Ciumannya kasar menggebu, tapi lama-kelamaan menjadi lembut, membuatku terbuai dengan permainan lidahnya.
Entah setan apa yang menguasaiku. Alih-alih menolak, aku malah menikmati dan mengimbangi ciuman tunangan kakakku. Hangat, manis, menyenangkan. Ciumannya selalu memabukkan, selalu seperti itu sedari dulu, tidak berubah. Bodohnya aku!
Kami terengah, aku menarik nafas banyak-banyak saat Devan melepaskan ciumannya. Ku pegang pipinya begitu juga dia masih memegang tengkuk leherku. Kening dan hidung kami saling bertautan.
"I Love You, Anyelir!" ungkapnya di antara deru nafasnya, aku tidak bisa menjawab, mataku panas. Perlahan lelehan hangat melewati pipiku begitu saja.
I Love You too, Devan. Aku juga. Batinku.
Devan memulai lagi ciumannya yang dengan bodohnya aku sambut dengan permainan lidahku. Maafkan aku kak Mel. Maaf!
Devan mengantarku sampai di belokan, aku yang meminta di turunkan di sana walaupun dia sempat protes.
"Trimakasih, Nye!" ucapnya saat aku akan keluar dari dalam mobilnya.
"Buat?"
"Buat semuanya. Aku bisa membatalkan pertunangan itu kalau kamu mau!"
"Gak Dev, aku udah bilang kan tadi. Aku gak mau nyakitin perasaan kak Mel."
"Tapi hubungan kita yang begini juga akan lebih nyakitin perasaan dia! Kita udah jelas-jelas hianatin dia!"
"Kalau begitu jangan di jalani. Kamu cukup jadi pria yang baik untuk kak Melati. Lagian kita juga gak ada hubungan yang jelas kan?" Devan terdiam.
"Jadi... kita punya hubungan gelap di belakang Melati?" tanya Devan.
"Terserah kamu mikirnya apa. Jelas-jelas aku jauhin kamu juga percuma kan kalau kamu terus ngejar aku? Yang jelas aku gak mau kamu nyakitin hati kak Melati."
"Kalau gitu kasih aku waktu buat jelasin semua sama Melati."
"Terserah tapi kalau kak Melati sakit hati jangan harap aku mau sama kamu!"
"Kamu gak mau kasih aku pilihan lain?" Aku hanya mengangkat kedua bahuku. Lalu keluar dari dalam mobil, dan meninggalkan Devan disana. Devan hanya melihatku dari dalam mobilnya.
Aku memang bodoh, apa yang aku lakukan?
"Anye kamu dari mana aja?" kak Melati datang menyambutku dengan wajah khawatir.
Lihatlah kakakku ini, dia mengkhawatirkan aku yang baru saja bersenang-senang dengan calon tunangannya.
"Janjian sama temen, kak!" ucapku dengan cengiran khas ku.
"Ish kamu ini, kenapa hp kamu mati tadi? Mama dan kakak khawatir!"
"Maaf, batre Anye lowbat." dustaku. Aku sengaja mematikan hp karena mama juga kak Melati pastinya akan marah juga kalau aku tidak mengangkat telfonku.
"Ya sudah, kamu udah makan?" tanya kak Mel. Aku hanya mengangguk. Meskipun lapar, aku sedang tidak ingin makan sekarang.
"Kak, Anye naik dulu ya." pamitku. Kak Melati mengangguk lalu melepas kepergianku.
"Anye!" panggil kak Melati lagi saat aku baru naik undakan tangga pertama.
"Ya?" tanya ku tanpa menghentikan langkahku.
"Kamu baik-baik aja kan?" Kak Mel mendongak dari tangga bawah.
"Anye gak pa-pa." jawabku lalu dengan cepat masuk ke dalam kamarku.
Aku merebahkan diriku di atas ranjang. Sepatu dan tas sama sekali belum aku lepaskan. Aku menutup mataku, rasanya kepalaku penat sekali. Terlalu banyak yang aku fikirkan akhir-akhir ini.
Semua sangat rumit ternyata. Tiga tahun mencoba melupakan Devan dan semua sia-sia!
"Anye!" suara kak Mel terdengar sangat dekat. Ahh, pasti aku lupa mengunci pintu. Kebiasaan!
Aku membuka mataku. Kak Melati dengan senyuman yang menenangkan duduk di sebelahku.
