah menghianati kepercayaanku. Ah salahku juga aku mempercayai dia. Dia pria yang beranjak dewasa sedangkan aku saat itu masih berstatus pelajar SMP!
Usia kami yang terpaut jauh, tujuh tahun, membuat aku sadar kalau Devan tidak mungkin mencintaiku yang masih bau kencur. Dia pria dewasa yang sudah siap untuk membina sebuah komitmen dengan wanita, dan aku? Haha, semua aku yang salah! Aku terlalu percaya diri dia bisa menungguku hingga aku lulus kuliah!
Malam itu aku melihat dia sedang berdua dengan wanita yang sepertinya seumuran dengan dia. Mereka terlihat mesra sekali, dengan sang wanita yang terus bergelayut manja pada lengan Devan. Sialan. Aku cemburu!
Dan saat itu aku tidak mau mendengar penjelasannya, meski dia bersumpah wanita itu bukan siapa-siapa, katanya. Ah ego remaja labil! Dia bilang akan terus menemuiku sampai aku bisa memaafkannya, tapi mana buktinya dia pergi sebelum sempat mendapatkan maaf dariku!
Harusnya aku suka dengan pria yang sebaya denganku saja! Berkelana merasakan cinta dari beberapa pria yang menyukaiku sepertinya menyenangkan! Tapi hatiku ini seperti sudah tertutup, tidak ada yang bisa membuatku jatuh cinta seperti pada dia. Devan!
*
"Nye, kantin yuk. Laper!" Nanda menarik-narik tanganku yang sedang memegang hp, hampir saja terjatuh.
"Ish elu nih, hp gue hampir jatoh kan! Elu mau tanggung jawab kalo hp gue rusak?" cerca ku, Nanda hanya meringis memperhatikan deretan giginya yang putih.
"Sorry, gue laper ih. Belum sarapan tadi." bibirnya merengut.
"Lagian siapa suruh juga gak sarapan?!" aku berdiri lalu mulai berjalan meninggalkan Nanda. "Ayok!" seruku. Nanda tersenyum lalu menggandeng tanganku.
Tak lama kami berada di kantin, saat jam istirahat seperti ini kantin selalu penuh, untung saja masih ada dua meja kosong.
"Gue punya kakak nyebelin banget deh Nye! Masa dia ngatain cinta sama gue lagi! Kan gak boleh, ya kan?" curhat Nanda dengan memanyunkan bibirnya.
Aku tahu siapa yang di maksud Nanda. Ayah Nanda menikah lagi dengan seorang janda yang mempunyai anak satu dan dia hanya selisih satu tahun di atas Nanda. Sialnya pemuda itu adalah pria yang Nanda cinta selama ini. Mereka saling mencintai, tapi takdir hanya bisa membuat mereka menyayangi layaknya adik dan kakak.
"Gue risih kalau dia lihatin terus." ucap Nanda. Dia beringsut pindah ke salah satu kursi yang membelakangi pemuda itu.
Semua punya masalah masing-masing. Aku dengan Devan, dan Nanda dengan kakak tirinya!
***
"Ma, Anye pulang!" seruku. Memang kebiasaan ku kalau pulang selalu berseru seperti itu. Biasanya mama akan datang menyongsong kepulanganku, tapi kali ini tidak. Tumben!
Aku melangkah masuk ke dalam rumah. Sepi. Tidak ada orang, kemana mama? tidak biasanya pergi tanpa mengunci pintu. Gimana kalau ada maling?!
"Anyelir, kamu dah pulang?!" suara seseorang yang sangat ku kenal terdengar memanggil dari arah dapur dia berdiri dengan gelas setengah kosong di tangannya. Sialan! Kenapa dia ada disini? pikirku.
Aku segera melarikan langkah ku secepatnya ke tangga. Tidak mau bertemu dia lagi yang berujung pada ketidakberdayaan diriku. Hahh memang aku payah!
"Anye, bisa kita bicara?" pintanya.
"Gak ada yang perlu di bicarain!" ucapku ketus.
"Tapi ini penting ,Nye!"
"Penting buat kamu, tapi aku enggak!" aku hampir sampai di undakan teratas. Tiba-tiba saja dia menarik tanganku dan membawaku sedikit berlari bersamanya. Dengan cepat dia membawaku masuk ke dalam kamarku dan mengunci pintu? Mau apa dia?
"Nye, please. Kamu mau dengerin aku kan?" mohonnya, aku hanya melengos pergi dari depan pintu menyimpan tasku di atas ranjang, dan membuka sepatuku.
"Tiga menit!" tawarku dengan tangan di lipat di depan dada.
Dia terdiam.
"Dua menit!"
"Anye, aku..."
"Waktu habis!" seruku, padahal aku yakin masih ada beberapa detik lagi. "Keluar dari kamarku!" usirku. Selain karena risih dengan dia ada di dalam sini, bagaimana kalau ada yang memergoki kami sedang di dalam kamar? Yaa walaupun kami tidak melakukan apa pun sih!