"Ya kak?" Aku bangun dan duduk di hadapan Kak Melati.
"Kamu kenapa? Punya masalah?" Kak Mel selalu tahu. Kakak yang baik dan aku adik yang jahat!
"Gak pa-pa. Anye cuma capek!"
"Mau cerita?" Aku menggelengkan kepalaku. Dia tersenyum lagi.
"Ya sudah kamu istirahat kalau gitu. Lain kali kalau mau cerita sama kakak ya?" aku mengangguk kali ini. Kak Mel mengusap puncak kepalaku lembut lalu beranjak bangun dan keluar dari kamarku.
Aku kembali merebahkan diriku dengan kasar di atas kasur dan menutupi wajahku dengan bantal. Menekan bantal kuat-kuat dengan kedua tanganku dan berteriak. Aku tidak mau sampai semua datang ke kamarku jika mereka mendengar aku berteriak mengeluarkan kekesalan dan kekecewaanku.
Puas dengan teriakan yang berisi cacian dan umpatan pada diriku sendiri sampai aku terengah.
Bantal aku singkirkan hingga jatuh ke lantai. Menatap langit-langit kamar berwarna putih. Bayangan demi bayangan kembali tetlihat di sana. Bayangan saat aku dan Devan berciuman tadi, lalu berubah menjadi kak Mel yang tersenyum.
Aku benar-benar jahat! Membalas kasih sayang kakakku dengan penghianatan!
***
"Nye, nanti berangkat sama kakak aja ya." tawar Kak Melati saat kami semua sedang sarapan bersama. Mama berhasil memaksaku sarapan kali ini dengan sedikit drama yang tidak bisa aku abaikan.
"Gak usah kak. Anye pake angkot aja. Lagian juga ini masih pagi gak akan telat kalau pake angkot." tolakku.
"Sekalian, biar irit ongkos. Kantor kakak kan lewatin sekolah kamu!"
"Iya benar, Nye. Bareng aja sama Melati. Toh Devan juga gak pernah keberatan, kan Mel?" mama menyambung.
Hufftt, kalau sudah begini gak akan bisa nolak!
"Iya deh, tapi Anye gak mau sering-sering ya, takut ganggu waktu kalian!" ucapku dengan cengiran, tapi dalam hati jujur saja rasanya seperti ada yang mencubit!
"Enggak lah, emangnya kita ngapain?" kak Mel lalu memasukan roti lapisnya ke dalam mulut.
"Ya kali aja Kak Devan mau cium gitu!" ucapku menggoda kak Mel yang membuat dia tersedak hebat.
"Anye!" Mama melotot padaku lalu beralih pada kak Melati yang masih terbatuk. Kak Melati menyambar minuman di dekatnya sedangkan mama menepuk punggung kak Melati sedikit keras.
"Anye, gak sopan kamu bicara gitu sama kakak kamu!" Papa yang sedari tadi diam akhirnya berbicara. Aku hanya nyengir ria, lalu kembali menghabiskan makananku.
Mobil Range Rover hitam berhenti di depan rumah. Sosok Devan keluar dari dalam mobil dengan elegan. Kak Melati melambaikan tangannya di sambut dari kejauhan lambaian tangan Devan. Seandainya saja dia yang melambai padaku. Ish, sadar diri dong Nye!
Seperti biasa Devan menghampiri mama dan mencium tangan mama dengan khidmat.
"Kamu mau bareng, Anyelir?" tanya Devan dengan senyuman.
Gak usah nanya lagi, kamu juga udah tahu kan? udah lihat kan?
"Hemm." jawabku lalu mencium tangan mama dan mendahului keduanya masuk ke dalam mobil Devan. Bisa ku dengar mama memanggiku dengan nada kesal karena aku pergi begitu saja dan bersikap tidak sopan pada calon menantunya.
Setelah kak Mel mencium tangan mama, keduanya lalu masuk ke dalam mobil. Mobil melaju dengan kecepatan konstan.
"Kamu kenapa sih Nye? Dari kemarin sikap kamu aneh!" Tanya kak Mel dari depan. "Kamu lagi PMS?"
"Iya. Mood Anye lagi GJ!" dustaku. padahal masa PMS ku masih sekitar semingguan lagi.
"Oohh pantesan!" ucap kak Mel kemudian, lalu beralih ke hpnya.