"Anye, aku..."
Dasar! "Cepat bicara saja, apa susahnya!" ketusku.
Aku terhenyak kaget karena dia bukannya bicara tapi menarik kedua bahuku dan menempelkan bibirnya di bibirku. Mencoba menggerakkkan lidahnya ke dalam mulutku. Sial! Kenapa aku tidak bisa bergerak?!
Dia semakin merengkuh diriku semakin erat. Aku mencoba tersadar dari rasa terkejutku. Lalu dengan sekuat tenaga mendorong dia!
"Gila kamu!" cerca ku. "Gimana kalau kak Mel lihat?" ku usap ujung bibirku yang basah karena salivanya.
"Nye, kita harus lurusin keadaan kita."
"Lurusin apa maksud kamu?"
"Tentang hubungan kita!"
"Hubungan apa? Kita gak punya hubungan apa-apa!" ucap ku emosi.
"Tentang kita dulu!"
"Itu cuma masa lalu, Devan! Ingat aku sekarang adik calon tunangan kamu." tunjukku tepat di depan wajahnya.
"Tapi kita belum putus Nye!"
"Sudah. Aku yang mutusin kamu!"
"Tapi aku gak terima!"
"Terserah!" ucapku lalu mendorongnya ke arah pintu dan memutar kunci, membukakan pintu untuk dia keluar. "Keluar!"
"Anye!"
"Keluar!" teriakku, tapi bukannya keluar dia malah mendorong pintu itu hingga tertutup.
"Please, sebelum ini terlambat Nye. Aku bisa batalin pertunangan aku dengan Melati, kita bisa bersama lagi!"
"Dan sakitin hati kak Melati?" aku menggelengkan kepalaku. "Enggak, Dev. Aku gak mungkin hancurin hati kakak aku!"
"Lalu bagaimana dengan hati kamu?"
"Hati aku, itu terserah aku!" jawabku acuh. Aku memalingkan tatapanku, takut jika dia melihat ke dalam mataku dan melihat kenyataan di dalam sana.
Devan merengkuh pipiku dengan kedua telapak tangannya, menarik wajahku hingga kami saling berpandangan. Oh My God! aku benci ini!
Dia mencium singkat bibirku lagi.
"Masih tetap sama, manis! Aku akan bilang semua pada mereka!" Aku menahan tangannya yang akan membuka pintu.
"Jangan Dev, please." aku menggelengkan kepalaku. Sungguh aku tidak mau melihat kakakku terluka lagi.
"Kalau begitu bilang kamu masih cinta aku!" Lagi aku menggelengkan kepalaku.
"Jangan salahku aku kalau setelah ini Melati akan membenci kita!"
"Enggak Dev please. Jangan buat kak Mel sedih!" mohonku.
"Kalau begitu bilang sama aku, kamu masih cinta aku!"
Bagaimana pun aku mencoba untuk melupakan dia, tapi tetap saja dia masih ada di dalam hatiku selama ini.
"Oke, kamu menang! Keluar!" kali ini dia tersenyum menang. Lalu melangkah keluar.
"Aku tunggu malam ini di tempat biasa!" ucapnya sambil melewatiku.
Aku menutup pintu kamarku, lalu bersandar disana. Tubuhku merosot karena lemas. Semua kejadian tadi membuatku tidak berdaya.
Maafkan aku kak Mel! Aku seorang penghianat! batinku, mataku panas , seketika air mata keluar dari mata ku.
Aku mencoba untuk menghela nafasku lagi. Semua membuatku sesak. Bukan hanya kali ini Devan mendesakku. Tapi sekarang ancaman Devan membuat aku ketakutan.
Kak Mel adalah wanita dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Dia kakak ku yang paling hebat. Bisa bangkit dari keterpurukan karena di tinggal calon suaminya, dan akhirnya setelah sekian lamanya dia menemukan seseorang. Tapi sialnya orang itu adalah Devan! Mantan terindahku. Cinta pertama ku!
*
Berkali-kali hpku berbunyi. Panggilan dari orang yang sama.
Ku lihat dia berdiri dengan kesal disana menungguku datang. Aku sengaja datang terlambat dari waktu yang dia minta. Biar saja dia marah, toh bagus kan? Dia marah lalu membenciku dan menjauh dariku. Memang itu rencanaku.
Sudah hampir satu jam aku menunggu, tidak berniat menghampirinya. Biarkan saja dia.
Ku lihat Devan berdiri gelisah. Lalu duduk. Berdiri lagi. Beberapa orang yang mengunjungi tempat ini mulai risih dengan tingkah Devan. Aku hanya tersenyum melihat dia. Masih seperti yang dulu. Hanya saja keadaan kami sekarang berbeda.
Jika dulu aku tidak bisa tahan dan akan menghambur ke dalam gendongan punggungnya yang hangat, dan dia akan mencubit hidungku sambil tersenyum, tapi sekarang itu semua hanya angan belaka.
"Kamu lihatin siapa?"
"Enggak ada!" jawabku saat seseorang bertanya. Pandanganku masih fokus ke depan. Tapi sudah tidak melihat Devan lagi disana.
"Aku disini!" aku terlonjak kaget. Sejak kapan dia ada di belakang ku.
"Eh, Dev. Hehe. Kamu udah lama nunggu aku?" seperti biasa, ku keluarkan cengiran khasku.
Devan berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Ekspresinya datar, dengan satu alis terangkat.
Devan menarik tanganku. "Kita mau kemana? kamu minta kita ketemuan di sini kan?" tanyaku, berusaha melepas cekalan tangannya, tapi tidak bisa. Akhirnya aku pasrah saat dia semakin menarikku menjauh dari sana dan membawaku ke dekat mobilnya dan memaksaku untuk masuk
"Devan, kamu mau bawa aku kemana?" Aku meradang karna Devan tidak juga menjawab pertanyaanku. Dia semakin membuat aku kesal karena hanya menjawab dengan bahu yang dia angkat bersamaan.
"Kamu akan tahu nanti!" ucapnya lalu menyalakan mesin mobilnya.
Aku hanya diam, memperhatikan jalanan yang masih ramai dengan kendaraan. Tidak peduli lagi kemana dia akan membawaku.
"Jam sembilan aku harus sudah sampai rumah!" ucapku ketus.
"Oke!" hanya itu jawaban dari Devan. Dasar Devan menyebalkan!
Mobil berhenti di suatu tempat. Aku hanya terdiam enggan untuk keluar. Sebuah pasar malam.
"Ayo!" Devan lebih dulu keluar, aku tetap terdiam di tempat.
tok. tok
Kaca jendela mobil di ketuk dari luar. Devan berdiri disana siap untuk mengetuk kaca jendela mobil lagi, tapi urung karena aku membuka pintunya.
"Ayo! Kamu gak mau turun?"
"Pulang aja."
"Kok pulang? kenapa?"
"Aku gak mau masuk kesana!" Devan menghela nafasnya kasar.
"Yakin mau pulang?" aku mengangguk. Devan berjalan memutar dan duduk di kursi pengemudi.
Mobil di nyalakan dan kemudian melaju. Bisa ku lihat dari sudut mataku, wajah Devan terlihat kesal.
Pasar malam adalah salah satu tempat favorit kami dulu. Kami banyak menghabiskan malam dengan menaiki segala permainan yang ada. Tapi sekarang rasanya aku benci karena mungkin keadaan kami telah berbeda.
Devan menghentikan mobilnya di tepi jalanan sepi. Tangannya menggenggam setir kemudi dengan erat hingga bisa ku lihat buku-buku tangannya yang memutih.
"Aku mau pulang Dev!" pintaku. Rasanya sudah tidak tahan lagi, hatiku sakit.
"Kenapa kamu minta pulang? Bukannya dulu kamu suka ke pasar malam?" nada suaranya dingin.
"Itu dulu Dev, sekarang aku gak suka. Aku bukan anak kecil lagi!" jelas itu bukan jawaban. Itu hanya alasan!
"Hahh.." Devan mengatur nafasnya yang kesal. "Gak. Itu karena kamu gak nyaman sama aku!"
"Kalau kamu tahu jawabannya kenapa juga kamu masih deketin aku?" aku mulai emosi.
"Harusnya kamu sadar, kamu itu sebentar lagi akan tunangan sama kak Mel! Aku gak mau kamu pffttt..." mataku membulat saat tiba-tiba Devan mencium bibirku, aku tidak bisa mengelak lagi karena tangannya menelusup ke belakang kepalaku dan menahannya.
Aku meradang, mencoba melepaskan diri tapi tidak bisa, tenaganya lebih besar daripada aku.
Devan terus mel*hap bibir bawahku, dan memainkan lidahnya. Satu tangannya menarik paksa daguku ke bawah membuat aku membuka mulutku. Dengan bebasnya lidahnya menyapu seluruh area bibirku. Mengabsen satu persatu gigi dan membelit lidahku.
Ciumannya kasar menggebu, tapi lama-kelamaan menjadi lembut, membuatku terbuai dengan permainan lidahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 475 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
𝗵𝗮𝗱𝗲𝘄𝗵... 𝗻𝗴𝗴 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗴𝘁 𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝘀𝗲𝗸𝗼𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗹𝘂𝗮𝗿 𝗸𝗼𝘁𝗮
2024-05-08
0
gembulers
novel ke 2 setelah istri ke 2 Bima yang ak bc
2023-02-08
0
Muhamad Ilyastakur
jb
2022-11-06
0