Aku menyandarkan diriku ke sandaran kursi, melihat ke arah depan. Jalanan sedikit macet karena semalam hujan dan air masih mengenang di jalanan.
Untung juga gak naik angkot. Pasti telat masuk kelas kalau macet gini!
"Untung kamu gak naik angkot ya, Anyelir! Jalanan macet!" Devan melirikku dari spion di depannya.
Dia cenayang ya, bisa baca fikiran aku?
"Eh iya kak Devan, untung aja aku bareng kalian." cengir ku.
"Tuh kan apa kak Mel bilang. Tiap hari ikut kita aja, gak pa-pa kan sayang?" tanya Kak Mel pada Devan.
"Iya, tentu." ucap Devan kembali melirikku dari spion, aku mengalihkan pandanganku yang beradu dengannya dari sana.
Sayang!
"Tapi Anye gak enak kalau nebeng terus."
"Gak pa-pa, aku gak keberatan kok!" ucap Devan, yang sebenarnya aku mau adalah tidak ingin melihat kemesraan mereka di pagi hari. Membuat moodku buruk sampai malam nanti.
"Eh, sayang lihat ini. Lucu kan?" Kak Mel memperlihatkan sesuatu dari hpnya pada Devan, Devan melirik sekilas lalu mengangguk dan tersenyum.
"Iya, kamu mau?"
"Gak tahu juga, mau lihat-lihat yang lain juga sih!" Kak Mel bimbang.
"Menurut kamu gimana Nye?" kak Mel beralih membalikan tubuhnya dan memperlihatkan sebuah gambar. Gaun cantik berwarna soft pink, warna kesukaannya, dengan beberapa pita di bagian dada.
"Kalau di pakai waktu acara tunangan nanti, cocok enggak?"
"Enggak! Terlalu girly, itu pantesnya buat seumuran Anye!" komenku. Kak Mel manggut-manggut.
"Iya juga." tuturnya lalu kembali berbalik ke depan.
Bisa ku lihat senyum di bibir Devan. Dia pasti tersenyum dengan penolakan ku tadi. Secara tidak sengaja aku dan Devan punya selera yang sama
Mobil sudah sampai di depan sekolahku. Aku segera turun dan melambaikan tanganku.
"Trimakasih kak Mel. Kak Devan!" pamitku. Kak Mel balas melambai sambil tersenyum sedangkan orang di sebelahnya menempelkan jemarinya di bibir lalu meniupnya ke arahku.
Apa dia baru saja kissbye padaku? Ish dasar Devan!!
Tanpa menunggu mobil berjalan aku segera membalikan diriku. Mendapati Nanda, Sofia, dan Nayara yang melambaikan tangan mereka serempak saat melihatku.
"Hai Nye, sini. Kita ada berita baru!" Sofia si riweuh (dari bahasa Sunda: ribet atau rempong), teriak memanggilku dan yang lain juga sama berteriak nya. Nayara si kalem juga gak biasanya jadi riweuh!
Ish ya ampun. Gak bisa gitu nunggu aku mendekat?
Aku berlari kecil menghampiri mereka.
"Berita apaan?"
"Gue dapet tiket konser Judikaaa AAAAA!!!" Sofia bersorak kegirangan membuat beberapa siswa menoleh pada kami yang selalu urakan jika saat bersama.
"Halaaah. Percuma juga elo seneng kalo tiketnya cuma satu!" dengusku kesal karena cuma satu lembar.
"Eh elo gak mau ya udah, gue kasih ni tiket sama orang lain aja!" ucapnya sambil mengeluarkan tiga tiket lain dari dalam saku seragamnya.
"gue mau ding." ucapku dengan kekehan ku rebut satu tiket dari tangannya, di susul dengan Nanda dan Nayara yang melakukan hal yang sama. Sofia mendecih sebal, kami tahu apa artinya itu.
"MAKASIH SOPHIA LATJUBA PACARNYA ARIEL!" seru kami bersamaan di akhiri kekehan khas masing-masing, lagi-lagi membuat beberapa siswa yang melewati kami melirik. Sophia malu, mukanya berubah merah seperti tomat.
"Ish jangan kenceng-kenceng dong!" protes Sofia malu, pasalnya Ariel sang pacar memperhatikan dia dari atas motornya di parkiran.
Bel berbunyi nyaring. Kami dan yang lainnya berhamburan serempak menuju kelas masing-masing.
Guru kami belum datang, para siswa tidak bisa diam pada tempatnya, termasuk kami berempat. Aku duduk bersama Nanda, sedangkan Sofia dan Nayara di belakang kami. Kami sedang berembuk membicarakan soal konser Judika yang akan di laksanakan empat hari lagi.
"Gue pake dress ah." Ucap Sofia dia si rempong yang feminim.
"Ribet kali pake dress, pake baju biasa aja. Kalau gue mau pake kaos yang ada foto Judika." ucap Nanda.
"Aku pake apa?" Si kalem Nayara bingung sendiri.
"Pake sarung bapak, elo. wkwkwk." timpalku, Nanda dan Sofia tertawa mendengar selorohku. Sedangkan Nayara manyun dengan bibir pink tipisnya.
"Elo pake apa?" tanya Sofia.
"Gue mah pake apapun juga cantik." ucapku narsis yang di sambut 'huuuu' dari yang lain lalu kami tertawa bersama.
Kami berhenti tertawa karena melihat beberapa pria tiba-tiba ada di dekat kami.
Noval dengan angkuhnya duduk di atas meja dengan satu kaki yang ia tekuk di atas meja. Sedangkan yang lain, antek-anteknya, berdiri disamping Noval.
"Nonton konser yuk!" ajak Noval sambil menyimpan tiket di atas meja. Pandangannya penuh harap menatapku.
"Sorry," ucapku sambil mengeluarkan tiket yang sama. "Gue udah punya tiket!" Noval terlihat kecewa lalu kembali tersenyum.
"Kita bisa berangkat bareng dong!" masih tidak mau menyerah!
"Gak bisa!" Sofia menggebrak meja. "Kalau elo mau jemput Anye, jemput kita juga!" Aku tersenyum dan mengangguki permintaan Sofia
"Mobil gue cuma muat buat dua orang!" ucap Noval pada Sofia.
"Ya udah, ganti mobil nya pake van biar elo bisa ngangkut kita semua!" Noval mendecih sebal.
"Iya Val, sorry. Gue gak bisa bareng elo." ucapku.
"Elo telat sih! Lain kali harus lebih cepet kalau mau jalan sama Anye!" Nanda menambahkan.
"Tapi kita bisa ketemu disana kan?"
"Iya, kalau ketemu." ucap Nayara. Sofia dan Nanda tertawa dengan ucapan Naya yang tidak biasanya mengena.
"Tapi gue peng..."
"Noval, lagi apa kamu di kelas ini?" Bu Atikah, guru kelas kami datang membuat keadaan seisi kelas menegang.
Noval segera turun dari meja kami, dan menunduk pada Bu Atikah.
"Hehe, mau ajak Anye nonton konser, bu!" Noval bicara dengan senyum malu.
"Huuuu." suara yang lainnya menggema di ruangan kelas menyoraki Noval.
"Kembali ke kelas kamu Noval! Kalau ada perlu sama Anyelir pada saat istirahat nanti, bisa kan?"
"Hehe iya bu. Maaf." ucap Noval lalu pergi bersama dua anteknya keluar kelas, kembali di iringi dengan sorakan yang lebih riuh daripada yang tadi.
"Udah, anak-anak. Diam semuanya." Kelas seketika menjadi rapi dan senyap.
"Kumpul kan buku kalian kita adakan ulangan!"
"Yah bu, gak bisa gitu dong!"
"Besok aja bu ulangannya!"
"Iya bu, jangan hari ini."
Terdengar beberapa protes lagi. Tapi Bu Atikah memang tidak pernah bisa di bujuk. Aku sih fine aja. Untungnya semalam aku belajar. Sedangkan Nanda, dan yang lainnya merengut tidak suka.
Note: Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Vote, komen, rating, dan likenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 475 Episodes
Comments
gembulers
waaaw.. Anye pcran ny SM pria dewasa.pantesan lgsg dicipok
2023-02-08
0
Nurhayatins Aqil
kaykx crt bgus dech,aku mampr😀
2022-12-23
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
si Dev emang biang kerok nih hargai dong itu melati kalau memang kamu sudah yakin ingin pisah jangan terlalu membuat melatih berharap lebih dengan hubungan kalian
2022-09-17
0